Harga Sembako Melambung Tinggi, Pedagang Pempek Menjerit
Dampak kenaikan harga bahan pokok merembet luas, termasuk usaha kuliner primadona Palembang, pempek, kini merana.
![Pelayan berkomunikasi dengan calon konsumen di Warung Pempek Cek Mala di Jalan Temon, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Selasa (20/2/2024).](https://cdn-assetd.kompas.id/dchWiO53U6Xe47_C_saHqGSCuR4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F20%2F7ab47e6d-839c-4165-88b7-0c2fd209f533_jpg.jpg)
Pelayan berkomunikasi dengan calon konsumen di Warung Pempek Cek Mala di Jalan Temon, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Selasa (20/2/2024).
Kenaikan harga sejumlah bahan pokok memberikan efek negatif yang begitu besar terhadap usaha pempek di Palembang, Sumatera Selatan. Pelaku usaha ”menjerit” karena ongkos produksi naik tetapi harga jual tidak bisa ikut naik demi menjaga daya beli konsumen.
Keresahan tengah dirasakan Kumala Dewi (60), pemilik usaha Pempek Cek Mala di Jalan Temon, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Selasa (20/2/2024).
”Sekarang, pelanggan sepi. Daya beli konsumen berkurang drastis karena harga sembako naik,” ujarnya.
Omzet kotor usahanya turun drastis dari biasanya Rp 9 juta-10 juta sehari menjadi Rp 3 juta-4,5 juta sehari. Pempek yang ia stok biasanya 10 kilogram hingga 15 kilogram langsung habis menjelang siang. Kali ini ia hanya mengolah 5 kg tetapi pempek belum juga habis terjual.
Baca juga: Ribuan Warga Kota Malang Jadi Sasaran Operasi Pasar Murah Sembako
Situasi itu betul-betul membuat Kumala terdesak. Di satu sisi, dia pun mengalami dampak dari kenaikan harga sejumlah bahan pokok. Bahan utama membuat pempek adalah ikan gabus, sagu/tapioka, dan telur ayam, sedangkan bahan utama membuat cuko atau kuah pempek ialah gula merah, cabai rawit, dan bawang putih.
![Pelayan merapikan sejumlah jenis pempek yang ada di Warung Pempek Cek Mala di Jalan Temon, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Selasa (20/2/2024).](https://cdn-assetd.kompas.id/cfBgF-bCUyfq1fB-yHlaTpV3lPA=/1024x677/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F20%2F39b14f8c-41e4-4930-83a4-a4eeb2209ef0_jpg.jpg)
Pelayan merapikan sejumlah jenis pempek yang ada di Warung Pempek Cek Mala di Jalan Temon, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Selasa (20/2/2024).
Semua bahan untuk membuat pempek mengalami kenaikan harga. Ikan gabus biasanya Rp 50.000-Rp 60.000 per kg menjadi Rp 80.000 per kg. Harganya bahkan diprediksi menembus Rp 120.000 per kg menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Tepung sagu naik dari biasanya Rp 750.000-Rp 800.000 per 50 kg menjadi Rp 950.000-Rp 1 juta. Telur ayam naik dari Rp 24.000-Rp 25.000 per kg menjadi Rp 27.000 per kg.
Adapun bahan untuk membuat cuko yang mengalami kenaikan harga hanya cabai rawit. Namun, terjadi lonjakan yang cukup mengagetkan pedagang pempek ataupun masyarakat umum, yakni dari Rp 60.000-Rp 70.000 per kg menjadi Rp 100.000-Rp 130.000 per kg.
Baca juga: Siasat Berhemat Kelas Menengah Urban Saat Harga Sembako Kian Melesat
”Kenaikan harga sejumlah bahan pokok, terutama untuk membuat pempek, mulai terasa sejak awal tahun ini dan terus meningkat secara bertahap sampai hari ini. Situasi ini membuat biaya produksi kami melonjak drastis,” kata Kumala yang sudah berjualan pempek sejak 1992.
Di sisi lainnya, Kumala mengaku tidak bisa menaikkan harga jual pempeknya yang Rp 8.000 per butir. Pempek yang dijualnya memang cukup mahal dibanding harga pasaran karena ukurannya yang jauh lebih besar, nyaris tiga kali lipat ukuran pempek normal.
”Suami saya menyarankan saya menaikkan harga pempek menjadi Rp 10.000 per butir. Tetapi, saya bilang tidak bisa karena efeknya sangat besar. Bukannya dapat untung, malah menjadi buntung,” tuturnya.
![Pengunjung menyiramkan cuko ke pempek telur besar atau kapal selam di warung Pempek Jimmy Devaten di Jalan Depaten Lama, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (12/12/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/G9AAeE4gl25U_mLE56X-vFo8WP8=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F16%2F9ebf63bb-a621-46e4-91c0-cecc842f4ae3_jpg.jpg)
Pengunjung menyiramkan cuko ke pempek telur besar atau kapal selam di warung Pempek Jimmy Devaten di Jalan Depaten Lama, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (12/12/2023).
Kami kan berjualan kuliner dengan ciri khas, yaitu pempek berukuran besar dan cuko yang pedas. Kalau ciki khas itu berubah, pelanggan bisa kabur semua.
Sebab, kenaikan harga jual pasti berpengaruh ke daya beli konsumen. Belajar dari pengalaman empat tahun lalu ia menaikkan harga dari Rp 7.000 per butir menjadi Rp 8.000 per butir, tak sedikit pelanggan yang berhenti membeli.
Opsi lainnya dengan mengurangi takaran bahan baku secara kualitas maupun kuantitas, seperti membuat ukuran pempek menjadi lebih kecil atau rasa cuko menjadi tidak terlalu pedas, itu juga tidak bisa diterima. ”Kami kan berjualan kuliner dengan ciri khas, yaitu pempek berukuran besar dan cuko yang pedas. Kalau ciri khas itu berubah, pelanggan bisa kabur semua,” ungkap Kumala yang mempekerjakan enam karyawan.
Juru bicara Asosiasi Pedagang Pempek Palembang 2018-2022 sekaligus pemilik Warung Pempek Jimmy Devaten, Jimmy Firmansyah (45), mengatakan, untuk mengantisipasi harga bahan baku terus meningkat, dirinya berencana menurunkan harga jual pempek dari Rp 2.000 per butir menjadi di bawah Rp 2.000. Langkah itu diambil untuk menyesuaikan dengan daya beli konsumen yang semakin menurun sehingga diharapkan pelanggan kembali ramai.
”Bagi pedagang seperti kami, lebih baik untung sedikit tetapi penjualannya tidak putus dibandingkan menahan harga tetapi penjualan tersendat. Secara psikologis, pedagang senang melihat warungnya ramai dikunjungi orang. Setidaknya, itu bisa menambah semangat untuk tetap bertahan di tengah situasi sulit ini,” ujar Jimmy yang warungnya berada di Jalan Depaten Lama, 27 Ilir, Palembang.
![Suasana sekitar di warung Pempek Jimmy Devaten di Jalan Depaten Lama, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (12/12/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/ys3_-PgDAN9g_d_qtu-zN3t8Wac=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F16%2Fa876d88e-0f1d-4acf-a002-c6e10a2862ce_jpg.jpg)
Suasana sekitar di warung Pempek Jimmy Devaten di Jalan Depaten Lama, Kelurahan 27 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (12/12/2023).
Di samping itu, Jimmy berharap pemerintah bisa segera mengendalikan harga agar tidak lepas kendali. ”Sekarang, pedagang pempek bukan lagi menjerit, melainkan sudah melolong. Kalau situasi semakin parah, bukan tidak mungkin ada pedagang yang melambaikan tangan (gulung tikar),” katanya lagi.
Keluhan ibu rumah tangga
Ibu rumah tangga di kawasan 30 Ilir, Ilir Barat II, Palembang, Nyayu Zakiah (50), menuturkan, hampir semua kebutuhan pokok untuk makan sehari-hari mengalami lonjakan harga. Beras kualitas sedang naik dari sekitar Rp 110.000 per 10 kg menjadi Rp 148.000-Rp 150.000 per 10 kg, cabai merah keriting naik dari sekitar Rp 85.000 per kg menjadi Rp 120.000 per kg, cabai rawit dari sekitar Rp 35.000 per kg menjadi Rp 80.000 per kg, daging ayam dari Rp 26.000-Rp 30.000 per kg menjadi Rp 35.000 per kg, dan telur ayam dari Rp 24.000-Rp 25.000 per kg menjadi Rp 27.000 per kg.
Baca juga: Jelang Ramadhan, Tak Hanya Beras yang Harganya Naik
Lonjakan harga semakin terasa dalam seminggu terakhir. Akibatnya, Zakiah harus memeras otak agar uang yang ada bisa tetap mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Caranya, antara lain mengubah kebiasaan dari membeli langsung 20 kg beras menjadi hanya 10 kg beras. Zakiah pun mengganti cabai merah keriting yang biasa dibeli 1 ons dengan harga Rp 12.000 menjadi cabai dalam kemasan berukuran 18 gram seharga Rp 2.000.
Daging ayam yang biasa dibeli 1 kg menjadi hanya 0,5 kg. ”Ini semua kebutuhan pokok rumah tangga. Jadi, walau harganya naik, mau tidak mau kita harus tetap beli. Tetapi, kita harus berusaha seirit mungkin sesuai dengan uang yang ada sembari menunggu harga-harga kembali normal,” terang Zakiah.
![Pedagang sayuran di Pasar 16 Ilir Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (20/2/2024).](https://cdn-assetd.kompas.id/Ti-CP5a4Ra6H8BJWcTOoFw_ErAI=/1024x674/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F20%2F37e5e170-0745-4d77-985b-90231d2eaa4e_jpg.jpg)
Pedagang sayuran di Pasar 16 Ilir Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (20/2/2024).
Harga jual yang terlampau tinggi membuat daya beli konsumen berkurang drastis.
Pedagang sayuran di Pasar 16 Ilir Palembang, Aan (38), menyampaikan, hampir semua jenis sayuran pelan-pelan mengalami kenaikan harga. Hanya saja, lonjakan cukup drastis terjadi pada harga jual cabai merah keriting dari Rp 60.000 per kg menjadi Rp 100.000 per kg dan cabai setan dari Rp 70.000 per kg menjadi Rp 100.000-Rp 110.000 per kg.
Hal itu terjadi karena stok cabai merah keriting dan cabai setan berkurang akibat banyak petani lokal yang gagal panen oleh banjir besar di sejumlah wilayah sentra di Sumsel pada awal tahun kemarin. Sekarang, cabai merah keriting dan cabai setan yang beredar berasal dari luar Sumsel, antara lain Aceh.
Karena ada ongkos kirim ke sini, otomatis harga jualnya melambung dibandingkan masa normal. ”Kami pedagang juga menderita. Harga jual yang terlampau tinggi membuat daya beli konsumen berkurang drastis. Penjualan cabai merah keriting misalnya, biasanya laku 10 kg per hari. Sekarang, cuma laku 4-5 kg per hari,” tutur Aan.
Penjabat Wali Kota Palembang Ratu Dewa mengatakan, kenaikan harga sejumlah bahan pokok itu terjadi oleh sejumlah faktor, seperti fenomena cuaca atau bencana alam dan psikologis pasar menjelang Ramadhan. Untuk mengantisipasi harga terus meroket, pihaknya secara berkala melakukan operasi pasar guna memastikan stok tersedia. Kalau ada kelangkaan, mereka akan berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain Badan Urusan Logistik, guna mengintervensi pasar.
![Penjabat Wali Kota Palembang Ratu Dewa.](https://cdn-assetd.kompas.id/29SXw1fmPtyoIMA8e0PV2PztTrs=/1024x687/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F12%2F5ef169ae-f7c3-4903-80d5-e54dc3480467_jpg.jpg)
Penjabat Wali Kota Palembang Ratu Dewa.
Selain itu, bersama Pemerintah Provinsi Sumsel, mereka gencar membuka pasar murah setiap Senin, Selasa, dan Kamis. Pasar itu menyediakan sejumlah bahan pokok yang dijual dengan harga lebih murah sekitar Rp 5.000 per kg dibandingkan harga di pasaran. ”Kami bisa pastikan stok kebutuhan pokok aman sampai Ramadhan dan Idul Fitri. Selebihnya, kami terus memantau dinamika harga dengan operasi pasar dan membuka pasar murah agar harga-harga tidak lepas kendali,” ujar Ratu Dewa.