Usaha Sigaret Kretek Tangan di Aceh Besar Menyerap Tembakau Petani Lokal
Kehadiran usaha sigaret kretek tangan di Aceh Besar menyerap tembakau petani dan tenaga kerja lokal.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Usaha produksi sigaret kretek tangan skala kecil di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, ikut menyerap tembakau produksi petani lokal. Namun, upaya pengembangan sigaret kretek lokal terhambat permodalan dan maraknya kretek ilegal.
Taufikul Hadi, pemilik usaha sigaret kretek tangan (SKT) Hawa Bakong Aceh (Haba), mengatakan, produksi SKT Haba lahir dengan semangat untuk menyelamatkan petani tembakau di Aceh Besar. Namun, dia menyebut, daya serap pasar terhadap tembakau petani kian lemah.
”Kretek Haba ini sepenuhnya menggunakan tembakau produksi petani lokal. Namun, daya serap kami masih minim, setahun hanya 350 kilogram hingga 500 kilogram,” kata Taufikul di Aceh Besar, Senin (19/2/2024).
SKT Haba mulai berproduksi pada tahun 2022 di Desa Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Sebuah rumah kayu tidak jauh dari jalan nasional Medan-Banda Aceh digunakan sebagai rumah produksi. Pada Senin pagi, empat pekerja perempuan terlihat melinting kretek di sana.
Taufikul mengatakan, Kuta Cot Glie merupakan sentra produksi tembakau di Aceh Besar. Dulu, tembakau produksi petani Aceh Besar dijual ke pasar-pasar tradisional dalam bentuk tembakau kering untuk dikonsumsi sebagai rokok linting daun nipah dan produk olahan tembakau yang disebut bakong asoe.
Namun, belakangan konsumsi kretek linting daun nipah kian menurun sehingga serapan tembakau petani juga seret. Dengan kondisi pasar yang buruk, petani terpaksa menjual tembakau dengan harga murah. Bukan hanya itu, petani juga menunda memperluas area tanam.
Taufikul menyebut, melihat kondisi pasar tembakau Aceh Besar yang tidak stabil, dirinya tergerak untuk membuat usaha sigaret kretek tangan. Kini, dalam sebulan dia mampu memproduksi 60.000 batang.
Saat ini, produk SKT Haba bukan hanya menjangkau pasar lokal di Aceh, tetapi juga mulai merangsek ke provinsi lain di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. ”SKT Haba menyasar pasar kelas menengah ke bawah, seperti pekerja kebun, nelayan, dan buruh,” kata Taufikul.
Taufikul mengatakan, pasar sigaret kretek tangan di tingkat lokal sebenarnya terbuka lebar. Namun, pengembangan sigaret kretek tangan terhambat permodalan dan masifnya serbuan rokok ilegal.
Usaha rokok tidak mendapatkan akses permodalan di perbankan. Di sisi lain, peredaran rokok ilegal dengan harga yang miring memperkecil pasar rokok yang berizin.
Oleh karena itu, Taufikul mendesak aparat penegak hukum agar menindak tegas pelaku penyelundup dan pembuat rokok ilegal. Bukan hanya merugikan usaha rintisan seperti SKT Haba, rokok ilegal menutup potensi penerimaan cukai bagi negara.
”Kalau usaha kami berkembang, semakin banyak tembakau petani yang bisa kami serap,” kata Taufikul.
Di Aceh Besar, terdapat tiga usaha sigaret kretek tangan rintisan. Dari tiga usaha tersebut, pada tahun 2023, Pemkab Aceh Besar memperoleh Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp 3 miliar. Artinya, keberadaan usaha sigaret kretek tangan skala lokal bukan hanya menguntungkan petani tembakau, melainkan menambah pendapatan daerah.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Aceh Besar Amiruddin mengatakan, luas tanaman tembakau di daerah itu kini mengalami penyusutan karena banyak petani yang tidak lagi menanam. Harga jual yang tidak stabil dan daya serap pasar yang melemah menjadi faktor pemicu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Besar, pada 2023, luas lahan tembakau di kabupaten tersebut hanya 177 hektar dengan panen 155 ton per tahun. Adapun luas lahan tembakau di Aceh mencapai 1.926 hektar dengan produksi 2.888 ton per tahun.
Daya serap kami masih minim, setahun hanya 350 kilogram hingga 500 kilogram.
Amiruddin mengatakan, kehadiran usaha sigaret kretek tangan lokal telah membuka pasar bagi petani tembakau. Beberapa petani di Kuta Cot Glie kini bermitra dengan SKT Haba. Hasil panen petani diserap oleh industri tersebut sekaligus menjadi bentuk produk hilirisasi tembakau di Aceh Besar.
”Dengan adanya usaha sigaret kretek tangan, tembakau Aceh Besar juga semakin dikenal. Cita rasa tembakau kami kini dapat bersaing dengan tembakau lain di Indonesia,” kata Amiruddin.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Aceh Besar Iswanto mengatakan, kehadiran tiga usaha sigaret kretek tangan membangkitkan semangat pertanian tembakau di wilayah itu. Dia meyakini, Aceh Besar akan menjadi kawasan hilirisasi produk pertanian tembakau dalam bentuk sigaret kretek tangan. Selain itu, usaha tersebut juga menyerap tenaga kerja lokal.