Pedagang di NTT Diingatkan Tidak Permainkan Harga Beras Bulog
Masyarakat meminta Bulog mengumumkan lokasi pasar murah. Banyak masyarakat tidak tahu pasti lokasinya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penjualan beras Bulog di Nusa Tenggara Timur butuh sosialisasi lebih ideal. Pedagang nakal yang sengaja menaikkan harga jual bakal dikenai sanksi berat.
Di Nusa Tenggara Timur, beras Bulog, misalnya, dijual di Pasar Kasih Naikoten, Kota Kupang. Salah satu penjualnya adalah Suhardi (52). Mitra Bulog ini menjualnya Rp 11.500 per kilogram.
Beras Bulog tampak lebih bersih jika dibandingkan dengan beras lain yang harganya lebih mahal. Di sana, beras Bulog dijual bersama beras lain yang harganya dimulai dari Rp 15.500 per kg.
”Jadi, kalau ada yang datang, (harapannya) otomatis beli beras Bulog,” ujar Suhardi, Senin (19/2/2024) siang.
Akan tetapi, meski sudah memasang tabel harga, tidak banyak warga yang datang dan membelinya. Setidaknya selama 30 menit, hanya ada satu pembeli beras Bulog di kios Suhardi.
Menurut Suhardi, dirinya hanya bisa menjual 1 ton beras Bulog dalam sepekan. Jumlah itu terbilang kecil di tengah melambungnya harga beras saat ini.
Di luar itu, Suhardi mengakui memang sangat selektif menjual beras Bulog. Setiap orang hanya bisa membeli 1 kemasan berukuran 5 kg. Pembelian dalam jumlah besar rentan memicu penimbunan.
Manajer Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Wilayah NTT Faizal Jafar memastikan beras Bulog tersedia di setiap pasar tradisional di Kota Kupang. Oleh karena itu, warga bisa datang dan membelinya sesuai dengan harga yang ditetapkan, Rp 10.900-Rp 11.800 per kg.
Terkait itu, Faizal mengingatkan agar pedagang mitra Bulog tidak main-main dengan harga eceran tertinggi. ”Jika ada temuan itu, tolong laporan. (Penjual) akan kami blacklist dari mitra kami,” kata Faizal.
Yuliana Kase (40), warga Kelurahan Bello, menuturkan tidak tahu ada beras Bulog di Pasar Kasih Naikoten. Sepengetahuannya, pasar murah digelar di tempat umum, seperti alun-alun kota atau halaman kantor pemerintah.
”Kalau bisa operasi pasar itu diumumkan. Jangan diam-diam seperti itu. Masyarakat bisa curiga, jangan-jangan ada permainan,” katanya.
Sebelumnya, di Pasar Oesapa, Kota Kupang, warga menyerbu lapak beras yang menjual dengan harga paling murah, Rp 14.000 per kg, Minggu (18/2/2024). Namun, berasnya tampak kotor.
Beras bercampur kutu, kerikil, dan berbau tidak sedap. Butiran beras pun mudah hancur.
”Kami tidak punya cukup uang, jadi terpaksa beli beras kotor seperti ini. Nanti, kalau mau masak, harus cuci sampai empat kali. Biar ada rasa, sekali-sekali kami masak nasi kuning,” kata Juli (40), ibu rumah tangga di Pasar Oesapa.
Saat itu, dia membeli 5 kg beras. Sesuai hitungannya, beras itu akan habis dikonsumsi keluarganya paling lama empat hari ke depan. Juli tinggal bersama tiga orang lainnya. ”Jadi, makan harus irit. Pagi-pagi kami masak bubur biar banyak,” ucapnya.