Produksi Surplus, Harga Beras di Kabupaten Cirebon Terus Naik
Harga beras medium di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat. Padahal, produksinya diklaim surplus tahun lalu.
CIREBON, KOMPAS — Harga beras di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus naik hingga menyentuh Rp 15.000 per kilogram untuk jenis medium. Padahal, dinas pertanian setempat mengklaim produksi beras surplus. Pemerintah menyiapkan operasi pasar murah untuk menekan lonjakan harga komoditas tersebut.
Di Pasar Pasalaran, harga beras medium tercatat Rp 15.000 per kilogram (kg), sedangkan beras premium berkisar Rp 16.000-Rp 16.500 per kg. ”Padahal, sebelumnya, harga beras medium itu Rp 13.000 per kg. Kenaikannya sekitar tiga minggu ini,” kata Siti Khodijah (39), pedagang beras, Jumat (16/2/2024).
Angka itu juga di atas harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 10.900-Rp 11.800 per kg berdasarkan zonasi. Harga komoditas ini mulai melebihi HET sejak tahun lalu. Beras yang tadinya Rp 10.500 per kg naik jadi Rp 11.000 per kg, dan kini naik menjadi Rp 15.000 per kg.
Baca juga: Giliran Harga Beras Bagus, Benih Padi Malah Dimakan Tikus
Menurut Khodijah, lonjakan harga beras dipicu masih minimnya daerah yang panen padi di Cirebon dan sekitarnya. ”Padahal, biasanya, setiap tahunnya ada penurunan harga setiap bulan dua (Februari) karena yang daerah Jawa (Tengah) mulai panen. Tapi, sekarang belum,” ungkap pengelola Toko Beras Hj Sarah ini.
Akibat kenaikan harga beras, ia pun menyiapkan stok sesuai dengan kebutuhan. Namun, Khodijah mengakui ada pengurangan permintaan. Biasanya, dalam sehari, ia bisa belanja empat mobil atau 10 ton beras. ”Tapi, sekarang, yang keluar masuk tiga mobil. Ini masih terbilang normallah,” ucapnya.
Lonjakan harga beras ini tidak terlepas dari minimnya daerah yang panen di Cirebon. Bahkan, sebagian besar lahan di daerah itu baru memasuki masa tanam. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Samsina mengatakan, fenomena El Nino memicu mundurnya masa tanam lebih dari sebulan.
Fenomena yang ditandai dengan kekeringan ini juga berdampak pada produksi padi tahun lalu. Pada 2023, panen padi mencapai 534.777 ton. Jumlah ini berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 573.911 ton. ”Meskipun (produksinya) berkurang, Cirebon masih surplus beras,” ucapnya.
Harga gabah kering panen di tingkat petani Cirebon tercatat di atas Rp 7.000 per kg. Padahal, harga pembelian pemerintah untuk gabah itu Rp 5.000 per kg. Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon pun berupaya menekan harga beras.
Produksi beras di daerah berpenduduk 2,3 juta jiwa itu tahun lalu tercatat 342.846 ton. Adapun kebutuhan beras di Cirebon adalah 248.400 ton per tahun. Artinya, terdapat surplus 94.446 ton beras di Cirebon. Akan tetapi, harga beras di daerah itu tetap tinggi. Menurut dia, beras dari Cirebon kerap keluar daerah dan sebaliknya.
Kepala Bidang Perdagangan dan Pengendalian Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon Sidik Wibowo mengatakan, kenaikan harga beras merupakan fenomena nasional karena El Nino terjadi di daerah lainnya. Kondisi itu memicu mundurnya musim tanam padi.
”Akhirnya, produksi beras juga berkurang. Kalaupun ada gabah, harganya sudah mahal,” ucap Sidik.
Harga gabah kering panen di tingkat petani Cirebon tercatat di atas Rp 7.000 per kg. Padahal, harga pembelian pemerintah untuk gabah itu Rp 5.000 per kg. Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon pun berupaya menekan harga beras.
Pihaknya akan menggelar operasi pasar murah minggu depan sebanyak tiga kali. Sekali operasi, terdapat 10 ton beras yang digelontorkan dengan harga Rp 52.000 per karung. Setiap karung berisi 5 kg beras medium. ”Setidaknya, kami berharap upaya ini bisa mencegah laju kenaikan harga beras,” ujar Sidik.