logo Kompas.id
NusantaraPulang Kampung untuk Salurkan ...
Iklan

Pulang Kampung untuk Salurkan Hak Suara

Warga Kalbar berjuang menyalurkan hak pilih di Pemilu 2024. Pemilih muda berperan penting menentukan arah Indonesia.

Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
· 4 menit baca
Salah satu jalur yang dilintasi para calon anggota legislatif di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, saat kampanye Pemilu 2024.
DOKUMENTASI PRIBADI PEGGY

Salah satu jalur yang dilintasi para calon anggota legislatif di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, saat kampanye Pemilu 2024.

Menjelang hari pencoblosan pada pesta demokrasi, sejumlah warga di Kalimantan Barat pulang ke kampung halaman demi menyalurkan hak suaranya. Satu suara berharga untuk menentukan nasib bangsa.

Suasana di sejumlah ruang publik Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, beberapa hari terakhir tidak seramai hari-hari biasa. Ada yang masih liburan Imlek hingga kampus. Di samping itu, ada juga yang pulang kampung. Semua demi menyalurkan hak suaranya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Cindy Octadilla (25), guru di salah satu sekolah swasta di Kota Pontianak, misalnya, pulang kampung ke Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, sekitar 90 kilometer dari Kota Pontianak, Senin (12/2/2024) sore. Ia pulang ke kampung halamannya bersama tiga saudaranya.

”Kami sengaja pulang untuk nyoblos,” kata Cindy, Selasa (13/2/2024).

Baca juga: Pemilih Muda Galau, tetapi Tentukan Arah Pendulum Kepemimpinan Bangsa

Petugas sedang menyortir logistik pemilu di KPUD Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, pada 12 Desember 2023.
DOKUMENTASI KPUD KABUPATEN SINTANG

Petugas sedang menyortir logistik pemilu di KPUD Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, pada 12 Desember 2023.

Cindy mengatakan, meluangkan waktu pulang kampung karena satu suara sangat penting untuk menentukan nasib bangsa ke depan. Sebagai generasi muda, sayang sekali jika tidak mencoblos. Pada setiap pemilu, ia selalu balik kampung.

Apalagi, ia mengetahui suara pemilih muda seusianya sangat penting dalam pemilu kali ini. Ia menyadari pula bahwa suara generasinya menentukan bagaimana kualitas dan hasil Pemilu 2024.

Apa yang dikatakan Cindy tersebut sesuai dengan data pemilih tahun ini. Pada Pemilu 2024, jumlah pemilih muda mendominasi. Secara nasional, dari total 204,8 juta pemilih, sekitar 106,3 juta atau 52 persen di antaranya berusia 17-40 tahun.

Jika dirinci, persentase pemilih berusia 17-30 tahun sebanyak 31,29 persen dari total pemilih. Adapun usia 31-40 tahun tercatat 20,7 persen.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Kalbar, dari 3.958.561 jumlah pemilih, 25,37 persen atau sekitar 1 juta di antaranya adalah pemilih gen Z atau kelahiran 1997-2012. Kemudian, 35,49 persen atau 1,4 juta pemilih dari generasi milenial (kelahiran 1981-1996).

Selanjutnya, 26,23 persen atau sekitar 1 juta di antaranya pemilih dari gen X (kelahiran 1965-1980). Selebihnya, 1,26 persen atau 49.879 pemilih kategori pre-boomer (kelahiran sebelum 1945) dan 11,65 persen atau 461.116 lagi merupakan pemilih baby boomer (kelahiran 1946-1964).

Ada anak-anak di daerahnya yang minder sekolah karena tidak mempunyai telepon pintar. Sebab, waktu pandemi pembelajaran secara daring. Itu juga motivasi saya pulang untuk memberikan hak suara.

Pemilih muda memanfaatkan internet untuk melihat visi-misi pasangan calon presiden calon wakil presiden yang berkontestasi pada Pemilu 2024.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)

Pemilih muda memanfaatkan internet untuk melihat visi-misi pasangan calon presiden calon wakil presiden yang berkontestasi pada Pemilu 2024.

Terkait pemilih muda, pengajar bidang pemilu dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Titi Anggraini, mengatakan, pemilih muda tidak hanya merefleksikan jumlah pemilih, tetapi juga konfigurasi populasi Indonesia. Dalam konteks itu, pemilih muda berdampak pada arah Indonesia ke depan, termasuk pilihan mereka pada pemilu.

Cindy menuturkan lebih lanjut, ia memantau selama proses pemilu untuk mengenal para calon presiden dan calon wakil presiden. ”Kalau hadir di kampanye tidak karena saya juga bekerja. Namun, memantau melalui berbagai platform seperti media sosial,” tuturnya.

Iklan

Dengan menyalurkan hak pilih, ia berharap Indonesia dapat semakin maju. Apalagi, masih ada tantangan di bidang pendidikan. Masa pandemi Covid-19 lalu, kata Cindy, tidak sedikit anak-anak putus sekolah.

”Ada anak-anak di daerahnya yang minder sekolah karena tidak mempunyai telepon pintar. Sebab, waktu pandemi pembelajaran secara daring. Itu juga motivasi saya pulang untuk memberikan hak suara,” tuturnya.

Cindy mengatakan, teman-teman dekatnya juga banyak yang pulang ke kampung halaman mereka yang berjarak ratusan kilometer dari Pontianak. Setelah mencoblos mereka akan kembali ke Pontianak untuk bekerja.

Mengarungi sungai

Perahu mengangkut penumpang di Sungai Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Rabu (14/11/2018). Mesin perahu itu rusak dan berhenti untuk perbaikan. Sungai itu satu-satunya jalur bagi masyarakat di hulu Kapuas jika ingin ke Putussibau, ibu kota Kapuas Hulu.
KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA

Perahu mengangkut penumpang di Sungai Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Rabu (14/11/2018). Mesin perahu itu rusak dan berhenti untuk perbaikan. Sungai itu satu-satunya jalur bagi masyarakat di hulu Kapuas jika ingin ke Putussibau, ibu kota Kapuas Hulu.

Apabila jarak kampung Cindy relatif dekat dengan Pontianak, lain halnya dengan Agustinus Yono (46). Warga Kota Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, itu harus mengarungi Sungai Kapuas selama 5 jam untuk pulang kampung untuk menyalurkan hak pilihnya. Sehari-hari dia bekerja di Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.

”Kondisi air sulit diprediksi. Terkadang deras sekali dan kalau kemarau sulit pula dilintasi. Kemarin (Senin) ada 20 rekan-rekan saya pulang ke Putussibau untuk ikut pemilu,” tuturnya.

Menurut dia, jangan sampai hak suara disia-siakan karena akan menentukan nasib bangsa ke depan termasuk bagaimana nasib masyarakat. Ia berharap ke depan terdapat lapangan pekerjaan yang lebih memadai untuk masyarakat. Selain itu, pendidikan masih perlu diperkuat menyongsong IKN.

”Selebihnya, saya berharap pesta demokrasi ini berlangsung damai,” ujarnya.

Perahu motor melintas di Sungai Kapuas yang membelah Kota Sintang di Kalimantan Barat, Rabu (13/10/2021). Sungai Kapuas dengan panjang mencapai 1.143 kilometer merupakan sungai terpanjang di Indonesia.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Perahu motor melintas di Sungai Kapuas yang membelah Kota Sintang di Kalimantan Barat, Rabu (13/10/2021). Sungai Kapuas dengan panjang mencapai 1.143 kilometer merupakan sungai terpanjang di Indonesia.

Demikian juga dengan Endro (24) yang bekerja di Kota Pontianak pulang menuju Kabupaten Sekadau, 300 kilometer dari Kota Pontianak sejak beberapa pekan lalu. Endro menuturkan, sebagai pemilih muda, ia berupaya menggunakan hak pilihnya secara rasional dengan melihat program para calon.

”Makanya, penting menggunakan hak suara saat pemilu. Suara generasi saya sangat menentukan pemilu kali ini,” tuturnya.

Dari Kota Sekadau menuju kampungnya juga ada melintasi jembatan gantung sepanjang 60 meter dan lebar 1,5 meter. Jembatan itu terbuat dari kayu dan papan-papannya sudah banyak yang patah.

Untuk melintasinya harus pelan-pelan. Saat menggunakan sepeda motor, kaki harus ikut berpijak di papan jembatan sehingga memerlukan waktu 9-12 menit.

https://cdn-assetd.kompas.id/uBeXZ7XyMt1TDqv_oUwvamsx34U=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F16%2F178266fa-022a-4c65-8318-b6e8690dcb10_jpg.jpg

Ketua Presidium Jaringan Demokrasi Indonesia Kalbar Umi Rifdiyawati menuturkan, banyak yang antusias dalam pemilu untuk menggunakan hak pilih. Ini memang pesta rakyat dan masyarakat menyadari mereka harus berpartisipasi menentukan pemimpin bangsa.

Hal itu harus dihargai dan dijaga. Dalam sistem pemilu satu orang satu suara satu nilai. Ketika masyarakat sudah antusias, penyelenggara pemilu dan yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu tentu harus memastikan kemurnian hasil pemilu.

”Ini adalah wujud dari keinginan rakyat Indonesia dari proses panjang yang dilewati sejak awal proses pemilu. Ketika aspirasi telah disalurkan, itulah kehendak rakyat Indonesia. Tidak boleh ada kecurangan dan intimidasi,” tuturnya.

Masyarakat juga hendaknya berpartisipasi mengikuti penghitungan suara dan mendokumentasikannya. Hal tersebut sebagai wujud mengawal bersama kemurnian penghitungan suara.

Baca juga: Pemilih Muda dan Buaian ”Politainment”

Editor:
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000