Kecelakaan Perahu Pembawa Jenazah, Jasad Hilang dan Tiga Orang Tewas
Korban hilang belum ditemukan karena sulitnya proses pencarian akibat air keruh, arus deras, dan ada ancaman buaya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Perahu Cepat Sinar Agung yang membawa rombongan pengantar jenazah anak berusia empat tahun, Minggu (4/2/2024) sekitar pukul 00.30, bertabrakan dengan perahu bermuatan kelapa di perairan Tanjung Serai, Desa Bunga Karang, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Akibat peristiwa itu, tiga orang tewas, dua penumpang dan jasad anak balita itu hilang.
Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Palembang Manca Rahwanto saat dihubungi dari Palembang mengatakan, Perahu Cepat Sinar Agung itu bermuatan sembilan orang dan satu jenazah anak balita. Perahu cepat yang dinakhodai Sudarno (40) itu bertolak dari Dermaga PU di kawasan Desa Bunga Karang dengan tujuan kawasan Primer 8, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin.
Sekitar 30 menit kemudian, saat melintasi perairan Tanjung Serai, perahu cepat itu bertabrakan dengan perahu bermuatan kelapa yang dinakhodai Hardi. Perahu bermuatan kelapa itu berangkat dari arah Sungai Bungin, Kecamatan Banyuasin II, Banyuasin.
Akibat tabrakan, perahu cepat itu pecah dan tenggelam. Dari sembilan penumpang, tiga meninggal, yakni Surya (50), Winardi (40), dan Dwi Lestari (29).
Dua penumpang lainnya hilang, yakni Eko dan Gunadi. Keduanya hilang bersama jenazah anak balita yang bernama Icha. Adapun nakhoda Sudarno dan empat penumpang lain selamat, tetapi mengalami luka-luka, yaitu Trisno (35), Junarti (37), Nando (30), dan Suyoto (22). Adapun awak perahu bermuatan kelapa selamat.
”Tabrakan terjadi kemungkinan karena jarak pandang yang terganggu akibat hujan lebat di lokasi kejadian,” ujar Manca.
Tiga penumpang yang meninggal telah dimakamkan di kawasan Primer 8, tepatnya di Desa Karang Makmur, Lalan, pada Minggu pagi. Korban luka-luka langsung dibawa untuk dirawat ke rumah sakit terdekat. Untuk dua orang dan jenazah yang hilang, semuanya masih dalam pencarian.
Sejauh ini, kami belum menemukan tanda-tanda dari jejak korban yang hilang itu kecuali puing-puing perahu cepat yang hancur. Tantangan utama pencarian adalah air yang keruh dan arus cukup kencang karena terjadi pasang-surut, serta bahaya binatang buas buaya.
Tim gabungan Basarnas, TNI/Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat, yang berjumlah 30 orang, sudah memulai pencarian di permukaan dan bawah air dari pukul 07.00 hingga pukul 18.00. Namun, sejauh ini, proses pencarian dengan radius kurang lebih 3 kilometer dari titik kecelakaan itu belum membuahkan hasil. Pencarian akan dilakukan hingga tujuh hari dimulai dari hari kejadian.
”Sejauh ini, kami belum menemukan tanda-tanda dari jejak korban yang hilang itu kecuali puing-puing perahu cepat yang hancur. Tantangan utama pencarian adalah air yang keruh dan arus cukup kencang karena terjadi pasang-surut, serta bahaya binatang buas buaya,” ungkap Manca.
Camat Lalan Jamian menyampaikan, perahu cepat itu hendak membawa jenazah Icha yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit, tak jauh dari Dermaga PU. Icha adalah anak dari Trisno, guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di kawasan Lalan. Rombongan pembawa jenazah itu masih satu keluarga atau berkerabat dengan Trisno.
”Setelah membantu proses pemakaman korban meninggal, warga juga ikut membantu proses pencarian korban yang hilang. Namun, pencarian cukup sulit karena arus deras, ada pasang-surut, dan ada buaya,” tutur Jamian.