Sivitas Akademika Universitas Padjadjaran Serukan Pemilu Bermartabat
Sejumlah guru besar, dosen, hingga mahasiswa di Universitas Padjadjaran prihatin dengan kondisi demokrasi bangsa.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Ratusan sivitas akademika Universitas Padjadjaran menyerukan aksi terkait kualitas demokrasi Indonesia menjelang Pemilihan Umum 2024. Aksi yang disebut Seruan Padjadjaran ini meminta para penguasa melaksanakan demokrasi yang bermartabat.
Ketua Senat Akademik Unpad Profesor Ganjar Kurnia menjadi perwakilan dalam membacakan Seruan Padjadjaran di depan kampus Unpad Dipati Ukur, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (3/2/2024). Aksi yang dimulai sekitar pukul 09.00 ini diikuti puluhan guru besar, dosen, hingga mahasiswa.
Menurut Ganjar, penyalahgunaan kekuasaan dalam kontestasi politik hingga pelanggaran etika lainnya menunjukkan kualitas demokrasi yang menurun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Praktik penguasa untuk melegitimasi kepentingan segelintir elite akan berdampak pada kegagalan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu peristiwa yang disoroti dalam aksi tersebut adalah syarat pencalonan presiden dan wakilnya di ranah Mahkamah Konstitusi. Syarat yang membuat anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden nomor urut 2 ini dinilai menyalahgunakan kekuasaan.
”Hukum yang seharusnya jadi bintang pemandu justru digunakan untuk menjustifikasi dan melegitimasi proses-proses kebijakan politik, ekonomi, sosial, dan kebijakan lainnya yang bermasalah. Hal ini karena adanya krisis kepemimpinan yang tidak beretika dan bermartabat,” kata mantan Rektor Unpad periode 2007-2015 ini.
Makna pelaksanaan Pemilu 2024 sebagai institusi demokrasi tidak boleh diolok-olok hanya sebagai prosedur memilih pemimpin. Penegakan aturan main yang adil dan transparan hingga membuka ruang partisipasi bagi publik untuk mengembalikan kedaulatan rakyat dan jati diri demokrasi.
Ganjar juga mendesak penegakan hukum terkait kasus-kasus pelanggaran yang terjadi selama penyelenggaraan Pemilu 2024. Tindak lanjut itu dilakukan demi pesta demokrasi yang berintegritas dan pulihnya kepercayaan publik kepada pemerintah.
”Negara dan pemerintah beserta aparaturnya harus hadir sebagai pengayom, penjaga, dan fasilitator yang menjaga jarak yang sama kepada para kontestan pemilu. Pelaksanaan ini untuk pemilu dan demokrasi yang bermartabat,” ujarnya.
Bukan tidak mungkin hari tenang (pemilu) dijadikan tidak tenang oleh masyarakat kalau seruan ini tidak diindahkan dan dianggap hanya kepentingan.
Perwakilan lainnya, Guru Besar Hukum Tata Negara Unpad Profesor Susi Dwi Harijanti, memaparkan, lebih dari 80 guru besar Unpad telah menandatangani seruan aksi ini. Di samping itu, puluhan dosen juga turut berpartisipasi sehingga jumlah sivitas akademika yang memiliki keresahan serupa ini mencapai 106 orang.
Susi mengklaim gerakan ini bebas dari tunggangan politik pihak mana pun. Dia juga mengaku, pihaknya tidak mendapatkan tekanan dalam seruan moral yang menyoroti etika yang biasa dijunjung tinggi oleh kalangan kampus.
Menurut Susi, teks seruan yang dibacakan itu adalah hasil kontribusi dari berbagai pihak. Dia berujar, aksi ini menunjukkan prinsip inklusivitas dari Unpad dalam memandang kondisi yang terjadi di tengah masyarakat.
”Data yang kami himpun ini per pukul 08.00 pagi. Semua dikumpulkan dalam formulir digital dan mulai disebarkan dari semalam sebelumnya. Ini merupakan yang pertama saat guru besar dan dosen, alumni, serta mahasiswa bergabung untuk menyuarakan aksi,” kata Susi.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Unpad tahun 2023 Haikal Febriansyah yang turut meramaikan aksi mengklaim, ribuan mahasiswa juga bakal menandatangani seruan ini. Dia juga meyakini para mahasiswa akan turun ke jalan jika seruan dari para guru besar ini tidak didengar.
”Bukan tidak mungkin hari tenang (pemilu) dijadikan tidak tenang oleh masyarakat kalau seruan ini tidak diindahkan dan dianggap hanya kepentingan. Sivitas akademika yang bersuara di seluruh Indonesia ini tidak untuk kepentingan politik dan elektoral siapa pun. Ini tandanya insan-insan pemikir masih peduli dengan bangsa ini,” ujarnya.