Dua Kecelakaan Kapal Terjadi di Perairan Sulut dalam Sepekan
Kecelakaan kapal pelayaran rakyat terjadi di perairan Manado. Ini kecelakaan kedua dalam sepekan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sebuah kapal motor yang menjadi sarana transportasi pelayaran antarpulau bagi warga pulau-pulau sekitar Manado, Sulawesi Utara, mengalami kecelakaan dan menyebabkan dua orang meninggal. Kecelakaan ini kejadian yang kedua kalinya di perairan Sulut dalam sepekan terakhir.
Kapal Motor (KM) Kenji, sebuah kapal kecil yang dapat menampung lebih kurang 20 orang, dilaporkan karam pada Sabtu (27/1/2024) setelah bertolak dari Pulau Nain di Minahasa Utara menuju Pelabuhan Kalimas Manado yang berjarak sekitar 1 jam pelayaran. Kapal itu mengangkut 17 penumpang dan tiga awak.
Dua orang meninggal, termasuk nakhoda bernama Ancis Nendey. Satu lagi korban dilaporkan bernama Adi S. Setelah dievakuasi oleh warga di sekitar Pulau Siladen yang masuk wilayah Manado, jenazah dikembalikan kepada keluarga masing-masing di Pulau Nain.
Kepala Satuan Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) Polresta Manado Komisaris Kretsman Mulalinda mengatakan, KM Kenji berangkat dari Nain sekitar pukul 08.30. ”Muatan yang dibawa adalah kopra dan ikan beku dalam beberapa cooler box,” katanya.
Akan tetapi, pelayaran kapal tergolong buruk dengan tinggi gelombang yang dapat mencapai 2,5 meter di perairan utara Sulawesi. Akibatnya, lanjut Kretsman, mendekati Pulau Siladen di timur Pulau Bunaken, kapal dihantam ombak dan karam.
”Sempat kami lakukan kolaborasi beberapa kapal untuk melakukan pencarian, termasuk kapal Direktorat Polairud Sulut dengan anggota Polairud Polresta Manado karena kami memiliki keterbatasan alat. Kami dibantu juga kapal beberapa resor di Siladen, ada dua unit,” kata Kretsman.
Adapun 18 penumpang kapal telah berhasil diselamatkan dan dipulangkan ke domisili masing-masing. Kretsman mengatakan, salah satu penumpang wanita yang bertujuan ke Manado akan dimintai keterangan sebagai langkah penyelidikan mengenai adanya kelalaian atau bahkan kesengajaan.
”Pimpinan sudah menyatakan agar dilakukan operasi pengetatan kepatuhan dalam hal keselamatan berlayar ke depan. Kejadian ini tidak terjadi begitu saja. Kalau semua (rambu) safety (diperhatikan), tentu tidak terjadi musibah. Ternyata di kapal tersebut tidak ada pelampung satu pun,” kata Kretsman.
Masyarakat dan kapal-kapal yang melakukan aktivitas di daerah-daerah yang disebutkan perlu mempertimbangkan kondisi (alam) tersebut.
Sebelumnya, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Ricky Daniel Aror mengatakan dalam siaran pers bahwa gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan timur Bitung hingga Minahasa Utara, sementara gelombang 1,25-2,5 meter rawan terbentuk di Laut Sulawesi.
Perahu nelayan ia sebut menghadapi risiko tinggi meski hanya berhadapan dengan gelombang setinggi 1,25 meter yang berpadu dengan angin 15 knot. ”Masyarakat dan kapal-kapal yang melakukan aktivitas (pelayaran) di daerah-daerah yang disebutkan perlu mempertimbangkan kondisi (alam) tersebut,” katanya.
Sebelumnya, kecelakaan pelayaran juga terjadi di perairaan antara Pulau Tagulandang dan Biaro yang masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro di utara Manado. Kapal Landing Craft Transport (LCT) Bora V dilaporkan hilang kontak dalam perjalanan dari Pelabuhan Bitung menuju Manado pada Minggu (21/1/2024) malam sekitar pukul 21.00.
Kepala Bidang Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Bitung Kapten Heru Hernawan mengatakan, kapal itu sempat melaporkan keadaan darurat kepada kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Siau. Air masuk dari samping kapal, sementara rampdoor, yaitu pintu yang berfungsi sebagai pijakan kendaraan yang dimuat kapal tersebut, sudah putus.
Sekitar pukul 22.00, sekitar 4 mil laut (7,4 kilometer) dari Pulau Biaro ke arah Tagulandang, Kapal LCT Bora V hilang kontak. ”Kami melapor ke Basarnas (Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional), kemudian ke Polairud dalam hal ini KP (Kapal Polisi) Baladewa 8002, dan kepada TNI AL,” kata Heru.
Kepala Kantor SAR Manado Monce Brury menyatakan, kapal tersebut mengangkut 18 orang. Sepuluh orang adalah nakhoda dan awak kapal, sementara delapan lainnya sopir serta kenek. Enam orang di antara sopir dan kenek tersebut tidak terdaftar dalam manifes penumpang kapal.
Hingga Sabtu, 10 orang telah ditemukan dalam keadaan selamat, sementara dua orang lainnya meninggal. Pencarian enam orang yang tersisa telah dihentikan pada Sabtu sore. Monce menyatakan, pihaknya akan menggelar konferensi pers pada Senin (29/1/2024) untuk memberikan keterangan lengkap.