Trans-Kalimantan di Barito Selatan Putus Direndam Banjir
Banjir memutus jalur Trans Kalimantan dari Kalteng menuju Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (24/1/2024).
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
BUNTOK, KOMPAS — Jalur Trans-Kalimantan di Barito Selatan, Kalimantan Tengah, putus akibat banjir selama lima hari. Ratusan pengemudi truk pengangkut sawit dan mobil pembawa berbagai macam barang terpaksa menunggu di tengah hutan berharap banjir segera surut.
Deni (51), warga Balikpapan, Kalimantan Timur, misalnya, sudah lima hari menunggu banjir surut di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan. Jarak Kalahien menuju rumahnya di Balikpapan, sekitar 450 kilometer.
Dia datang dari Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng. Di sana, Deni berbisnis jual beli ban truk. Kini, mobil pikapnya tertahan di Kalahien. Dia tidak bisa pulang karena banjir terlalu dalam.
”Dari pinggir kelihatannya dangkal. Kalau ke tengah itu hampir dua meter. Sudah lima hari kami tunggu banjir surut. Uang sudah mau habis. Setiap hari hanya makan mi instan sama (bakso) pentol saja. Bahkan, mandi juga baru kemarin setelah ada air,” kata Deni, Rabu (24/1/2024).
Berada di tengah hutan, Deni bersama dua karyawannya terpaksa tidur di mobil pikapnya. Hal yang sama dilakukan ratusan pengemudi dan pengguna jalan lainnya. Beberapa hari lalu, Deni mengatakan, jumlahnya bahkan lebih banyak.
”Banyak sopir dari Palangkaraya hendak menuju Barito sudah tidak mau menunggu. Mereka pilih balik lagi ke Palangkaraya,” kata Deni.
Dari pantauan Kompas, banjir sudah terlihat di Desa Dusun Jutuh, sekitar 3 km dari Jembatan Kalahien yang dilintasi Sungai Barito. Jaraknya sekitar 180 km dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng. Titik banjir terburuk berada lima kilometer dari Jembatan Kalahien, tepatnya di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan.
Kendaraan motor roda dua diangkut menggunakan gerobak apung yang dibuat warga setempat. Warga menarik bayaran Rp 50.000 per motor. Ada juga warga yang memakai kelotok atau perahu kayu bermesin untuk mengantar warga melintasi banjir.
Beberapa petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Barito Selatan juga menggunakan perahu karet untuk mengantar warga yang ingin menyeberang. Wilayah itu hanya bisa diseberangi menggunakan perahu.
Barito Selatan merupakan satu dari tujuh kabupaten dan kota di Kalteng yang terdampak banjir. Enam wilayah lainnya adalah Kapuas, Barito Utara, Murung Raya, Gunung Mas, Kotawaringin Barat dan Kota Palangkaraya.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng menyebutkan, total ada 177 desa dan kelurahan di 22 kecamatan dilanda banjir. Setidaknya 49.808 keluarga atau 154.834 orang terdampak.
Banjir juga merendam 28.796 rumah di Kalteng. Selain itu, setidaknya 764 fasilitas umum mulai dari sekolah, tempat ibadah dan gedung pemerintah terdampak.
Mengungsi
Nurhayati (46), warga Desa Dusun Jutuh, Kecamatan Dusun Selatan, mengungkapkan, terpaksa mengungsi ke pinggir jalan. Dia beralasan, belum ada posko pengungsian di sekitar tempat tinggalnya.
”Sudah empat hari banjir naik-turun, tapi enggak pernah sampai surut, jadi kami tinggal di jalan saja. Bawa keluar barang, bikin pondok,” kata Nurhayati.
Menurut Nurhayati, banjir selalu terjadi setiap musim hujan akhir tahun. Namun, kali ini banjir lebih lama karena sampai melewati tahun baru.
”Desember sudah banjir, tapi lalu surut. Eh, kok, Januari banjir lagi, enggak tahu ini sampai kapan. Kalau dulu, banjirnya hanya Desember saja,” kata Nurhayati.
Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Ahmad Toyib menjelaskan, Pemerintah Provinsi Kalteng menetapkan status tanggap darurat bencana banjir sejak Selasa 23 Januari 2024 hingga 1 Februari 2024 atau selama 10 hari.
Menurut dia, langkah-langkah yang diambil pemerintah seusai penetapan status tanggap darurat banjir adalah dengan membuka posko-posko pengungsian, melanjutkan dan membantu proses evakuasi warga terdampak banjir.
”Pemenuhan kebutuhan dasar juga begitu penting, mulai dari air bersih, sanitasi, pangan, sandang, dan kesehatan di tempat penampungan,” kata Toyib.
Toyib menambahkan, pihaknya juga akan memperhatikan perlindungan terhadap korban banjir, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak, kelompok lanjut usia, dan orang dengan kebutuhan khusus. ”Di samping itu, pemerintah juga berkoordinasi untuk pemulihan fungsi sarana dan prasarana vital,” katanya.