Menikmati Kota Lama Banyumas dari Atas Dokar
Kota Lama Banyumas terus bergairah setelah penataan.
Pascapenataan jalan, kawasan pedestrian, taman, serta penerangan, Kota Lama Banyumas kian bergairah dan diharapkan menjadi episentrum baru perekonomian masyarakat.
Gemerincing lonceng dan derap langkah kaki kuda membelah jalanan Kota Lama Banyumas. Duduk manis di bawah naungan atap dokar menjadi salah satu pilihan nyaman terhindar dari sengatan matahari untuk menyusuri keanggunan bangunan dan rumah-rumah lawas.
Berangkat dari Alun-alun Banyumas, dokar yang dikendalikan Suwarto (80) sebagai kusir melaju tenang di antara mobil dan bus yang melintas di Jalan Gatot Subroto. Kemudian, dokar berbelok ke arah barat memasuki Jalan Mruyung. Di sini, terdapat sentra Batik Hadi Priyanto, Kafe Kumala, dan setibanya di simpang empat atau pertemuan antara Jalan Mruyung dan Jalan Pungkuran, terdapat Roti Mruyung Guest House & Café.
Baca juga: Lima Jam "Blusukan" di Banjoemas Lama
Di titik itu, sejumlah pengunjung tampak berfoto dengan latar dinding berlukiskan tulisan ”Banjoemas Kota Lama”. Dokar kemudian berbelok ke kanan atau arah utara menyusuri Jalan Pungkuran. Di sini terdapat Rumah Kapiten Tjoeng A Hwee yang dikenal sebagai kapiten sekaligus pengusaha batik dengan salah satu merek batiknya Cap Merak.
Terus melaju ke arah utara, dokar juga melintasi Kedai Yammie 1001 Banyumas. Bangunan kedai itu berupa rumah bergaya indische yang memperhatikan fengsui Tionghoa dan dibangun sekitar tahun 1860. Selanjutnya, dokar melintasi Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, berbelok ke kiri atau arah barat menyusuri Jalan Gaedan atau Jalan Pegadaian, lalu berbelok ke selatan melintasi Jalan Kulon. Di sepanjang jalan ini terdapat tempat aneka kuliner khas Banyumas seperti Tahu Kupat Mbah Djawi dan Bakmi Gareng Banyumas.
Baca juga: Kawasan Kota Lama Banyumas Ditata untuk Tingkatkan Pariwisata
Dalam waktu sekitar 45 menit, dokar telah kembali ke Alun-alun Banyumas. Suwarto mengatakan, dirinya sudah 40 tahun menjadi kusir dokar di Banyumas. Dengan tarif berkisar Rp 40.000 sampai Rp 60.000 sesuai jumlah penumpang, jarak, dan rute yang dilalui, Suwarto bisa berkeliling Kota Lama Banyumas hingga empat kali dalam sehari. ”Setelah ditata, Kota Lama Banyumas semakin ramai. Alhamdulillah,” kata Suwarto, Minggu (21/1/2024).
Lucia Astri Noviyanti (33), salah satu pengunjung yang mencoba menikmat Kota Lama Banyumas dengan dokar, senang bisa berkeliling sambil mengenalkan kuda kepada anak-anaknya yang masih kecil. ”Asyik sekali bisa berkeliling Kota Lama tidak capek,” ucapnya.
Seperti diketahui, pekerjaan penataan dimulai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Juni 2023 hingga Desember 2023 dan menelan biaya Rp 13,1 miliar. Pekerjaan melingkupi kawasan pedestrian, peningkatan jalan, peningkatan drainase, vegetasi, street furniture, dan mekanikal elektrikal. Selain kawasan Kota Lama, penataan juga dilakukan di sekitar Alun-alun Banyumas serta Taman Sari di kompleks Kecamatan Banyumas.
Penataan itu dilakukan untuk meningkatkan pariwisata, ekonomi, dan seni budaya. Juga untuk meningkatkan kualitas permukiman yang aman, nyaman, dan sehat. Di Kecamatan Banyumas terdapat 54 bangunan cagar budaya. Dari jumlah itu, sebanyak 20 unit berada di bawah tanggung jawab pemerintah daerah dan lainnya milik pribadi (Kompas.id, 26/11/2020).
”Penataan kawasan ini memberikan dampak positif bagi warga dan kami pelaku usaha. Jumlah kunjungan bisa meningkat sampai 50 persen,” kata pengelola Roti Mruyung Guest House & Café, Sucipto Panca Hariyadi.
Menurut Sucipto, sebanyak 17 meja dengan 4 kursi di kafe itu selalu terisi penuh pada akhir pekan, bahkan kadang harus membuka meja tambahan lagi hingga puluhan meja. Untuk melayani para tamu dan pengunjung, tempat usaha ini memiliki 23 karyawan yang sebagian besar warga sekitar Banyumas.
Oude stad itu adalah tata kota lama yang masih terus dipertahankan. Di kota lain sudah tidak ada lagi seperti yang dipunyai Banyumas .
Camat Banyumas Oka Yudhistira Pranayudha mengemukakan, penataan kawasan parkir dan atraksi budaya akan disiapkan supaya wisata Kota Lama ini bisa berkelanjutan. Setidaknya ada 10 kantong parkir yang akan dipakai supaya kendaraan tidak parkir di pinggir jalan. Adapun untuk atraksi budaya seperti kesenian lengger, musik akustik, dan ebeg atau kuda lumping akan disiapkan lewat pemberdayaan masyarakat, termasuk peran serta kelompok sadar wisata setempat.
Sebelumnya, Founder Banjoemas History Heritage Community (BHHC) Jatmiko Wicaksono mengutarakan, kekhasan Banyumas adalah satu-satunya kota dengan predikat oude stad.
”Oude stad itu adalah tata kota lama yang masih terus dipertahankan. Di kota lain sudah tidak ada lagi seperti yang dipunyai Banyumas. Kondisinya karena lama ditinggalkan, pada 1937 pusat pemerintahan digabung dengan Purwokerto dan dipindah ke sana, seakan-akan Banyumas ditinggalkan. Kami ingin Banyumas bangkit lagi,” kata Jatmiko (Kompas.id, 26/11/2020).
Jatmiko bersama komunitasnya konsisten mengenalkan sejarah Kota Lama Banyumas lewat kegiatan ”Jelajah Banjoemas Kota Lama”. Bersama para pencinta sejarah, mereka berkeliling dan mengunjungi tempat-tempat unik di Kota Lama Banyumas. Pada Minggu (21/1/2024) itu, mereka menggelar dua sesi kunjungan dengan tema masing-masing wilayah pecinan dan European.
”Banyumas Kota Lama ini adalah ibu kota karesidenan, ibu kota kabupaten, dan ibu kota kawedanan. Otomatis ini adalah pusat pemerintahan waktu itu. Banyumas sudah ada sejak sekitar tahun 1600-an, hanya tempatnya yang bergeser,” katanya.
Setelah penataan ini, Jatmiko berharap cagar budaya yang ada bisa terus dilestarikan. Jangan sampai dengan adanya peremajaan atau pembaruan perwajahan ini justru arahnya nanti ke wisata murni.