Sejak Dini Hari, Merapi Muntahkan 9 Kali Awan Panas
Gunung Merapi kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi dengan rentetan semburan awan panas guguran.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sejak Jumat (19/1/2024) dini hari hingga pagi, Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tercatat memuntahkan awan panas guguran sebanyak sembilan kali. Namun, jarak luncurnya masih dalam batas aman yang ditetapkan dan jauh dari kawasan permukiman.
Berdasarkan laporan resmi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang diperoleh Kompas, tiga rangkaian awan panas guguran (APG) pertama terjadi pada Jumat pukul 03.23 WIB, 03.29 WIB, dan 04.19 WIB. Ketiga APG itu masing-masing berdurasi 312 detik, 258 detik, dan 160 detik.
Adapun jarak luncur maksimal ketiga APG tersebut ialah 3 kilometer ke arah barat daya di Sungai Bebeng. Sungai itu berada di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Setelah itu, rangkaian kedua sebanyak enam kali APG berturut-turut terjadi pada pukul 06.59 WIB, 07.04 WIB, 07.12 WIB, 07.18 WIB, 07.21 WIB, dan 07.23 WIB. Durasi terpendek dari rangkaian APG itu terjadi pada pukul 07.21, yakni selama 110 detik, dan durasi terpanjang terjadi pada pukul 07.04 selama 200 detik.
Arah luncurannya masih sama seperti tiga APG pertama, yakni ke Sungai Bebeng. Estimasi jarak luncur terjauh keenam APG ini adalah sejauh 2 km. Adapun jarak luncur semua APG pada Jumat ini masih berada di bawah jarak aman yang ditetapkan BPPTKG untuk Sungai Bebeng, yakni sejauh 7 km.
Sebelum rangkaian awan panas itu, BPPTKG melaporkan puncak Merapi diguyur hujan sejak Kamis (18/1/2024) pukul 22.31 WIB. Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, hujan dapat mengganggu kestabilan kubah lava di puncak gunung sehingga berpotensi memunculkan APG.
Total curah hujan pada Kamis malam hingga Jumat pagi di puncak gunung setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut tersebut adalah 85,4 milimeter. Adapun intensitas hujannya tercatat sebesar 14,26 milimeter dengan durasi 360 menit atau enam jam.
Pada Kamis malam, BPPTKG juga mencatat terjadi dua kali APG, yakni pada pukul 19.56 WIB dan 20.03 WIB. Keduanya terjadi dengan durasi 227 detik dan 242 detik. Adapun jarak luncurnya sejauh 2,4 km ke Sungai Bebeng.
BPPTKG masih mempertahankan status kebahayaan Merapi pada level III atau Siaga. Status ini telah berlaku sejak 5 November 2020 atau lebih dari tiga tahun lalu. Agus mengatakan, rentetan APG pada Kamis dan Jumat ini terhitung sebagai peningkatan aktivitas Merapi kesembilan kalinya sejak status Siaga tersebut.
”Kami belum bisa memprediksi kapan fase erupsi Merapi ini berakhir karena suplai magma (dari dalam perut gunung) masih terus berlangsung,” kata Agus.
Apabila ada kejadian yang memerlukan langkah-langkah segera, BPPTKG tentu akan menginformasikan kepada kami dan pemangku kepentingan lainnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Lilik Andi Aryanto mengatakan, muntahan awan panas Merapi sudah sering terjadi sejak statusnya Siaga.
Pihaknya pun selalu berkoordinasi dengan BPPTKG dan BPBD Kabupaten Sleman terkait aktivitas Merapi. Sleman merupakan satu-satunya daerah di DIY yang sebagian wilayahnya berada di lereng gunung tersebut.
Terkait rangkaian awan panas hari ini, Lilik menyatakan, sejauh ini tak berdampak di wilayah DIY. ”Apabila ada kejadian yang memerlukan langkah-langkah segera, BPPTKG tentu akan menginformasikan kepada kami dan pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya.
Selain APG, BPPTKG mengingatkan potensi bahaya Merapi saat ini juga berupa guguran lava di sektor selatan-barat daya gunung. Guguran lava dan APG dapat meluncur sejauh maksimal 5 km di Sungai Boyong serta maksimal 7 km di Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng. Ketiga sungai itu mengalir di Kabupaten Magelang dan Sleman.
Adapun di sektor tenggara, ancaman bencana itu dapat meluncur sejauh maksimal 3 km di Sungai Woro dan 5 km di Sungai Gendol. Kedua sungai itu melintasi wilayah Sleman dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Terdapat pula potensi bahaya berupa lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif Merapi. Lontaran material dapat menjangkau radius 3 km dari puncak gunung.