Penolakan Sejumlah Orangtua Jadi Tantangan Vaksinasi Polio di Jateng
Vaksinasi polio digencarkan di Jateng, tetapi ada penolakan dari sejumlah orangtua. Ragu kehalalan vaksin jadi alasan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Para orangtua di sejumlah daerah di Jawa Tengah menolak anaknya diikutkan dalam program vaksinasi polio. Padahal, sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya vaksinasi tersebut sudah gencar dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Penolakan dari para orangtua itu diketahui muncul di sejumlah daerah di Karanganyar, Kendal, dan Kota Semarang. Di Kota Semarang, penolakan terjadi di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, pada pelaksanaan hari pertama Sub-Pekan Imunisasi Nasional (Sub-PIN) Polio, Senin (15/1/2024). Dalam kesempatan itu, sejumlah orangtua memilih untuk menandatangani surat penolakan vaksinasi.
Penolakan dari sejumlah orangtua itu disayangkan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Hevearita mengatakan belum mengetahui alasan penolakan tersebut. Namun, ia bertekad akan mencari tahu penyebab penolakan itu dan mendekati para orangtua yang menolak program tersebut.
”Kalau dari Dinas Kesehatan Kota Semarang belum bisa, saya akan mencoba melakukan pendekatan lain yang lebih dalam. (Program) ini sebenarnya untuk kebaikan anaknya sendiri agar terlindungi dari polio,” kata Hevearita dalam keterangannya, Kamis (18/1/2024).
Hevearita tak ingin adanya penolakan dari orangtua memunculkan persoalan di masa mendatang. Sebab, polio merupakan penyakit menular. Hingga kini, Kota Semarang masih bebas polio. Status bebas polio itu diharapkan bisa terus dipertahankan.
Sementara itu, di Kendal, penolakan vaksin polio terjadi di Kecamatan Pageruyung. Adapun di Karanganyar, penolakan dilakukan sejumlah orangtua di Kecamatan Jatiyoso dan Tawangmangu.
Di daerah-daerah itu, penolakan terjadi karena sebagian orangtua meragukan kehalalan vaksin. Padahal, pemerintah telah menggandeng Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, serta tokoh-tokoh agama setempat untuk mengedukasi para orangtua di daerah tersebut.
”Khusus di Karanganyar yang banyak (penolaknya) itu memang sudah lama (ada penolakan terhadap vaksinasi). Bahkan, (para orangtua yang menolak) sudah diajak berkunjung ke tempat produksi vaksinnya. Tapi, enggak tahu kenapa, mungkin keyakinan atau persepsinya keliru, mengira pokoknya vaksin haram,” ujar Kepala Subkoordinator Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Jateng Atin Suhesti.
Di daerah-daerah itu, penolakan terjadi karena sebagian orangtua meragukan kehalalan vaksin.
Kendati ada sejumlah penolakan, Atin optimistis Jateng bisa memvaksin setidaknya 95 persen dari total target sasaran sebanyak 3,9 juta anak berusia 0-7 tahun. Di Jateng, program Sub-PIN Polio digelar dua putaran, yakni pada 15-20 Januari 2024 dan 19-24 Februari.
Hingga Selasa (16/1/2024) atau hari kedua Sub-PIN Polio, cakupan vaksinasi Polio mencapai 37,4 persen dari total target. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jateng Irma Makiah, angka itu telah melampauai target harian.
”Tapi, masih ada tiga daerah yang cakupannya perlu digenjot, yakni Jepara, Kebumen, dan Sukoharjo. Kami akan mencegek lagi apa kendalanya, kemungkinan ada keterlambatan menginput data,” tutur Irma.
Irma mengimbau para orangtua untuk mengikutkan anaknya dalam program vaksinasi polio agar anaknya terlindungi dari ancaman lumpuh layu. Irma menambahkan, polio bisa menular melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi kotoran atau percikan yang mengandung virus polio. Untuk itu, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat perlu dilakukan untuk memutus rantai penularan.
”Biasakan cuci tangan pakai sabun, terutama sebelum makan. Kemudian, minumlah air yang sudah dimasak. Lalu, untuk menjaga daya tahan tubuh, makan makanan bergizi dan vaksinasi,” imbuh Irma.