Para orangtua diminta proaktif agar upaya membangun kekebalan kolektif melalui imunisasi polio menjadi lebih efektif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur telah menetapkan kejadian luar biasa kasus polio menyusul angka kejadiannya yang signifikan. Imunisasi secara serentak di 38 kabupaten dan kota digencarkan guna menekan sebaran virus penyebab lumpuh layuh tersebut. Selain itu, para orangtua juga diminta proaktif agar upaya membangun kekebalan kolektif menjadi lebih efektif.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jatim sampai dengan 17 Januari 2024, jumlah kasus polio mencapai 11 anak. Dari jumlah tersebut, sembilan anak tidak bergejala klinis, bahkan kondisinya sudah sehat. Adapun dua anak lainnya bergejala klinis sehingga memerlukan penanganan intensif.
Dua anak tersebut berasal dari Sampang dan Pamekasan. Penanganan dan pendampingan terhadap anak yang bergejala klinis tersebut sudah diberikan melalui puskesmas setempat.
”Hingga saat ini tidak ada penambahan kasus baru di Jatim,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono, Kamis (18/1/2024).
Menyikapi tingginya kasus polio di Jatim, pemerintah provinsi telah menetapkan kejadian luar biasa (KLB) sejak 12 Januari 2024 sesuai dengan regulasi yang berlaku. Oleh karena itu, meskipun kejadianya ditemukan di Sampang dan Pamekasan, penetapan status KLB diberlakukan dalam lingkup Provinsi Jatim.
”Bu Gubernur (Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa) menginisiasi KLB ini dilakukan di tingkat provinsi supaya tindak lanjutnya lebih merata. Karena yang diimunisasi polio bukan hanya dua kabupaten tersebut, melainkan 38 kabupaten dan kota di Jatim,” kata Erwin.
Tindak lanjut penanganan sebaran virus polio yang dimaksud ialah menggencarkan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (Sub-PIN) secara serentak di seluruh wilayah Jatim. Pelaksanaannya selama dua putaran, yakni putaran pertama pada 15-21 Januari 2024 dan putaran kedua pada 19-25 Februari 2024.
Kegiatan Sub-PIN polio ini dilaksanakan berdasarkan surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor IM.02.03/Menkes/1051/2023 tanggal 29 Desember 2023 perihal Pelaksanaan Sub-PIN dalam rangka Penanggulangan KLB Polio cVDPV2 (circulating vaccine-derived polio virus type 2).
”Dengan ditemukannya kasus lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis) atau disingkat dengan AFP di Jateng dan Jatim yang disebabkan virus polio tipe dua, Kemenkes menyerukan untuk melaksanakan Sub-PIN secara serentak mulai 15 Januari 2024,” ucap Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Untuk itu, secara khusus, Khofifah mengajak seluruh orangtua yang memiliki anak usia 0-7 tahun agar lebih peduli dengan mengantarkan anak ke pos atau layanan imunisasi tetes polio terdekat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), puskesmas, serta tempat pendidikan yang menyediakan layanan imunisasi seperti pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD,MI.
”Saya mengajak masyarakat yang memiliki anak usia 0-7 tahun untuk segera membawa anak ke posyandu, puskesmas, dan pos imunisasi terdekat lainnya untuk mendapatkan imunisasi tetes polio,” ucap Khoffah.
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, imunisasi polio dilaksanakan dengan memberikan novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) kepada seluruh anak di Jatim usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Sasarannya seluruh anak dalam rentang usia tersebut.
Berdasarkan data Dinkes Jatim, capaian jumlah anak yang diimunisasi pada kegiatan Sub-PIN polio putaran pertama yang dilaksanakan serentak di 38 kabupaten/kota per tanggal 15 Januari 2024 sebanyak 1.168.443 anak atau 26,3 persen dari jumlah sasaran anak usia 0-7 tahun sebanyak 4.437.679 anak.
Saya mengajak masyarakat yang memiliki anak usia 0-7 tahun untuk segera membawa anak ke posyandu, puskesmas, dan pos imunisasi terdekat lainnya untuk mendapatkan imunisasi tetes polio.
Menurut Khofifah, imunisasi menjadi pilihan ikhtiar memberantas virus polio dari ”Bumi Majapahit”. Dengan imunisasi, kekebalan akan terbentuk sehingga anak-anak tidak mudah terserang virus tersebut. Sebab, jika virus polio masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio atau imunisasi polionya tidak lengkap, virus akan sangat mudah berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga menyebabkan kelumpuhan.
”Dengan pemberian imunisasi polio seorang anak bisa terhindar dari virus sekaligus untuk memperkuat daya tahan tubuh anak pada rentang usia 0-7 tahun. Karena itu, Sub-PIN polio dilakukan secara serentak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya,” ujar Khofifah.
Khofifah mengajak masyarakat mengenali masa inkubasi virus polio, yakni 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Adapun gejala klinis yang muncul antara lain demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
”Jika menemui gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar intervensi bisa dilakukan sejak dini,” ucapnya.
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi kunci penting dalam pencegahan penularan virus polio di masyarakat. Hal itu karena cara penularan virus polio ini melalui feses atau kotoran manusia.
”Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti buang air besar (BAB) di jamban dengan septic tank memadai, membuang sampah popok bayi di tempat sampah, dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan serta setelah buang air merupakan hal penting yang harus kita lakukan untuk mencegah penularan virus polio ini,” paparnya.
Guna mendapatkan hasil efektif dalam pencegahan dan penanganan polio di Jawa Timur, Khofifah meminta Dinkes Jatim berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota terkait dengan respons cepat surveilans. Selain itu, melakukan Hospital Record Review di seluruh rumah sakit serta melakukan respons cepat surveilans dengan kegiatan survei 200 rumah dan pengambilan spesimen anak sehat di wilayah terdampak.
Sementara itu, Pemkab Sidoarjo juga mengintensifkan pemberian imunisasi polio dengan menyasar sekolah-sekolah. Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali meminta guru-guru membantu menyosialisasikan imunisasi polio kepada orangtua atau wali murid agar mereka mengizinkan anaknya diimunisasi.
”Tak kurang dari 2.000 guru mengambil peran untuk menyosialisasikan imunisasi polio kepada orangtua murid pentingnya mencegah penyakit lumpuh layuh yang disebabkan oleh virus tersebut,” kata Muhdlor.
Kepala Dinkes Sidoarjo Feny Apridawati mengatakan, sasaran imunisasi polio tahun ini sebanyak 292.041 anak. Total ada 3.988 pos layanan imunisasi seperti di puskesmas, sekolah, dan posyandu. Sebanyak 483 bidan dikerahkan. Selain itu, 489 perawat dan 12.633 kader kesehatan juga akan membantu sosialisasi hingga pelaksanaan imunisasi.