Pemerintah didesak serius menangani persoalan banjir. Tak hanya saat kejadian, tetapi juga sebelum dan setelah kejadian.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
AMUNTAI, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, belum juga surut setelah berlangsung hampir sepekan. Bencana ini seakan mengulang kejadian banjir di awal tahun 2021. Pemerintah didesak untuk serius menangani persoalan banjir. Tidak hanya saat kejadian, tetapi juga sebelum dan setelah kejadian.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Hulu Sungai Utara Syamrani mengatakan, banjir di Hulu Sungai Utara masih menggenangi sembilan dari 10 kecamatan hingga Kamis (18/1/2024). Banjir merendam rumah sebanyak 15.231 unit, jalan sepanjang 54.759 meter, fasilitas pendidikan 159 unit, fasilitas ibadah 117 unit, dan fasilitas kesehatan 18 unit.
Banjir terjadi akibat meluapnya tiga sungai besar di Hulu Sungai Utara, yakni Sungai Balangan, Sungai Tabalong, dan Sungai Nagara, akibat intensitas curah hujan yang tinggi. Sejak Sabtu (13/1/2024), luapan tiga sungai tersebut mulai menggenangi permukiman warga dan sejumlah ruas jalan di Hulu Sungai Utara.
Sebanyak 18.272 keluarga atau 54.093 jiwa terdampak banjir kali ini. Banjir yang menggenangi rumah warga berkisar 40-50 sentimeter. ”Sebanyak 402 jiwa mengungsi akibat banjir. Mereka mengungsi ke rumah keluarga masing-masing,” kata Syamrani, yang dihubungi dari Banjarmasin, Kamis.
Banjir tahun ini seperti mengulang kejadian banjir di awal tahun 2021. Namun, dibandingkan dengan banjir tiga tahun lalu, banjir kali ini lebih parah. ”Dari aspek yang terdampak, lebih banyak tahun ini,” ujarnya.
Pada awal 2021 banjir merendam 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, dengan ketinggian hingga lebih dari 1 meter. Hanya Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Banjir kala itu disebut-sebut merupakan bencana besar di Kalsel yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun.
Saat ini Sungai Nagara dan Sungai Balangan dalam level Siaga, sedangkan Sungai Tabalong dalam level Waspada.
Menurut Syamrani, banjir di Hulu Sungai Utara kali ini lama surut karena permukaan air di bagian hilir juga tinggi. Permukaan Sungai Barito di bagian hilir terpantau naik sehingga permukaan tiga sungai besar di Hulu Sungai Utara juga bertahan tinggi.
”Saat ini Sungai Nagara dan Sungai Balangan dalam level Siaga, sedangkan Sungai Tabalong dalam level Waspada,” katanya.
Kepala BPBD Kalsel Raden Suria Fadliansyah mengatakan, pemerintah provinsi telah mengirimkan bantuan logistik dan perahu karet untuk membantu warga terdampak banjir di Hulu Sungai Utara. Bantuan diserahkan kepada BPBD kabupaten di posko induk penanganan banjir Hulu Sungai Utara di Amuntai pada Selasa (16/1/2024) malam.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono menilai, pemerintah masih gagap dan lambat dalam penanggulangan bencana sehingga banjir berulang terus di musim hujan. Pemerintah seakan tidak belajar dari kejadian tahun 2021, yang pernah digugat oleh warga.
Menurut Kisworo, tahapan dalam penanggulangan bencana itu meliputi pencegahan (prakejadian), tanggap darurat (saat kejadian), dan rehabilitasi (pascakejadian). ”Pemerintah selama ini masih berkutat di tanggap darurat. Itu pun hanya dengan memberikan bantuan bahan pokok. Padahal, penanganannya mesti komprehensif dari hulu sampai hilir,” katanya.