25.171 Warga Terdampak Banjir di Kabupaten Bandung
Ribuan rumah di lima kecamatan di Kabupaten Bandung terendam banjir akibat luapan Sungai Citarum.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir merendam ribuan rumah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akibat luapan Sungai Citarum, Kamis (11/1/2024). Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat, jumlah warga yang terdampak mencapai 25.171 jiwa pada Jumat (12/1/2024) ini.
Hadi Rahmat Hardjasasmita, selaku Pranata Humas Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, memaparkan, sebanyak 25.171 warga itu tersebar di lima kecamatan yang terdampak banjir. Lima kecamatan ini meliputi Dayeuhkolot, Ciparay, Bojongsoang, Baleendah, dan Majalaya.
Ia menuturkan, ada 4.117 unit rumah yang terdampak banjir berdasarkan hasil pendataan sementara. Rata-rata ketinggian air dari 30 sentimeter hingga 170 sentimeter.
Daerah yang terdampak banjir paling parah ialah Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot. Hal ini disebabkan tanggul penahan air sungai di desa tersebut jebol.
Tim Basarnas Bandung bersama sukarelawan dan BPBD setempat menyelamatkan 41 keluarga yang terdampak banjir di Citeureup. Ketinggian air yang menggenangi lokasi tersebut lebih dari 1 meter.
”Berdasarkan kondisi terakhir hingga Jumat sore, ketinggian air mulai surut. Mayoritas warga yang terdampak banjir tidak mengungsi. Hanya 130 warga dari Desa Citeureup yang masih mengungsi ke SMP Negeri 1 Dayeuhkolot,” kata Hadi.
Tim Basarnas Bandung bersama sukarelawan dan BPBD setempat menyelamatkan 41 keluarga yang terdampak banjir di Citeureup. Ketinggian air yang menggenangi lokasi tersebut lebih dari 1 meter.
Hadi menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bandung untuk penanganan warga yang terdampak banjir. ”Kami terus mendampingi BPBD setempat dengan memberikan bantuan logistik serta mengevakuasi warga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Puji Utama mengatakan, pihaknya akan menyiapkan dapur umum. Upaya ini demi memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang aman.
”Kami juga akan menggelar rapat bersama BMKG, Basarnas, dan pihak terkait pada Jumat ini. Rapat ini untuk membahas penetapan status tanggap darurat banjir,” ucapnya.
Dede Wijana (48), salah seorang warga yang terdampak banjir di Kecamatan Bojongsoang, berharap adanya solusi untuk mengatasi banjir yang terus terjadi setiap tahun. Ia menilai, kehadiran kolam retensi air di Kabupaten Bandung belum mampu meminimalisasi banjir.
”Banjir menyebabkan aktivitas warga terdampak. Anak-anak tak bisa bersekolah. Salah satu penyebabnya adalah saluran air yang tersumbat sampah dan mengalami pendangkalan akibat timbunan lumpur,” ucap Dede.
Analisa BMKG
Prakirawan Stasiun Klimatologi Jawa Barat Asri Rachmawati mengatakan, Jawa Barat sudah memasuki musim hujan. Puncak musim hujan untuk 27 kabupaten dan kota di Jabar diperkirakan akhir Januari dan Februari.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hujan di sebagian wilayah Jabar dalam sepekan ke depan. Faktor itu, antara lain, suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia yang relatif hangat.
”Dengan suhu permukaan laut yang hangat mengindikasikan potensi penambahan uap air ke wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat. Masyarakat di daerah rawan bencana harus waspada apabila terjadi hujan selama berhari-hari,” ucap Asri.