Negosiasi Alot di Bawah Teror Gemuruh dan Lontaran Lava Pijar Gunung Lewotobi
Paulus Ribu sempat menolak dievakuasi tim SAR yang berjuang memastikan keselamatan warga di tengah erupsi gunung.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Gemuruh Gunung Lewotobi Laki-laki seperti bunyi mesin jet pesawat udara. Raungannya terdengar hingga jarak 10 kilometer dari puncak. Di saat bersamaan, lava pijar berlontaran dari kawah ke arah Desa Dulipali, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Di tengah teror yang mencekam, Rabu (10/1/2024) dini hari, Yuda Kusuma memimpin regu pencarian dan pertolongan (SAR) bergerak menuju Dulipali dari Desa Boru, pos komando utama penanggulangan bencana erupsi. Mereka hendak menjemput warga Dulipali yang belum mau mengungsi.
Tiba di Dulipali yang berjarak hanya 4 kilometer dari puncak, mereka langsung menyebar untuk mencari warga yang masih bertahan. Petugas keluar masuk lorong sambil berteriak memanggil warga untuk dievakuasi. Sejumlah ibu dan anak langsung menurut, ikut masuk ke dalam mobil evakuasi.
Tibalah mereka di rumah Paulus Ribu, kakek berusia sekitar 75 tahun. Saat diminta segera meninggalkan desa itu, Paulus menolak. Dibujuk beberapa kali, ia bergeming. Bahkan ia malah balik memarahi petugas yang terus membujuknya. ”Hidup mati di tangan Tuhan,” ujar Yuda meniru omongan Paulus.
Negosiasi tidak mencapai titik temu. Demi keselamatan, tim SAR bersama warga yang mau dievakuasi langsung meninggalkan Dulipali. Mereka dibawa ke Boru, bergabung bersama pengungsi lain yang sudah menempati lokasi itu sejak erupsi pertama pada 23 Desember 2023.
Ketika gunung berketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut itu erupsi, Desa Dulipali merupakan desa pertama yang direkomendasikan untuk dikosongkan sementara. Banyak warganya diungsikan ke beberapa desa terdekat. Desa itu sepi. Ketika datang kabar bahwa masih ada warga yang bertahan di sana, petugas kaget.
Terlebih lagi, Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki mengumumkan status keaktifan gunung telah mencapai level tertinggi, yakni Awas, Selasa (9/1/2024) pukul 23.30 Wita. Itu berarti radius aman yang semula 4 kilometer diperluas menjadi 5 kilometer.
Bagaimana dengan nasib Paulus?
Yuda membentuk tim kecil yang berjumlah lima orang, termasuk di dalamnya petugas yang fasih berbahasa daerah setempat. Mereka kembali ke Dulipali masih dalam kondisi erupsi yang semakin mengkhawatirkan. Mereka punya misi harus membawa Paulus keluar dari sana.
Tiba di sana, mereka membagi tugas. Ada yang siaga di mobil, ada yang memantau pergerakan material, dan sisanya melakukan negosiasi. Saat disapa menggunakan bahasa daerah, Paulus melunak. ”Ketika dia mengatakan iya, kami langsung angkut. Evakuasi kedua ini sekitar 10 menit,” ujar Yuda.
Menurut Yoga, teknik humanis psikologi sering kali dipakai dalam proses evakuasi, salah satunya menggunakan bahasa daerah. Orang yang diajak berbicara dalam bahasa daerahnya akan lebih tersentuh. Ia merasa bahwa lawan bicaranya adalah bagian dari dirinya.
Benar kata mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela terkait pendekatan komunikasi. Kata Mandela, jika Anda berbicara dengan orang menggunakan bahasa yang ia mengerti, kata-kata Anda akan masuk ke otaknya. Namun, jika Anda berbicara menggunakan bahasa dia sendiri, kata-kata Anda akan masuk ke dalam hatinya.
Peringatan waspada
Desa Dulipali memang harus dikosongkan mengingat abu vulkanik dan lontaran lava pijar mengarah ke situ. Namun, di luar itu masih ada beberapa desa lain yang juga berada tak jauh dari puncak gunung. Jika lontaran lava pijar mengarah ke sana, desa itu wajib dikosongkan.
Desa dimaksud seperti Klatanlo dan Hokeng Jaya. Banyak warga di dua desa itu sudah mengungsi, tetapi banyak pula yang memilih masih bertahan dengan berbagai alasan. ”Kami sudah biasa dengan gunung ini. Gunung tidak akan menyusahkan kami. Nanti juga erupsinya berhenti sendiri,” kata Herman Hali, tokoh masyarakat Klatanlo.
Herman meyakini, lontaran lava pijar tidak akan sampai ke rumahnya yang berjarak lebih kurang 4 kilometer. ”Kalau abu vulkanik itu biasa. Dulu belum ada masker, kami pakai tepung kopi. Kami tidak terlalu khawatir,” tambah pensiunan anggota Polri itu.
Material yang keluar diduga tidak hanya berasal dari Gunung Lewotobi Laki-laki, tetapi juga dari kembarannya, yakni Gunung Lewotobi Perempuan.
Iin Kusnadi, Ketua Tim Tanggap Darurat untuk Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki, mengingat masyarakat yang berada di dalam radius 4 kilometer agar mengungsi. Menurut Iin, jika terjadi letusan, lontaran material seperti kerikil panas bisa mencapai jarak 5 kilometer. Keselamatan mereka yang dalam radius itu pun terancam.
Ia mengatakan, erupsi yang terus terjadi sejak 23 Desember 2023 menunjukkan tingkat keaktifan gunung masih tinggi. Material yang keluar diduga tidak hanya berasal dari Gunung Lewotobi Laki-laki, tetapi juga dari kembarannya, yakni Gunung Lewotobi Perempuan. ”Ada kemungkinan itu,” ucapnya.
Data dari Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki menyebutkan, tinggi Gunung Lewotobi Perempuan 1.708 meter di atas permukaan laut. Puncak kedua gunung itu dipisahkan oleh pelana sejauh lebih kurang 2 kilometer dengan ketinggian 1.232 meter di atas permukaan laut.
Dikatakan pula bahwa aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang pertama kali tercatat dalam sejarah manusia terjadi pada tahun 1861, sedangkan Gunung Lewotobi Perempuan pada tahun 1921. Gunung Lewotobi Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan Gunung Lewotobi Perempuan.
Hingga Kamis ini, erupsi masih terus terjadi. Gemuruh terdengar jelas dan lontaran lava pijar masih terlihat. Pada Kamis pagi, asap kawah yang bertekanan sedang teramati berwarna putih, kelabu, dan coklat. Intensitas asap tebal dengan ketinggian hingga 700 meter di atas puncak.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Flores Timur menyebutkan, jumlah pengungsi menembus 4.000 jiwa. Pengungsi tinggal di tenda yang dibangun pemerintah dan sebagian di rumah penduduk di permukiman yang aman.
Tak pernah berhenti, imbauan bagi mereka yang tinggal dalam radius merah agar dengan penuh kesadaran mengungsi. Jangan ada lagi yang sampai harus terlibat negosiasi alot di tengah gemuruh dan lontaran lava pijar yang terus meneror. Evakuasi Dulipali cukup jadi pelajaran berharga.