Gajah Mati Diracun di TN Tesso Nilo, Gading Kiri Dipotong
Gajah latih bernama Rahman mati diracun dan sebelah gadingnya dipotong di Taman Nasional Tesso Nilo.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Gajah latih di Taman Nasional Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau, mati diracun, Rabu (10/1/2024). Ini merupakan kematian gajah yang ketiga di Pelalawan dalam satu tahun terakhir.
Kepala Taman Nasional (TN) Tesso Nillo Heru Sutmantoro, Kamis (11/1/2024), mengatakan, gajah latih jantan itu bernama Rahman, berusia 46 tahun. Gajah Rahman merupakan satu dari 10 gajah latih di TN Tesso Nillo yang biasanya digunakan untuk menggiring gajah liar yang masuk ke perkampungan.
”Peristiwa itu awalnya diketahui oleh mahout (pawang gajah) Jumadi. Hari Rabu sekitar pukul 08.30 WIB, ia membawa buah dan memanggil Rahman, tetapi tidak ada respons,” kata Heru lewat pernyataan tertulis.
Saat ditemukan, Rahman dalam kondisi tergeletak dan sekarat. Gading sebelah kiri hilang dipotong. Namun, di sekitar lokasi itu, tidak ditemukan barang-barang yang mencurigakan.
”Melihat kondisi Rahman, diduga kuat ia diracun terlebih dahulu sebelum dipotong gadingnya,” ujar Heru.
Melihat kondisi Rahman, diduga kuat ia diracun terlebih dahulu sebelum dipotong gadingnya.
Heru kemudian melaporkan peristiwa itu ke Polsek Ukui, Kabupaten Pelalawan. Selain itu, ia juga meminta bantuan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau untuk memeriksa Rahman.
Di saat yang sama, petugas TN Tesso Nilo melakukan pertolongan pertama sesuai arahan dokter hewan BBKSDA yang tengah bergerak dari Pekanbaru. Petugas memberikan obat, susu, dan gula cair ke mulut gajah menggunakan selang.
Namun, gajah itu akhirnya tak mampu bertahan. Ia tewas pada pukul 15.55. Dokter dari BBKSDA Riau tiba di lokasi pukul 22.30 untuk nekropsi atau bedah bangkai guna mengetahui penyebab kematian hewan.
Kepala BBKSDA Riau Genman Suhefti Hasibuan menyatakan, otoritas penanganan Rahman berada di tangan pengelola TN Tesso Nilo. Yang dilakukan BBKSDA Riau adalah membantu pengerahan dokter hewan.
Genman menambahkan, pada 2023 terjadi juga dua kematian gajah liar di Pelalawan. Pertama, adalah gajah jantan yang mati akibat diracun dengan umpan gula merah pada 11 Juli 2023. Kedua, gajah kecil yang mati terkena jerat pada 12 November 2023.
Konflik satwa dengan manusia di sekitar TN Tesso Nilo semakin rentan akibat meluasnya kerusakan hutan. Pada Maret 2023, masyarakat meminta pemerintah menindak pembalakan hutan penyangga TN Tesso Nilo di Kabupaten Kampar.
Menurut Ulil Amri, yang merupakan pendamping hutan desa dari Yayasan Mitra, pembalakan di lokasi tersebut mencapai luas sekitar 500 hektar. Selain itu, ada aktivitas pembersihan lahan yang diduga untuk perkebunan kelapa sawit (Kompas, 8/3/2023).
Kematian gajah sumatera dalam sebulan terakhir sudah empat ekor. Sebelumnya, kematian terjadi di Lampung, Bengkulu, dan Jambi.
Kematian gajah di Bengkulu terjadi di koridor satwa dalam sebuah konsesi perusahaan yang berjarak dekat TN Kerinci Seblat. Sepasang caling atau gigi yang menonjol pada gajah betina yang tewas itu juga hilang. Diyakini, caling itu diambil paksa. Buktinya adalah bekas luka tersisa pada tulang rahang yang pecah di sekitar tempat menempelnya caling. Bahkan, di lokasi kejadian juga ditemukan indikasi perburuan satwa. Itu dibuktikan dengan keberadaan jerat dari sling baja.
Adapun gajah yang mati di Jambi, awal Januari, akibat terseret arus banjir di Sungai Tabir yang merupakan hulu Sungai Batanghari di Kabupaten Merangin. Gajah mati diduga akibat kelelahan terbawa arus sungai.
Habitat Terbesar
Ketua Rimba Satwa Foundation (RSF) Zulhusni Syukri mengatakan, TN Tesso Nilo merupakan habitat gajah terbesar di Riau. Diperkirakan ada 150 ekor gajah di kawasan tersebut.
"Namun, kini kondisi TN Tesso Nilo semakin mengkhawatirkan dengan maraknya alih fungsi hutan. Hal itu memicu konflik gajah dengan manusia semakin sering terjadi di Pelalawan," kata Zulhusni.
Menyempitnya habitat gajah itu akhirnya membuat satwa itu berkeliaran sampai ke perkampungan dan merusak tanaman pertanian warga. Akhirnya, ini memicu aksi balas dendam dari warga dengan memasang jerat atau racun untuk membunuh gajah.
"Hal itu tercermin dalam dua kasus kematian gajah liar di Pelalawan pada 2023," ujar Zulhusni.
Adapun terkait kasus dibunuhnya gajah latih di TN Tesso Nilo, Zulhusni menduga, hal itu murni dilakukan oleh pemburu yang mengincar gading gajah. Ia menilai pengelola TN Tesso Nilo harus memperketat pengamanan kawasan agar peristiwa serupa tidak terulang lagi.