Status Masih Siaga, Gunung Semeru Kembali Gugurkan Awan Panas
Senin (8/1/2024), Gunung Semeru kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas letusan. Masyarakat diminta tetap waspada.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, hingga saat ini masih berstatus siaga. Pada Senin (8/1/2024), gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak. Masyarakat diharapkan tetap mewaspadai potensi ancaman primer berupa erupsi dan ancaman sekunder berupa lahar hujan.
Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Senin (8/1/2024) pukul 01.38 WIB, Gunung Semeru kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak (± 5676 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah selatan. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 milimeter (mm) dan durasi 146 detik.
Pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB disebutkan bahwa Semeru mengalami 18 kali gempa letusan/erupsi, 1 kali gempa awan panas letusan, 5 kali gempa guguran, 6 kali gempa embusan, 2 kali gempa harmonik, dan 2 kali gempa tektonik jauh. Hingga saat ini, status Gunung Semeru masih Siaga Level III.
Saat itu, terekam terjadinya letusan dan guguran awan panas. Namun, secara visual, tinggi letusan dan warna abu tidak teramati. Awan panas letusan teramati dengan jarak 1.000 meter dari puncak, dengan guguran awan panas mengarah ke tenggara.
Adapun pukul 12.00 WIB-18.00 WIB Semeru tercatat mengalami 25 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 14-22 mm dan lama gempa 70-143 detik, 3 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-4 mm dan lama gempa 56-62 detik, 2 kali gempa embusan dengan amplitudo 6-8 mm dan lama gempa 42-57 detik, 5 kali harmonik dengan amplitudo 4-12 mm dan lama gempa 145-596 detik, serta 1 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 20 mm dengan lama gempa 70 detik.
”Di status siaga seperti ini, potensi awan panas masih ada. Jadi, masyarakat harus selalu waspada dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG,” kata Liswanto, pengamat Gunung Semeru di Pos Pantau Gunung Sawur, Lumajang.
Menurut Liswanto, masyarakat diharapkan selalu mematuhi rekomendasi PVMBG. Di antara rekomendasi itu adalah tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi).
Di status siaga seperti ini, potensi awan panas masih ada. Jadi, masyarakat harus selalu waspada dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG.
Di luar jarak tersebut, masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
”Masyarakat juga diharapkan tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” katanya.
Selain potensi ancaman priper dari letusan Semeru tersebut, masyarakat juga diminta mewaspadai lahar panas dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru. Utamanya di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Patria mengatakan bahwa saat ini masyarakat juga diminta mewaspadai potensi lahar panas dan hujan. ”Apalagi, saat hujan dengan durasi lama, serta intensitas sedang hingga tinggi, maka itu yang harus diwaspadai. Baik potensi lahar panas maupun lahar hujan,” tutur Patria.
Oleh karena status siaga tersebut, menurut dia, tim pemantauan Gunung Semeru selalu berjaga 24 jam. Tim gabungan berjaga baik di pos pantau maupun di beberapa titik guna menginformasikan kepada masyarakat secara cepat jika memang terjadi peningkatan aktivitas Semeru.
Status Gunung Semeru pada saat ini adalah Level III (Siaga) sejak 16 Desember 2021. Aktivitas vulkanik gunung tersebut masih tetap tinggi pada 2023.