Petaka Itu Tertinggal di Cicalengka
KA Turangga dan KA Commuterline Bandung Raya bertabrakan di Cicalengka. Total empat orang meninggal dan 33 lainnya terluka. Para korban dan keluarganya masih trauma dan berduka.
Tubuh besar Kereta Api Turangga 65A dan Kereta Api Commuterline Bandung Raya 350 bertemu dalam duka di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024) pagi. Petaka dan trauma yang tersisa di sana harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak kelak.
Luka masih belum ingin pergi dari kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka, Jumat sore. Puluhan orang berkumpul untuk menguatkan mental Ny Santika, warga Ngamparah, Bandung Barat, Jabar, yang sulit membendung air matanya. Santika, ibu satu anak, masih sangat berat berpisah dengan suaminya, Julian Dwi Setiono.
Julian adalah satu dari empat awak KAI yang meninggal saat KA Turangga dan KA Commuterline Bandung Raya bertabrakan di Cicalengka. Anak kedua dari tiga bersaudara ini baru bekerja lima tahun di PT KAI. Saat kejadian, dia adalah masinis KA Commuterline Bandung Raya.
Rangga Eko (34), kakak Julian, yang berusaha menguatkan hati Santika, mengatakan masih tidak percaya adiknya yang baru berusia 27 tahun berpulang lebih dulu.
”Tangan saya bergetar ketika menerima kabar ini dari istri almarhum. Semalam kami masih berkomunikasi lewat aplikasi video,” ungkap Rangga. Suaranya bergetar. Matanya berkaca-kaca.
Baca juga : Benahi Manajemen Keselamatan Kereta Api
Trauma
Maut memang tidak bisa ditebak datangnya. Namun, tetap bukan perkara mudah melepas orang yang dicintai begitu saja. Bahkan, bagi mereka yang selamat, trauma itu terasa begitu berat.
Ny Luluh Afifah Pradipta (34), salah satu penumpang terluka asal Antapani, Kota Bandung, misalnya, mengaku sudah mendapat perawatan terbaik. Luka di dahi, lengan, dan sebagian wajahnya sudah ditutupi perban.
Luka fisiknya boleh jadi bakal sembuh tak lama. Namun, hatinya masih saja berdebar apabila ingat insiden pagi itu. Dia tidak bisa menjamin sampai kapan bakal terus merasakannya.
Kejadian pagi itu sangat cepat. Tiba-tiba, tubuh mungil Luluh terlempar keluar kereta. Namun, salah satu kakinya terjepit di kursi kereta. Beruntung, ada salah seorang rekan yang menolongnya.
Akan tetapi, derita tidak sampai di sana. Sadar menjadi korban kecelakaan kereta, pegawai farmasi di RSUD Cicalengka ini mencoba mencari pertolongan.
Saya trauma berat. Sulit bagi saya menggunakan lagi kereta api setelah peristiwa ini.
Dengan kondisi terluka di sekujur tubuh, Luluh berjalan kaki sekitar 1 kilometer ke mobil ambulans. Kondisi lokasi kejadian di tengah areal persawahan menyulitkan ambulans mendekat ke lokasi kejadian.
”Saya trauma berat. Sulit bagi saya menggunakan lagi kereta api setelah peristiwa ini. Padahal, commuterline adalah andalan saya untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya sejak tiga tahun terakhir,” ungkap Luluh, yang siang itu tidak mau jauh dari samping suaminya, Farid Ramlan.
Luluh jelas tidak sendiri. Puluhan penumpang dari kedua KA juga mengalami luka-luka. Berdasarkan catatan PT KAI, 33 terluka dan dirawat di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
Letusan ban
Tidak hanya bagi penumpang, warga di sekitar lokasi kejadian juga bakal tidak mudah melupakan kejadian ini. Jarak permukiman dengan rel kereta api hanya sekitar 200 meter.
Kepala Ny Dede (53), misalnya, masih merekam jelas suara seperti ledakan saat dua KA naas itu beradu kepala. Dentuman keras memekakkan telinga. Tubuh kereta yang rusak berat semakin menebalkan rasa takut kejadian yang sama, kejadian itu bakal terulang lagi.
”Ledakannya membuat jendela rumah saya sampai bergetar. Saya langsung keluar dan melihat para penumpang sudah turun sambil ketakutan. Ada yang menangis dan sulit keluar gerbong, jadi kami bantu sebisa mungkin,” kata warga Babakan Dka, Kelurahan Cikuya, Kecamatan Cicalengka, itu.
Baca juga : Tragedi Bintaro, Setelah 32 Tahun Berlalu
Decitan panjang yang berasal dari rem kereta api juga seperti mengiris gendang telinga Ny Elis (49), warga Babakan Dka lainnya. Sempat mengira hanya bunyi ban mobil meletus, tubuhnya gemetar saat mendengar ledakan keras. Dari teriakan tetangganya, ia tahu ada kereta api yang bertabrakan tidak jauh dari rumahnya.
”Saya juga melihat penumpang selamat. Mereka lemas, tapi berusaha berjalan meninggalkan kereta. Sebagian sempat istirahat di rumah. Ada yang kepalanya berdarah,” kata Elis.
Upaya terbaik
Vice President Public Relations KAI Joni Martinus menyampaikan permohonan maaf karena kejadian ini. Dia mengatakan, penyebab kejadian tersebut masih diselidiki. Namun, ia menjamin evakuasi memulihkan jalur KA akan dilakukan sebaik dan secepat mungkin. Hujan yang turun deras di lokasi kejadian pada Jumat malam bukan halangan untuk mewujudkannya.
Dukungan juga disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Trunoyudo Wisnu Andiko. Dia menyebut, Polri berempati kepada korban dan juga keluarga korban atas kejadian ini.
”Polda Jabar telah menyiapkan secara dukungan baik medis terkait penyiapan RS Sartika Asih di Kota Bandung apabila diperlukan sebagai rujukan para korban luka-luka,” tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi juga berharap penanganan cepat dan tepat. Tidak hanya keselamatan penumpang, dia juga berharap pihak yang berwenang segera melakukan investigasi agar penyebab kecelakaan bisa ditemukan dan dievaluasi.
”Keselamatan penumpang adalah hal yang utama,” ujar Muhadjir.
Di tengah penantian investigasi itu, mengalir duka para korban beserta keluarganya. Hasil evaluasi dari tabrakan dua rangkaian kereta yang memecah ketenangan Jumat pagi itu menjadi pelajaran agar tidak ada lagi insiden kereta yang merenggut nyawa.
Baca juga : Meretus Tragedi Bintaro