Pengungsi Lewotobi Laki-laki yang Terserang Penyakit Terus Bertambah
Keluhan yang paling banyak adalah gangguan pernapasan, batuk, dan alergi kulit. Penyakit ini timbul akibat paparan debu vulkanik.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki memasuki hari ke-14. Banyak warga terserang gangguan pernapasan, batuk, hingga alergi kulit. Jumlah pasien mencapai 157 orang.
Pantauan Kompas di lokasi pengungsian Desa Konga, Kecamatan Titehena, pengungsi terus berdatangan untuk melaporkan kondisi kesehatan. ”Tarik napas sakit, terus batuk kering,” kata Tina (56) kepada petugas medis di pos tersebut.
Tina diduga terpapar abu vulkanik dalam jumlah yang masif selama erupsi berlangsung sejak 23 Desember 2023 . Menurut dia, hujan abu menguyur daerah itu selama berhari-hari. ”Tebal abu melewati telapak sepatu. Banyak sekali,” tuturnya.
Tina berasal dari Desa Dulipali yang berjarak lebih kurang 4,5 kilometer dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki. Selama beberapa hari mereka mengungsi ke tengah hutan. Mereka baru dievakuasi ke pos pengungsi pada 2 Januari 2023. Selama tinggal di hutan, banyak dari mereka tidak mengenakan masker.
Lusia Melania Boru, petugas kesehatan menuturkan, sejak pos kesehatan di Konga dibuka pada 2 Januari 2024, pengungsi yang memeriksa kesehatan terus meningkat. Hingga Jumat siang, jumlah pasien mencapai 157 orang.
”Keluhan yang paling banyak adalah gangguan pernapasan, batuk, dan alergi kulit. Penyakit ini timbul akibat debu vulkanik. Kami selalu mengimbau agar mereka terus menggunakan masker. Masker tersedia di semua pos kesehatan,” kata Lusia.
Menurut dia, obat-obatan untuk pasien juga tersedia. Mereka mendapat kiriman dari dinas kesehatan kabupaten serta sejumlah puskesmas terdekat. Adapun untuk petugas kesehatan, mereka diminta siaga 24 jam di pos kesehatan.
Termakan hoaks
Di tengah proses penanganan pengungsi yang kini berjumlah lebih dari 3.000 orang, beredar pesan berantai bahwa akan terjadi letusan besar dan tsunami, pada beberapa hari ke depan. Hoaks itu membuat warga panik. Mereka lalu bergerak mencari tempat yang aman.
Pada Jumat pagi, petugas dari Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Flores Timur mengklarifikasi isu tersebut kepada masyarakat. "Jangan percaya isu yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Ikuti arahan dari pihak berwenang," kata petugas lewat pelantang suara.
Sepanjang Jumat pagi hingga siang, puncak gunung tertutup awan tebal. Hujan mengguyur daerah itu. Pada sore hari, puncak gunung mulai terlihat jelas. Tampak asap keluar dari dua rekahan. Hal ini menunjukkan, erupsi masih terus berlangsung. Status keaktifan gunung berada pada Level III atau Siaga.
Jangan percaya isu yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Ikuti arahan dari pihak berwenang.
Ketua Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef, kembali mengimbau warga agar tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak gunung. Imbauan itu disampaikan dalam pertemuan dengan sejumlah kepala desa setempat.
Sementara itu, Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi mengatakan, ketersediaan makanan untuk para pengungsi aman hingga beberapa hari ke depan. Selanjutnya, tim penanggulangan bencana bersama relawan dan para guru fokus menggelar kegiatan penyembuhan trauma bagi anak-anak.
Lokasi SMP Negeri 1 Wulanggitang menjadi salah satu tempat pelaksanaan kegiatan itu. Pada Jumat pagi, puluhan anak dari sejumlah sekolah dikumpulkan. Mereka bermain, berbagi cerita, dan menari bersama.
Kepada mereka, para relawan mengajarkan tentang cara penyelamatan diri ketika terjadi erupsi. Tinggal di daerah rawan bencana, mereka perlu memahami mitigasi bencana sejak dini.