Dua Kabupaten di Kalbar Terendam Banjir hingga 2 Meter
Banjir setinggi 2 meter akibat luapan air sungai terjadi di Bengkayang dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
Lalu lintas kendaraan terhambat akibat banjir di Kecamatan Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Jumat (5/1/2024).
BENGKAYANG, KOMPAS — Banjir setinggi 2 meter akibat luapan air Sungai Tepuai dan Sungai Embau terjadi di Bengkayang dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ratusan rumah warga dan sejumlah fasilitas umum terdampak. Warga diminta tetap waspada meskipun banjir telah berangsur surut.
Banjir di Bengkayang terjadi di empat kecamatan, yaitu Bengkayang, Sungai Betung, Teriak, dan Monterado. Hujan dengan intensitas tinggi membuat Sungai Sebalo meluap hingga merendam permukiman warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkayang Dwi Bertha Meiliani yang dihubungi dari Banjarmasin, Jumat (5/1/2024), mengatakan, banjir setinggi 2 meter terjadi di beberapa lokasi. Sebagian warga harus dievakuasi dari rumahnya dan dibawa ke tempat yang aman.
”Banjir berlangsung lebih kurang 5 jam. Air surut pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.00,” katanya.
Banjir di Trans-Kalimantan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Kamis (13/10/2022).
Banjir berlangsung lebih kurang 5 jam. Air surut pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.00.
Dwi Bertha belum bisa menyebutkan jumlah warga yang terdampak banjir karena masih dalam pendataan. Namun, menurut dia, semua warga yang terdampak sudah kembali ke rumah dan membersihkan rumahnya masing-masing.
”Warga diimbau tetap waspada karena banjir masih berpotensi terjadi apabila hujan turun lagi,” ujarnya.
Menurut Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana BPBD Provinsi Kalbar Daniel, banjir di Bengkayang terjadi pada Kamis (4/1/2024), dari pukul 15.00 hingga 21.00. Banjir ini disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan cukup lama sehingga Sungai Sebalo meluap.
”Akibat banjir ini, banyak rumah warga yang terendam dan ratusan keluarga terdampak. Selain itu, juga ada beberapa ruas jalan yang terendam,” katanya.
Daniel juga menyebutkan, jumlah warga dan fasilitas umum yang terdampak masih dalam pendataan. ”BPBD Provinsi Kalbar mendorong Pemkab Bengkayang menetapkan status tanggap darurat banjir agar penanganan banjir ini dapat lebih optimal,” katanya.
Philipus (36), warga Bengkayang, menuturkan, banjir kali ini tidak terlalu parah. Rumahnya dan rumah kawan-kawannya tidak terdampak. Ia menyebutkan, lokasi rumahnya berjarak lebih kurang 16 kilometer dari lokasi banjir. ”Kali ini tidak terlalu parah, hanya banjir kiriman,” ujarnya.
Dalam waktu bersamaan, banjir di Kalbar juga merendam wilayah Kapuas Hulu. Daniel mengatakan, banjir terjadi di Kecamatan Hulu Gurung. Banjir berdampak pada sekitar 500 keluarga, beberapa gedung sekolah, dan kantor kecamatan. ”Banjir ini akibat meluapnya Sungai Tepuai dan Sungai Embau,” katanya.
Komandan Rayon Militer 1206-14 Hulu Gurung Pembantu Letnan Dua (Pelda) Didik Riyono mengatakan, ketinggian banjir di Hulu Gurung bervariasi. Di permukiman warga mulai dari 5 sentimeter (cm) sampai dengan 1 meter, sedangkan di jalan raya dari 1 meter hingga 1,5 meter.
”Hujan yang sangat lebat disertai angin dan guntur mengakibatkan banjir di beberapa desa hingga sempat membuat akses di jalan raya lintas selatan terputus,” katanya.
Menurut Didik, banjir di Hulu Gurung sudah berangsur surut. Ketinggian air di permukiman warga tinggal 10-20 cm, bahkan sebagian sudah normal. Sementara itu, di jalan raya masih sekitar 50 cm, tetapi sudah bisa dilintasi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga sudah mengeluarkan peringatan dini untuk waspada terhadap potensi hujan yang disertai petir atau kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Kalbar pada Sabtu (6/1/2024) dan Minggu (7/1/2024).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dengan membersihkan sungai dari material lumpur dan sampah, rutin memantau debit sungai saat hujan, dan membentuk tim siaga bencana tingkat desa sebagai tim pertama yang merespons keadaan darurat apabila terjadi banjir.