Penyidikan Ledakan Smelter Morowali, Polisi Belum Tetapkan Tersangkanya
Polisi meningkatkan status kasus ledakan smelter di PT ITSS, Sulawesi Tengah, ke tahap penyidikan. Sebanyak 21 orang meninggal akibat insiden ini.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah meningkatkan status kasus ledakan smelter di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Morowali ke tahap penyidikan. Namun, polisi belum menetapkan siapa tersangkanya.
Setelah tertunda dua kali, gelar perkara kasus ledakan smelter yang menewaskan 21 orang di PT ITSS akhirnya dilaksanakan pada Rabu (3/1/2024). Gelar perkara dilakukan tertutup di Markas Polda Sulteng.
Polisi menyebut insiden di PT ITSS melanggar Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP. Pelakunya bisa diancam hukuman 5 tahun penjara.
”Dari keterangan saksi yang dielaborasi, penyidik berkesimpulan perkara ini layak ditingkatkan ke penyidikan. Saksi ada 27 orang, yakni pihak manajemen, karyawan, hingga korban, dan dua saksi ahli, masing-masing ketenagakerjaan dan pidana,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulteng Komisaris Besar Djoko Wienartono.
Namun, menurut Djoko, belum ada penetapan tersangka. Dalam pemeriksaan saksi sebelumnya, status mereka hanya dimintai keterangan atau sekadar wawancara. Dengan ditingkatkan ke penyidikan, seluruh saksi akan diperiksa lagi.
Ini berarti keterangan saksi yang akan diambil nanti dalam berita acara pemeriksaan sifatnya sudah pro justitia atau berkekuatan hukum. Setelah proses ini selesai, akan ada gelar perkara ulang untuk penetapan tersangka.
”Dengan peningkatan status ke penyidikan, investigasi menyeluruh dan mendalam akan dilakukan. Sampai saat ini, kami masih terus mengumpulkan alat bukti dan saksi. Seminggu ke depan penyidik juga akan menyampaikannya ke jaksa penuntut umum,” katanya.
Penyidikan juga akan mendalami dugaan kelalaian standar operasi. Karena itu, mereka akan mencari alat bukti lain hingga mengumpulkan petunjuk untuk melihat dan mengurai kembali celah pelanggaran yang terjadi saat ledakan terjadi.
Dedy Kurniawan, Media Relations Head PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), mengatakan, pihak perusahaan menyerahkan sepenuhnya penyidikan ini sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.
Dia juga mengatakan, saat ini korban meninggal bertambah menjadi 21 orang. Satu korban yang meninggal pada Selasa (2/1/2024) adalah Martinus. Korban dirawat di ruang ICU RSUD Morowali dan diterbangkan ke RSUD Wahidin Sudirohusodo di Makassar pada pekan lalu.
“Per hari ini, korban meninggal sebanyak 21 orang. korban terakhir dirawat di RS Wahidin Makassar,” katanya.
Insiden kecelakaan kerja di Morowali dan Morowali Utara setidaknya terjadi tiga kali dalam sepekan terakhir di pengujung 2023.
Rangkaian itu dimulai dari ledakan tungku smelter di PT ITSS, Minggu (24/12/2023) pukul 05.30 Wita. Perusahaan ini adalah salah satu penyewa di kawasan PT IMIP.
Ledakan diduga dipicu sisa slag atau ampas yang masih ada di tungku. Saat itu karyawan sedang melakukan pemeliharaan.
Kejadian berikutnya terjadi di PT Gunbuster Nickel Industry pada Kamis (28/12/2023) pukul 17.20 Wita. Kebakaran terjadi di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Peritiwa terakhir terjadi di perusahan tambang PT Sumber Permata Mineral di Petasia Timur, Morowali Utara, pada Sabtu (30/12/2023). Insiden ini menyebabkan dua pekerja tewas.