Ribuan Rumah Rusak akibat Gempa Sumedang Dibangun Tidak Sesuai Standar
Sebanyak 1.143 rumah rusak akibat gempa di Sumedang. Mayoritas dari ribuan rumah yang rusak dibangun warga tidak tahan gempa.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 1.143 rumah warga rusak akibat serangkaian gempa bumi dangkal di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Sekitar 90 persen rumah rusak itu dibangun tidak sesuai standar tahan gempa.
Rumah-rumah itu tersebar di 12 kecamatan. Sebanyak 882 rumah rusak ringan, rusak sedang 137 rumah, dan rusak berat 124 rumah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang Atang Sutarno mengakui, sekitar 1.000 rumah yang rusak tidak dibangun sesuai standar ideal. Dia mencontohkan bangunan tidak berfondasi beton atau beton bertulang.
”Kami menemukan banyak rumah warga yang dibangun tidak tahan gempa. Saat terjadi gempa dangkal, banyak rumah itu terdampak,” kata Atang, Rabu (3/1/2024).
Sebelumnya ada lima gempa dirasakan warga Sumedang pada Minggu (31/12/2023) hingga Selasa (2/1).
Gempa pertama berkekuatan Magnitudo 4,1 terjadi pukul 14.35 dengan kedalaman 7 kilometer pada Minggu. Selanjutnya, ada gempa M 3,4 terjadi pukul 15.38 di kedalaman 6 km.
Gempa selanjutnya terjadi pukul 20.34 dengan kekuatan M 4,8. Lokasi pusat gempa di kedalaman 5 km itu berada sekitar 2 km dari pusat Kabupaten Sumedang. Selain itu, terjadi gempa M 4,5 dengan pusat gempa di kedalaman 10 kilometer pada Senin (1/1).
Tidak berhenti di situ, gempa berkekuatan M 2,7 kembali mengguncang Sumedang pada Selasa. Kali ini, pusat gempa berada pada jarak 8 km tenggara pusat Kabupaten Sumedang dengan kedalaman 10 km.
Atang menuturkan, gempa susulan masih terjadi di Sumedang hingga Rabu dini hari. Berdasarkan data dari BMKG, terjadi gempa dengan M 2,3 pada kedalaman 8 km pukul 01.42.
Ia mengimbau masyarakat tetap meningkatkan upaya mitigasi gempa. Pemda Sumedang bersama Pemprov Jabar serta BNPB telah menyalurkan bantuan tenda, paket sembako dan membuka dapur umum.
”Saat ini, kami terus menyusuri seluruh wilayah Sumedang dan memberikan bantuan warga yang mengungsi di tenda serta rumah kerabatnya. Hal ini untuk mengantisipasi ada warga yang terdampak gempa tapi belum terdata, ” tuturnya.
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman menambahkan, gempa pada akhir dan awal tahun menjadi referensi bagi pemda dan masyarakat untuk menyiapkan mitigasi. Ia menyebut, mitigasi belum optimal karena Sumedang selama ini dianggap tidak rawan gempa.
Ia menyatakan, sosialisasi mitigasi gempa kepada masyarakat akan ditingkatkan secara masif. Selain itu, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mengantisipasi rawannya gempa bumi.
”Kami juga akan meningkatkan pengawasan dalam pengajuan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) di Sumedang. Bangunan yang dibangun harus berstandar tahan gempa,” ucap Herman.
Delapan kali gempa
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Virga Librian mengatakan, total sudah delapan kali gempa dari tanggal 31 Desember 2023 hingga Rabu ini. Pusat gempanya di bawah 10 km.
”Sebenarnya, gempa di Sumedang kekuatannya kecil, karena di bawah M 6. Akan tetapi, gempa ini bisa menyebabkan kerusakan besar bagi bangunan tanpa standar ideal,” papar Virga.
Ia menambahkan, sejauh ini, BMKG belum dapat menentukan sumber gempa di Sumedang berasal dari Sesar Baribis segmen Tampomas atau Sesar Cileunyi-Tanjungsari. ”Saat ini tim kami telah berada di Sumedang untuk melakukan survei dan pemantauan via drone,” tambahnya.