Merawat Rindu demi Siaga Tahun Baru
Di tengah acara pergantian tahun, sebagian petugas menahan rindu berkumpul dengan keluarga demi tanggung jawab kemanusiaan.
Di ruang kemudi KN SAR Pacitan, Irayani (25) mengambil jeda untuk balas pesan grup keluarganya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia tidak bisa berkumpul demi tugas siaga saat Natal dan Tahun Baru. Demi tanggung jawab menjaga keselamatan, rindu ditahan di tengah gegap gempita pergantian tahun.
Jelang siang, Sabtu (30/12/2023), Irayani dan puluhan petugas lainnya mengarungi Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Kapal meninggalkan teluk dan memasuki perairan Tanjung Tiram. Terus untuk menuju Pelabuhan Amolengo, di Konawe Selatan. Perjalanan itu memakan waktu sekitar satu jam.
Petugas Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari ini berpatroli bersama awak lainnya dalam tugas siaga Natal dan Tahun Baru. Ini adalah tahun keempat ia bertugas di atas KN SAR Pacitan.
”Sejak diangkat empat tahun lalu, saya tugasnya memang di kapal. Sejak saat itu pula, Tahun Baru selalu siaga,” tutur Ira, panggilannya. Di kapal, ia memiliki banyak tugas. Selain bersih-bersih, ia turut membantu pemantauan saat operasi berjalan.
Anak kedua dari empat bersaudara ini berasal dari Maros, Sulawesi Selatan. Setahun setelah lulus SMA, ia mendaftar dalam seleksi penerimaan Basarnas, hingga akhirnya diterima. Ia ditempatkan di Kendari.
Ia pun belajar banyak hal. Beradaptasi dengan waktu salah satunya. Setiap akhir tahun, seperti saat ini, ia hanya bisa menyaksikan keramaian dan kemeriahan acara Tahun Baru dari jauh. Alih-alih nongkrong dengan sahabat, juga keluarga, ia harus siaga di dermaga SAR atau tempat lainnya yang telah ditentukan.
Tidak hanya Tahun Baru, ia pun terbiasa tidak pulang saat Idul Fitri tiba. Statusnya bersiaga penuh. Kecelakaan dan evakuasi tidak bisa menunggu.
”Mau tidak mau hanya lewat telepon. Video call dengan keluarga untuk obati rindu. Ibu selalu panggil pulang, tapi ini sudah pekerjaan saya,” katanya. ”Di kantor ini, kami juga sudah seperti keluarga.”
Terpenting, Ira menyampaikan, pekerjaan yang dilakoninya menuntut tanggung jawab penuh. Sejak awal, ia memilih pekerjaan ini dengan mengetahui tugas dan risikonya. Sebab, hal ini menyangkut keselamatan nyawa orang lain.
Baca juga: Kecelakaan Kapal Meningkat di Sultra, Keselamatan Pelayaran Jadi ”PR” Besar
Tiap kali selesai menjalani operasi penyelamatan, terlebih korban ditemukan selamat, ia selalu merasa bersyukur. Orang yang diselamatkan bisa kembali bertemu keluarga dan orang-orang yang disayangi.
Di kursi kemudi, Ruslan (46), sibuk mengarahkan anggotanya. Beberapa kapal tengah berlayar di perairan yang sama. Di buritan, seorang anggota memantau menggunakan drone. Cuaca cerah membawa angin barat bertiup tenang.
Kapten KN SAR Pacitan ini menjalani tugas selama 15 tahun terakhir. Selama itu, ia menjalani Tahun Baru, juga Lebaran dalam posisi siaga penuh. Berbagai kejadian dan operasi telah dijalaninya.
Satu yang paling besar adalah saat ia terlibat dalam operasi pencarian pesawat Air Asia pada 2014 lalu. ”Itu jelang Tahun Baru. Kami bergerak dari Kendari menuju Pangkalan Bun di akhir tahun, dan baru pulang di Februari,” katanya.
Ruslan menuturkan, dalam misi Pencarian dan Pertolongan, ia berusaha keras agar bisa berhasil dalam tugas. ”Kalau kita temukan itu (korban), perasaan lega betul. Tapi kalau tidak ketemu, rasanya beban yang begitu berat harus pulang tanpa kabar menyenangkan untuk keluarga korban,” tambahnya.
Sebelum bergabung dengan Basarnas, Ruslan telah menjadi kapten di beberapa kapal. Ia mengarungi Selat Malaka, Laut China Selatan, dan beberapa perairan di Asia lainnya. Mental pelaut telah menyatu dengannya.
Baca juga: Petaka Rakit Tenggelam di Buton Tengah, Operator Ditetapkan sebagai Tersangka
Oleh sebab itu, ia terbiasa tidak menjalani hari besar bersama keluarga. Kapal adalah rumah dan ABK merupakan keluarga.
”Untung istri mengerti dan mendukung. Yang susah itu anak. Mereka protes kenapa bapaknya tidak pernah ada kalau Lebaran atau Tahun Baru. Awalnya susah, tapi lama-lama mulai mengerti, apalagi sambil dijanji sesuatu, he-he-he,” canda ayah dua anak ini.
Saban kali, ia mengajak anak dan istri berkunjung ke kapal. Hal itu untuk memberikan gambaran akan pekerjaan yang dilakoninya sehari-hari. Salah satu kesulitannya tinggal mengatur waktu bersama keluarga. ”Anak libur, saya siaga. Giliran saya libur, anak-anak sudah sekolah. Tapi namanya tugas dan tanggung jawab, itu harus dijalani sepenuh hati.”
Kalau kita temukan itu (korban), perasaan lega betul. Tapi kalau tidak ketemu, rasanya beban yang begitu berat harus pulang tanpa kabar menyenangkan untuk keluarga korban.
Operasi siaga Natal dan Tahun Baru 2024 berlangsung sejak 18 Desember 2023 hingga 5 Januari 2024. KPP Kendari menyiagakan 110 personel dan ratusan potensi SAR. Personel ini ditempatkan pada sejumlah pos dan titik rawan, termasuk jalur penyeberangan dan wisata perairan.
Wilayah perairan paling diantisipasi setiap peringatan hari besar dan libur panjang. Sebab, wilayah ini ramai dikunjungi masyarakat. Tidak hanya itu, potensi kecelakaan juga diantisipasi.
Selama 2023, misalnya, kecelakaan perairan mendominasi musibah di Sultra. ”Hingga Sabtu (30/12/2023) ini, terjadi total 67 kecelakaan yang ditangani, di mana 43 kasus adalah kecelakaan kapal, dan 24 kasus kondisi membahayakan manusia. Sebagai perbandingan, pada 2022 lalu juga terjadi total 67 kasus, dengan 38 kecelakaan kapal,” tutur Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari Muhamad Arafah.
Oleh karena itu, Arafah mengimbau pelaku pelayaran hingga nelayan memperhatikan faktor keselamatan sebelum melaut. Hal itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan nyawa. Dalam menjalankan tugas, ia selalu berpesan kepada setiap anggotanya untuk melaksanakan tanggung jawab sebaik-baiknya. Satu nyawa begitu berarti.
Ditemui terpisah, Senin (1/1/2024) dini hari, Kapolresta Kendari Komisaris Besar Aris Tri Yunarko menyebut, 1.331 petugas gabungan diturunkan pada malam pergantian tahun. Mereka disebar pada pusat pertemuan warga, di jalan dan tempat lainnya.
”Kami terus patroli untuk memastikan kondisi dan situasi yang aman untuk masyarakat. Kami berharap semuanya saling mendukung dan pergantian tahun dijalani dengan aman dan senang,” tuturnya.
Dan, tepat di malam pergantian tahun, kembang api menyala di langit Kendari, juga Indonesia bagian tengah. Wajah semringah terlihat di sepanjang jalan saat warga berkumpul bersama sahabat dan kerabat. Di sudut-sudut kota, petugas bersiaga sembari berharap turut segera berkumpul dengan keluarga di rumah.