Soto Bandung hingga gurame mangga muda menyambut pelancong yang hendak berlibur di Kota Bandung. Kota ini punya kuliner yang mendunia.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Kota Bandung sudah lama menjadi buah bibir karena memiliki salah satu makanan terbaik di dunia. Libur Natal dan Tahun Baru kali ini merupakan momen yang tepat bagi para pelancong menikmati kekayaan rasa Nusantara di ”Kota Kembang”.
Ensiklopedia rasa kelas dunia, TasteAtlas, menempatkan Kota Bandung di peringkat kesepuluh dalam 100 kota dengan makanan terbaik dunia. Berdasarkan keterangan Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (16/12/2023), sajian yang membawa Kota Bandung menjadi destinasi kuliner dunia adalah soto Bandung.
Makanan ini, antara lain, hadir dalam racikan tangan Lilis Triyatnasi (58), koki andalan restoran khas Sunda Sindang Reret, Rabu (27/12/2023). Tempat makan ini berada di Jalan Surapati Nomor 53, Kecamatan Coblong.
Dengan sekali gerakan cepat di dapur restoran itu, Lilis mengambil sejumlah bumbu dan potongan daging. Campuran itu lalu disiram kuah kaldu bening dengan aroma yang menyeruak hingga menggugah selera.
Soto Bandung buatan Sindang Reret menggunakan daging sengkel dari bagian depan atas kaki sapi. Daging yang telah empuk kemudian diiris berbentuk dadu. Irisan daging dimasukkan ke mangkuk bersama potongan lobak, daun seledri, potongan tomat, dan kacang kedelai.
”Kaldu berasal dari daging sapi pilihan yang kami rebus selama tiga jam dan dicampur dengan bumbu khas. Biasanya, sebelum buka sudah disiapkan dan nanti tinggal dituangkan saat ada pelanggan yang memesan,” ujarnya.
Kuah hasil rebusan daging sengkelmenjadi bahan terakhir yang dimasukkan ke dalam mangkuk. Tak sampai 10 menit, semangkuk soto Bandung siap disajikan di meja pengunjung.
Soto Bandung tidak menggunakan bahan koya maupun santan, namun kuah hasil rebusan daging.
Rasa kuah soto Bandung terasa gurih dan menyegarkan saat dicampur dengan perasan air jeruk nipis. Dagingnya sangat empuk saat dikunyah. Kombinasi sayur lobak, tomat, dan kacang semakin menambah cita rasanya.
”Soto Bandung berbeda dengan kuliner soto lainnya dari sejumlah wilayah di Jawa dan Sulawesi. Soto Bandung tidak menggunakan bahan koya maupun santan, namun kuah hasil rebusan daging yang berwarna bening dan terasa gurih,” ujarnya.
Soto Bandung sangat enak dinikmati dengan sepiring nasi hangat dan bisa dikombinasikan bersama sambal dan kecap. Menurut Lilis, kuliner ini sangat cocok dinikmati di tengah udara sejuk Bandung saat memasuki musim hujan.
Tidak hanya berkutat dengan menu tradisional yang mendunia, Lilis juga membuat gurame mangga muda yang menjadi menu andalan Sindang Reret. Dengan telaten, Lilis menyiramkan bumbu yang terdiri dari gula merah cair, cabai rawit, garam, mangga, dan lainnya.
Bumbu-bumbu ini menjadi penetral rasa amis dari ikan gurame goreng. Ikan dimasak dengan kompor bertekanan tinggi selama 10 menit sehingga menghasilkan tekstur renyah di bagian luar, namun tetap lembut dagingnya.
Kedua menu andalan dan ratusan racikan kuliner tanah Sunda menjadi daya tarik Sindang Reret yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari Gedung Sate, Kota Bandung. Nama restoran ini bukan tanpa arti.
Sindang Reret terdiri dari dua kata dalam bahasa Sunda yang berarti mampir dan melirik. Restoran ini termasuk salah satu tempat makan legendaris di Kota Bandung yang telah berdiri selama 22 tahun dengan kapasitas 170 orang.
Senyum ramah seorang pegawai selalu menyambut setiap tamu di pintu masuk restoran. Tempatnya higienis dan udaranya sejuk.
Alunan musik Sunda dengan seruling dan angklung yang merdu mengiringi pengunjung bersantap. Terdapat sebuah kolam ikan mas yang memanjakan mata konsumen.
Tak salah jika tempat ini menjadi idola para pejabat negara ataupun artis. Presiden Joko Widodo pun telah dua kali menikmati aneka kuliner khas Sunda di Sindang Reret.
Kuliner khas Sunda menjadi magnet bagi wisatawan dari Jakarta dan sejumlah daerah di Pulau Jawa yang mengunjungi Sindang Reret. Jumlah pengunjung dapat melonjak hingga dua kali lipat saat musim liburan tiba.
Restoran yang mempekerjakan sekitar 60 karyawan ini menyajikan 300 menu bagi pengunjung. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya adalah kuliner khas Sunda dari wilayah Bandung dan daerah lain di Jabar.
”Biasanya, kami hanya menerima 70 hingga 80 pengunjung dalam sehari. Saat liburan Idul Fitri, Natal, maupun Tahun Baru, jumlah pengunjung bisa mencapai 150 orang,” kata Asisten Manajer Sindang Reret Rangga Permana.
Pria berusia 39 tahun ini mengatakan, melestarikan kuliner Sunda menjadi prioritas utama Sindang Reret. Restoran ini secara bergiliran menyajikan kuliner lokal dari 27 kabupaten dan kota di wilayah Jabar setiap tiga bulan.
Kuliner sebagai hasil budaya ini tetap eksis dan menemani para penikmatnya. Kuliner khas dari soto Bandung hingga gurame asam manis yang disajikan Restoran Sindang Reret ini menunjukkan kekayaan rasa Nusantara yang lestari.