Ledakan Smelter Tewaskan 19 Orang, Polisi Periksa 17 Saksi
Investigasi menyeluruh dilakukan terkait ledakan tungku smelter yang menewaskan 19 pekerja. Sebanyak 17 saksi sudah diperiksa.
MOROWALI, KOMPAS — Hingga Rabu (27/12/2023), polisi sudah memeriksa 17 saksi terkait kasus ledakan tungku smelter di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel di Morowali, Sulawesi Tengah. Sejumlah barang bukti juga sudah dibawa untuk diuji di laboratorium forensik.
Pemeriksaan saksi dan barang bukti ini bagian dari penyelidikan yang dilakukan tim investigasi kepolisian untuk mengungkap penyebab kejadian. Hingga Rabu, korban meninggal bertambah menjadi 19 orang.
Kepala Polres Morowali Ajun Komisaris Besar Suprianto mengatakan, tim investigasi melibatkan tim dari Bidang Dokkes Polda Sulteng, DVI, Inafis, pemeriksa polda, serta tim laboratorium forensik dari Makassar.
”Tim sudah bekerja sejak Minggu. Semua berkolaborasi di lapangan melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). Ada beberapa sampel barang bukti yang sudah diambil, tetapi dibawa ke laboratorium dan diuji oleh tenaga ahli. Untuk tim pemeriksa, kami bantu polda untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sudah 17 saksi diambil keterangan. Hasilnya belum bisa kami sampaikan karena semua belum final,” katanya saat jumpa pers di RSUD Morowali, Rabu sore.
Terkait peristiwa ini, Deputi Bidang Koordinator Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto berkunjung ke Morowali, Rabu. Dalam kunjungannya, selain datang ke lokasi kejadian, dia juga menemui korban yang dirawat di RSUD Morowali.
”Tujuan kami datang untuk memastikan penanganan korban dilakukan dengan baik. Untuk korban yang masih dirawat, kami ingin memastikan perusahaan memberikan perawatan terbaik,” katanya.
Septian menambahkan, untuk korban meninggal, pihaknya ingin memastikan hak korban diberikan. Selain santunan, pihak perusahaan mengatakan akan memberikan beasiswa kepada anak korban hingga kuliah. Perusahaan juga akan mengakomodasi jika ada kerabat atau anak korban yang mau bekerja di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
”Ini kejadian luar biasa dan kami ingin pastikan penanganannya tak biasa saja. Untuk yang sedang dirawat, santunan dan kompensasi harus pas. Jika ada permintaan pensiun dini, dipastikan haknya juga diberikan dengan baik,” katanya.
Dia meminta semua pihak tak berspekulasi terkait hasil penyelidikan yang dilakukan saat ini. Intinya jika ada aturan yang dilanggar, harus dipertanggungjawabkan. Menurut rencana pada Jumat pekan ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan memimpin langsung rapat terkait peristiwa ledakan tungku smelter ini.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di RSUD Morowali, sejumlah korban masih dirawat intensif. Selain keluarga, pihak perusahaan juga menjaga ketat. Mereka membatasi kunjungan untuk korban, termasuk penjaga.
Ini kejadian luar biasa dan kami ingin pastikan penanganannya tak biasa saja.
Salah seorang korban, Lataha (28), mengatakan, sebenarnya dia sudah mengajukan cuti akhir tahun ini. Namun, karena istrinya diprediksi melahirkan pada awal Februari, ia menunda cutinya dan akhirnya masuk kerja.
”Saya sudah enam bulan bekerja di perusahaan. Datang ke Morowali karena ingin mengubah nasib dan bekerja di perusahaan. Sebelumnya sudah dua tahun saya di Morowali bekerja di beberapa perusahaan, termasuk perusahaan kontraktor hingga akhirnya masuk ke IMIP,” tuturnya.
Sementara itu, Hendra (25) mengaku kaget saat mendengar berita yang menimpa Martinus (26), kakaknya. Setelah kejadian, dia berangkat dari Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, untuk melihat kondisi kakaknya. Saat ini Martinus masih dirawat intensif di ruang ICU RSUD Morowali.
”Seharusnya akhir tahun ini kami semua berkumpul bersama orangtua. Kakak juga bilang sudah mengambil cuti. Ternyata ceritanya jadi lain. Sampai sekarang ibu saya belum datang karena kaget. Selama ini kakak ikut membantu keluarga dan membantu biaya sekolah adik-adik kami,” katanya.
Secara terpisah, Dedy Kurniawan, Media Relations Head PT IMIP, mengatakan, dua pasien korban kecelakaan kerja dirujuk ke Makassar dan Jakarta. Enal Affandi Agus dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Makassar dan Larry Van Hanzrianto dirujuk ke rumah sakit di Jakarta.
Keduanya diterbangkan melalui bandara khusus PT IMIP pada Rabu sore. ”Hal ini dilakukan untuk memastikan para pasien mendapat perawatan yang lebih intensif,” kata Dedy.
Tim pengawas diturunkan
Terkait ledakan tungku smelter di Morowali, Kementerian Ketenagakerjaan telah menurunkan tim Pengawas Ketenagakerjaan ke lokasi kejadian. Tim ini mengumpulkan data, mencari informasi mendalam, terutama terkait penyebab kecelakaan kerja yang berujung 19 pekerja meninggal.
”Tim dari Pengawas Ketenagakerjaan Kemenaker melakukan pemeriksaan sejak 25 Desember 2023 untuk memperoleh informasi yang sebenar-benarnya terkait dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja,” kata Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kemenaker Haiyani Rumondang melalui siaran pers biro humas, yang dikeluarkan pada Rabu (27/12/2023).
Menurut Haiyani, tim berkoordinasi dengan Pengawas Ketenagakerjaan Sulawesi Tengah, BPJS Ketenagakerjaan, dan Polres Morowali. Tim lalu meminta keterangan kepada manajemen PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), perusahaan yang menjadi tempat terbakarnya tungku smelter. Permintaan keterangan juga dilakukan ke PT Ocean Sky Metal Indonesia (OSMI) sebab ada pekerja dari perusahaan tersebut yang menjadi korban kebakaran.
Ilyas Renreng, pemerhati keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari Universitas Hasanuddin, Makassar, mengungkapkan, pelaksanaan dan implementasi aturan K3 merupakan sesuatu yang wajib dalam perusahaan. Sarana prasarana, perlengkapan, manajemen, hingga sistem evakuasi harus telah disediakan.
”Terlebih lagi dalam konteks perusahaan smelter seperti di Morowali, Sulawesi Tengah. Industri yang memiliki risiko tinggi, bekerja dengan suhu panas dan api, tentu membutuhkan sistem K3 yang juga maksimal,” katanya.
Sebelum operasional, ia melanjutkan, perusahaan telah harus mengetahui potensi bahaya yang bisa terjadi. Semua potensi yang kemungkinan terjadi telah terpetakan dan bisa diantisipasi dengan segera untuk menghindari kejadian fatal.
Dalam kasus perbaikan tungku smelter, tambah Ilyas, misalnya, saat perbaikan tungku yang dimaksudkan, idealnya petugas dan pekerja telah siap dengan berbagai sarana yang bisa meminimalkan bahaya. Saat ada percikan api, segera bisa dipadamkan dengan perangkat keselamatan yang dimiliki. Sumber air juga telah disiapkan jika sewaktu-waktu api membesar.
”Jadi, secara aturan semuanya sebenarnya telah diatur. Seberapa tinggi potensi bahaya dari suatu proses, itu telah diantisipasi sejak dini,” ujarnya.
Ia berharap, ke depan semua perusahaan menerapkan sistem manajemen K3 yang maksimal. Penerapan sistem ini bukan hanya untuk sekadar menegakkan aturan, tetapi untuk menghindari kejadian fatal yang bisa merenggut nyawa banyak orang. Kalau kita abai, kejadian fatal bisa terus terulang,” ujarnya.
Peristiwa ledakan tungku smelter di PT ITSS, salah satu perusahaan penyewa PT IMIP, terjadi Minggu (24/12/2023) sekitar pukul 06.15 Wita. Dalam keterangannya, pihak IMIP mengatakan peristiwa ledakan dipicu adanya sisa slag pada tungku. Pada saat yang sama, pekerja melakukan perawatan dan pemasangan pelat pada tungku. Sisa slag tumpah dan dinding tungku runtuh.