Korban Tewas Ledakan Smelter Morowali Jadi 18 Orang, Puluhan Pekerja Masih Dirawat
Korban tewas akibat ledakan smelter di Morowali, Sulawesi Tengah, bertambah 5 orang sehingga total menjadi 18 orang. Puluhan korban lain masih dirawat intensif.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN, SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Korban tewas akibat ledakan tungku smelter di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, bertambah 5 orang. Dengan demikian, total korban meninggal menjadi 18 orang, sedangkan puluhan orang lainnya masih menjalani perawatan intensif. Kepolisian masih melakukan investigasi menyeluruh terkait kejadian ini.
Ledakan tungku smelter itu terjadi di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Minggu (24/12/2023). Perusahaan ini merupakan salah satu tenant atau penyewa yang beroperasi di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Media Relations Head PT Indonesia Morowali Industrial Park Dedy Kurniawan menyampaikan, sebanyak 5 pekerja meninggal akibat luka bakar yang mereka alami. Lima orang itu sebelumnya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Morowali.
”Yang lima orang meninggal terdiri dari empat tenaga kerja asing (TKA) dan satu tenaga kerja lokal. Total yang meninggal menjadi 18 orang dengan 8 TKA dan 10 tenaga kerja Indonesia,” kata Dedy saat dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (26/12/2023) siang.
Dedy menambahkan, hingga sekarang, masih ada 29 korban ledakan smelter yang menjalani perawatan. Sebanyak 23 orang dirawat di RSUD Morowali dan 6 orang di klinik PT IMIP. ”Hampir semua yang dirawat di rumah sakit perlu perawatan intensif. Kami berkoordinasi dengan rumah sakit agar perawatan betul-betul dimaksimalkan,” katanya.
Menurut Dedy, PT IMIP memberikan pelayanan maksimal terhadap semua korban. Semua korban meninggal mendapatkan santunan. Selain itu, jenazah korban juga diantar ke rumah keluarganya dan pemakaman.
Terkait penyelidikan penyebab ledakan, PT IMIP bekerja sama dengan kepolisian dan instansi lain yang saat ini sedang melakukan investigasi gabungan. Perusahaan mempersilakan tim untuk memeriksa siapa saja yang terlibat dan mengetahui peristiwa itu serta menyelidiki lokasi kejadian.
”Tentu kesimpulannya tidak bisa kami intervensi. Kami juga memastikan tidak ada intervensi dari perusahaan untuk melarang karyawan berkomentar akan hal ini,” ujarnya.
Peristiwa ledakan tungku smelter itu terjadi pada Minggu pukul 05.30 Wita saat pekerja memperbaiki tungku pembakaran. Saat itu, pekerja juga memasang pelat di bagian tungku. Berdasarkan hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena di bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan.
Di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Ledakan menjadi parah karena ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak. Kebakaran tungku berhasil dipadamkan setelah hampir empat jam, yakni pukul 09.10.
Sementara itu, sejumlah lembaga yang tergabung dalam Solidaritas Buruh IMIP Morowali menyampaikan duka mendalam atas peristiwa tersebut. Solidaritas yang terdiri dari serikat buruh, serikat tani, dan lembaga swadaya masyarakat itu mengecam perusahaan dan pemerintah yang lalai menyediakan dan memastikan sarana-prasarana keselamatan dan keamanan kerja bagi buruh di sana.
”Ini merupakan persoalan serius. Negara dan perusahaan harus bertanggung dalam kasus kecelakaan ini,” kata Yahya dari Sentral Gerakan Buruh Nasional melalui siaran pers.
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Komisaris Besar Djoko Wienartono mengatakan, saat ini, tim dari Polda Sulteng sedang melakukan investigasi di lokasi kejadian. Penyelidikan secara menyeluruh dilakukan untuk mencari tahu penyebab insiden ini.
”Terkait bagaimana hasil penyelidikan tim investigasi masih diperlukan pendalaman dan penyelidikan lebih lanjut,” katanya saat dihubungi, Selasa.
Yang lima orang meninggal terdiri dari empat tenaga kerja asing dan satu tenaga kerja lokal.