Syahdu Azan Maghrib Saat Misa Malam Natal

Perayaan Natal selalu punya kisah menarik. Seperti suara azan Maghrib dari Masjid Istiqlal yang masuk hingga ke ruang-ruang Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga di Jakarta.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Umat Katolik mengikuti misa malam Natal di Gereja Santo Matias Rasul, Paroki Kosambi Baru, Jakarta Barat, Minggu (24/12/2023).

Misa malam Natal pertama di Katedral Jakarta, Minggu (24/12/2023), harus diundur karena kehadiran beberapa pejabat yang memberikan sambutan. Misa yang seharusnya dilaksanakan pukul 16.30 WIB, baru dimulai pukul 17.00 WIB.

Semua jadwal misa bergeser. Misa malam Natal itu seharusnya bisa selesai pukul 18.00 WIB agar misa kedua di pukul 19.00 WIB bisa dimulai. Menariknya karena saat pukul 18.00 misa pertama tak kunjung selesai, azan pun masuk mengiringi lagu di malam Natal.

Lantunan dari koor menyanyikan lagu mengiringi proses komuni atau penerimaan hosti membahana, umat juga ikut bernyanyi. Begitu lagu itu selesai dinyanyikan, beberapa saat kemudian suara azan Maghrib menyusul dari seberang di Masjid Istiqlal.

Suaranya cukup lantang, tetapi syahdu. Sama sekali tak memekakkan telinga. Alunan azan itu dimulai pukul 18.06 WIB dan berakhir lebih kurang 10 menit kemudian.

Bagi Melinda (38), umat Katolik yang sedang ibadah malam Natal, suara azan tak pernah mengganggunya. Suara itu justru membuat suasana kian khusyuk.

”Saya sudah biasa, kok, mendengarnya kalau misa hari Minggu di sore hari, kebetulan biasanya di gereja dekat rumah,” kata Melinda yang tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Melinda datang jauh dari Tangerang Selatan ke Gereja Katedral Jakarta, untuk meneruskan tradisi. Di keluarganya, malam Natal akan seru ketika ibadah di Katedral bersama lebih kurang 3.500 umat Katolik lainnya.

”Iya seru, soalnya abis ini saya sama keluarga keluar makan bareng-bareng keluarga besar di Jakarta Utara,” ucap ibu anak dua tersebut.

Azan Maghrib yang masuk ke sela-sela misa malam Natal itu bagai bukti toleransi dan keberagaman yang tak pernah habis di Indonesia. Peristiwa serupa terjadi di Kalimantan Tengah, tepatnya di Desa Tumbang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur.

KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Pengunjung memotret orgel yang berhadapan dengan diorama kelahiran Yesus Kristus di mezanin Gereja Katedral Jakarta untuk menyambut perayaan Natal, Kamis (21/12/2023).

Butuh waktu lebih kurang enam jam menggunakan mobil untuk sampai ke desa itu, jaraknya 230 kilometer dari kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng. Jalan berlubang bahkan jalan dengan alas tanah harus dilalui untuk bisa ke tempat itu.

Ada yang unik di desa itu. Desa Tumbang Kalang disebut sebagai kampung toleransi karena memiliki satu kawasan yang dibangun empat tempat ibadah.

Keempatnya adalah Balai Basarah umat Hindu Kaharingan, Gereja Katolik Stasi Kudus, Gereja Kristen Eka Shinta, dan Masjid Al-Haddi. Di tempat itu, lantunan gema azan dan lantunan doa dari masjid menembus dinding-dinding gereja dan balai Basarah.

Hubertus Limin (30), warga Tumbang Kalang, mengatakan, saat Natal seperti ini, semua umat, baik umat Muslim maupun penganut kepercayaan Kaharingan, datang ke gereja untuk membantu perayaan Natal. ”Saling membantu saat hari raya itu biasa,” ujarnya.

Peristiwa-peristiwa itu dinilai sebagai bukti keberagaman dan sesuai dengan tema Natal kali ini. Kardinal Indonesia Monsinyur Ignatius Suharyo mengungkapkan dalam sambutannya bahwa Natal harus membawa perdamaian dan kasih ke seluruh umat manusia.

Baca juga: Natal Bersama Keluarga, Sederhana dan Bermakna

Ia menekankan, Natal merupakan momen kelahiran Yesus Kristus sang pembawa damai. Untuk itu, momen Natal perlu dirayakan dengan keberagaman.

Sebelum misa pertama malam Natal, beberapa pejabat negara datang untuk menunjukkan dukungan dan mengucapkan Selamat Natal kepada umat Katolik di Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu harus disikapi dan dihadapi dengan kebersamaan. ”Kebersamaan itu terjadi jika mereka yang tidak satu kemudian saling memahami,” ujarnya.

Selain Muhadjir, ada juga Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo. Listyo mengungkapkan, perayaan Natal dijaga banyak pihak. Tak hanya aparat kepolisian atau TNI, tetapi juga melibatkan organisasi kemasyarakatan dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, bahkan karang taruna di seluruh Indonesia.

Listyo menambahkan, bersama banyak pihak, mereka menjaga setidaknya 39.495 gereja dengan lebih kurang 55.000 kegiatan perayaan Natal di seluruh Indonesia. Perayaan Natal yang dijaga bersama ini bertujuan agar umat yang merayakan bisa merasa aman dan nyaman sekaligus menunjukkan keberagaman.

”Meski di beberapa wilayah kasus Covid-19 meningkat, kita patut bersyukur masih bisa melaksanakan ibadah secara langsung atau tatap muka,” ucap Listyo.

Listyo juga mengingatkan agar umat Kristiani dan umat agama lain bisa tetap bersatu dalam damai cinta kasih. Apalagi, ujarnya, negara akan menyelenggarakan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden.

”Pilihlah pemimpin yang bisa menjaga rakyatnya dan menyejahterakan rakyatnya dan semoga bisa tetap memilih dengan damai,” ujar Listyo.

KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Diorama kelahiran Yesus Kristus di mezanin Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga atau Gereja Katedral Jakarta, Kamis (21/12/2023), untuk menyambut perayaan Natal. Diorama itu dibuka 18-22 Desember 2023.

Dalam mewujudkan keberagaman dan bangsa yang majemuk, Kementerian Agama melakukan beberapa perubahan. Salah satunya, kata Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat, adalah perubahan nama Isa Almasih menjadi Yesus Kristus dalam kalender libur nasional.

”Kementerian Agama merupakan kementerian semua agama, bukan satu agama saja, Natal jadi momen yang tepat untuk menyampaikannya dan jadi momen ’memanen’ kasih,” kata Rahmat.

Syahdu azan Maghrib tak pernah mengganggu telinga, yang mengganggu mungkin orang-orang yang memanfaatkan hal itu demi perpecahan. Bahkan, saat Natal pun suara azan tetap syahdu. Selamat Natal.

Baca juga: Kapolri Tegaskan Puluhan Ribu Gereja Saat Natal