Kebakaran di pabrik PT ITSS diduga dipicu dari sisa terak atau ampas peleburan logam di dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Manajemen PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) telah membentuk tim penanganan dampak kecelakaan kerja di lokasi pabrik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang terjadi pada Minggu (24/12/2023) pukul 06.15 WITA, di Morowali, Sulawesi Tengah. Kebakaran diduga berasal dari sisa terak atau ampas peleburan logam di dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar.
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan, perkembangan terbaru hingga pukul 16.15 WITA adalah bahwa situasi di lokasi kejadian sudah terkendali. Jumlah korban meninggal terkonfirmasi sebanyak 13 orang. Terdiri dari sembilan pekerja Indonesia dan empat pekerja asal China.
Adapun, sebanyak 46 korban terluka umumnya disebabkan terkena uap panas. Sejumlah 29 korban luka dirujuk ke RSUD Morowali, 12 orang sedang dilakukan observasi oleh Klinik IMIP, dan lima orang rawat jalan, "Manajemen PT IMIP telah menanggung seluruh biaya perawatan dan perawatan korban pascakecelakaan, serta santunan bagi keluarga korban. Kami juga telah menyerahkan satu jenazah korban kepada keluarganya," kata Dedy.
Tungku smelter yang terbakar adalah tungku nomor 41. Tungku ini awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat ampas leburan logam dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar.
Dinding tungku lalu runtuh dan sisa terak besi tersebut mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa.
”Hasil identifikasi, penyebab kecelakaan ini sekaligus menegaskan bahwa tidak ada tabung oksigen yang meledak, seperti diinformasikan sebelumnya,” kata Dedy.
Saat ini, tim PT IMIP tengah berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain safety tenant, satuan pengamanan obyek vital nasional (PAM Obvitnas) Kawasan IMIP, Polda Sulawesi Tengah, Danrem Tadulako, dan jajaran pemerintah Kecamatan Bahodopi dan Kabupaten Morowali.
PT ITSS merupakan salah satu tenant yang beroperasi di Kawasan Industri IMIP, Morowali. PT IMIP sebagai perusahaan yang menaungi kawasan lingkar industri Morowali menyampaikan duka mendalam atas musibah tersebut, terutama kepada keluarga para korban yang terdampak.
Kecelakaan kerja bukan baru kali ini terjadi. Sebelumnya di beberapa perusahaan lain kecelakaan serupa terjadi dan memakan korban jiwa.
Dalam unggahan di Instagram tak lama setelah kejadian, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menyebut, masalah keselamatan pekerja di industri tambang nikel semakin sering disoroti mengingat kejadian serupa terus berulang dan tidak hanya di kawasan industri PT IMIP.
Tren Asia menghitung jumlah kematian yang dilaporkan di lokasi pertambangan nikel selama 2015-2022 mencapai 53 orang tewas dalam kecelakaan kerja. Empat puluh di antaranya adalah warga lokal dan 13 warga negara China.
”Jumlah kematian korban sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, tetapi perusahaan sering kali terutup, cenderung menyembunyikan informasi. Serangkaian masalah yang dihadapi pekerja, terutama pekerja China, juga pernah dilaporkan oleh China Labor Watch (CLW),” tulis Jatam dalam unggahan tersebut.