Taman Wisata Salib Kasih di Tapanuli Utara menjadi monumen spritualitas bagi perantau yang pulang ke kampung halaman saat Natal. Salib Kasih mengenang penginjilan dan pengabdian misionaris Jerman, Nommensen.
Oleh
NIKSON SINAGA
·5 menit baca
Taman Wisata Salib Kasih di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, menjadi monumen spritualitas bagi perantau yang pulang ke kampung halaman saat Natal dan Tahun Baru. Salib setinggi 31 meter itu untuk mengenang karya penginjilan dan pengabdian misionaris Kristen asal Jerman, Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918).
Menjelang Natal dan Tahun Baru, pengunjung Salib Kasih di Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara, mulai ramai, Rabu (20/12/2023). Salib Kasih yang berjarak delapan kilometer dengan waktu tempuh 20 menit dari Kecamatan Tarutung, Ibu Kota Tapanuli Utara, itu menjadi salah satu destinasi wajib bagi wisatawan atau perantau yang sedang pulang kampung ke kawasan Danau Toba.
Untuk sampai ke Salib Kasih, pengunjung umumnya menggunakan kendaraan pribadi karena belum ada angkutan umum reguler ke destinasi itu. Taman wisata rohani ini kini lebih mudah dijangkau dari luar Sumut karena bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari Bandara Internasional Silangit yang berada di kabupaten yang sama. Terlebih, sudah ada penerbangan langsung Jakarta-Silangit.
Untuk ke Salib Kasih, kendaraan harus melewati tanjakan terjal sebelum sampai ke puncak bukit. Jangan lupa membawa baju hangat untuk menahan hawa dingin di puncak gunung di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut itu.
Area pertama di kompleks Salib Kasih adalah taman seni pertunjukan dan lapak pedagang oleh-oleh. Dari sana, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 600 meter melewati jalan selebar 1 meter di bawah hutan pinus yang lebat. Tiket masuk ke Salib Kasih Rp 4.000 per orang. Pengunjung Salib Kasih didominasi kunjungan keluarga atau organisasi gereja.
Jalan untuk naik dan turun dibuat dalam dua jalur berbeda. Di sepanjang perjalanan, pengunjung dapat membaca Sepuluh Perintah Allah yang dibuat dalam bahasa Indonesia, bahasa Batak, dan tulisan aksara Batak. Di sana juga terdapat prasasti tanda kunjungan dari berbagai organisasi.
Setelah menembus hutan pinus dengan berjalan kaki selama 20 menit, Perintah Allah yang Kesepuluh seakan menutup perjalanan menanjak. Salib Kasih yang tinggi dengan tiga pilar utama muncul di puncak bukit. Di ujung Salib terdapat tulisan ”Kasih” secara horizontal ataupun vertikal.
”Saya dan istri datang dari Pekanbaru ke Salib Kasih untuk wisata rohani sekaligus pulang kampung ke Tapanuli Utara,” kata Michael Siregar (28), yang datang bersama Murni Manullang (28).
Puncak Bukit Siatas Barita adalah tempat yang sangat monumental dalam perjalanan penginjilan di Tanah Batak. Di atas batu prasasti di bawah kaki salib tertulis, ”Nommensen sebagai Rasul Orang Batak”. Nommensen yang lahir di Nordstrand, Jerman, menjadi salah satu penginjil pertama ke Tanah Batak.
Pada 1863, Nommensen menginjakkan kaki di puncak Bukit Siatas Barita yang saat ini menjadi Kecamatan Tarutung, Siatas Barita, hingga Sipoholon. Ia sampai di puncak bukit dengan berjalan kaki dari Kota Padang, Sumatera Barat.
Ketika itu, jalur utama perjalanan dari Padang ke Lembah Silindung melalui bukit itu. Nommensen sudah tiba di Kota Padang pada 14 Mei 1862 dan melanjutkan perjalanan ke Tapanuli Utara yang saat itu masih merupakan daerah pedalaman Sumatera.
Saat tiba di puncak Bukit Siatas Barita, Nommensen memandang Lembah Silindung yang indah dan berdoa, ”Hidup atau mati, biarlah aku berada di tengah-tengah bangsa ini.”
Hidup atau mati, biarlah aku berada di tengah-tengah bangsa ini.
Salib Kasih pun menjadi monumen yang mengenang kisah misionaris Barat yang mendapat tempat di hati orang-orang Batak itu. Sebelum ke Tanah Batak, ia membekali diri dengan bahasa Batak dan mempelajari adat di daerah itu.
Nommensen pun diterima sebagai penginjil oleh Lembaga Pekabaran Injil (Zending) Rhynschen Zending in de Bataklande (RMG). Sampai akhirnya, berdiri gereja pertama di Tanah Batak, yakni Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dame Saitnihuta pada 1864.
Michael menyebut, hampir setiap kali pulang kampung dia selalu datang ke Salib Kasih. Bagi banyak orang, mengunjungi Salib Kasih menjadi perjalanan spiritual dalam perayaan Natal. Para pengunjung berdoa di sejumlah kamar doa yang berada di bawah kaki salib.
Suasana yang tenang, khusyuk, damai, penuh kasih, dan jauh dari hiruk-pikuk kota menciptakan pengalaman kebatinan mendalam. Pemandangan Lembah Silindung sangat indah juga membawa ke suasana pertama kali Nommensen melihat Tanah Batak.
Berkunjung ke gereja pertama di Tanah Batak, yakni HKBP Dame Saitnihuta yang berada di bawah Bukit Siatas Barita, juga menjadi satu rangkaian perjalanan sejarah penginjilan di Tanah Batak. Gereja itu berada di Lembah Silindung di Kecamatan Tarutung.
Hingga kini, gereja itu masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah jemaat HKBP Dame Saitnihuta. Di Tarutung juga terdapat Kantor Pusat HKBP yang juga sering dikunjungi jemaat dari berbagai kota di Indonesia. Dari sana, pengunjung bisa berziarah ke Makam Nommensen di Kecamatan Sigumpar, Kabupaten Toba.
Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Sasma H Situmorang mengatakan, Salib Kasih menjadi salah satu ikon dan destinasi pariwisata yang sangat penting di Tapanuli Utara. Monumen itu dibangun pada 1993 dan diresmikan pada 1997.
”Dengan monumen dan sejarah penginjilan yang kuat, Tarutung identik sebagai kota wisata rohani,” kata Sasma.
Sasma menyebut, pengunjung utama Salib Kasih adalah para perantau yang pulang kampung. Puncak kunjungan ke Salib Kasih adalah Natal dan Tahun Baru.
Di luar itu, biasanya banyak kunjungan wisata rohani dari jemaat gereja dari sejumlah kota di Indonesia. Rombongan pesta adat dari luar kota juga biasanya menyempatkan diri singgah ke Salib kasih.
Selain destinasi wisata rohani, Tapanuli Utara juga mempunyai berbagai destinasi wisata yang sangat menarik, seperti permandian air soda di Tarutung serta permandian air panas di Tarutung dan Sipoholon. Tapanuli Utara juga punya kuliner tradisional, seperti ombus-ombus, mi gomak, hingga kacang sihobuk.
Tapanuli Utara juga kebagian keindahan sisi selatan Danau Toba, yakni kawasan Muara dan Pulau Sibandang. Pulau itu adalah pulau terbesar kedua di Danau Toba setelah Pulau Samosir. Bandara Internasional Silangit juga berada di Tapanuli Utara.
Saat ini, kunjungan wisata ke Tapanuli Utara mencapai 150.000 orang per tahun. Jumlah itu mulai meningkat setelah anjlok saat Covid-19 melanda. ”Sebelum pandemi, kunjungan wisata ke Tapanuli Utara lebih dari 300.000 orang per tahun,” kata Sasma.
Salib Kasih juga membangkitkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. Di sana, antara lain, dijual ulos tenun dari masyarakat lokal. Saat sore menjelang, kabut embun menyelimuti kawasan Salib Kasih. Dalam suasana damai menyambut Natal, para pengunjung dengan khusyuk berdoa di bawah kaki Salib Kasih.