Keringat Para Puan Merintis Wisata Pulau Ngenang
Di Batam, kaum perempuan menjadi pelopor yang merintis wisata di pulau kecil. Pengalaman hidup mereka sebagai nelayan dituangkan dalam berbagai jenis karya.
Suhana (41) memandu tiga wisatawan berjalan mengelilingi Kampung Melayu di Pulau Ngenang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Pohon-pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang jalan melindungi wisatawan dari matahari pesisir yang amat terik.
Rumah-rumah warga tertata apik. Halamannya ditanami rumput jepang dan berbagai jenis bunga. Di pinggir kampung, hutan bakau dijaga agar tetap rindang untuk melindungi rumah-rumah warga dari hantaman ombak.
”Pemerintah banyak kasih bantuan sejak wisata di Ngenang berkembang. Pelabuhan dipercantik, jalan kampung dicor, juga dibikinkan saluran air,” kata Suhana, Kamis (14/12/2023).
Pulau Ngenang berada di Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau. Wisatawan bisa pergi ke Ngenang dengan menyewa perahu mesin dari Pelabuhan Telaga Punggur di Batam. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk menyeberang dari Punggur ke Ngenang.
Suhana adalah Ketua Perajin Tenun di Pulau Ngenang. Ada 18 perajin tenun di sana. Mereka awalnya diajari menenun oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Batam pada 2018.
”Pertama kali belajar, saya heran banget benang kusut, kok, bisa jadi kain cantik. Dari pertama kali lihat itu saya langsung jatuh cinta,” ujarnya.
Seperti umumnya perempuan Melayu yang tinggal di pulau-pulau kecil, Suhana adalah nelayan pesisir. Saat air surut, ia turun ke laut untuk memancing dan mencari siput.
Setelah belajar menenun, Suhana lebih banyak menghabiskan waktu di Rumah Tenun yang dibangun Pemerintah Kota Batam pada 2022. Di tempat itu, ada lima alat tenun bukan mesin (ATBM) yang bisa digunakan para perajin.
”Setiap hari alat-alat ini dipakai karena pesanan ada terus. Namun, kalau laut lagi surut, ya, kami tinggal sebentar buat mancing atau cari siput,” katanya.
Kain tenun yang dibuat perajin di Ngenang dijual Rp 400.000 hingga Rp 750.000 per meter, tergantung kerumitan motif. Motif tenun yang mereka ciptakan banyak terinspirasi dari alam pesisir, seperti burung layang-layang, ikan marlin, daun sirih, dan bunga setu.
Setiap perajin rata-rata bisa mengantongi pendapatan paling sedikit Rp 2 juta per bulan. Pesanan biasanya datang dari pegawai pemerintah, pegiat seni, atau wisatawan yang berkunjung.
”Dari uang hasil tenun itu saya bisa menyekolahkan anak di Batam. Kalau lagi banyak pesanan, bisa juga nabung sedikit,” ucap Suhana.
Perajin tenun lain, Lia (38), mengatakan, terkadang para perajin sampai kewalahan menyelesaikan pesanan yang biasanya menumpuk waktu hari-hari besar. Jika sudah seperti itu, mereka harus bekerja siang dan malam.
”Sebenarnya ini bukan hanya soal uang. Kalau saya rasanya bahagia dan bangga sekali waktu lihat hasil karya kami dipakai orang,” ujarnya.
Menular
Antusiasme sejumlah perempuan Ngenang menjadi perajin tenun menular ke warga lain. Selain kelompok perajin tenun, di pulau itu dibentuk juga kelompok perajin batik dan perajin rajut.
Salah satu perajin batik, Suminah (65), mengatakan, saat ini ada 10 orang yang bergiat di Rumah Batik Ngenang. Batik karya para perempuan Ngenang dijual Rp 160.000 per 2 meter untuk batik cap dan Rp 500.000 per 2 meter untuk batik tulis.
”Anakku ada dua, suami pergi enggak tahu ke mana. Dulu aku cuma kerja mancing dan cari siput. Setelah bisa membatik, jadi ada tambahan,” kata Suminah.
Latar belakang para perajin batik yang berprofesi sebagai nelayan itu tecermin dalam motif-motif batik di Ngenang. Mereka menciptakan batik dengan motif umang-umang, bunga karang, dan berbagai jenis ikan.
Tak jauh dari Rumah Batik terdapat juga Rumah Rajut. Di situ para perempuan Ngenang biasa berkumpul membuat berbagai macam cenderamata dari benang wol. Gantungan kunci dijual Rp 10.000 per buah, sedangkan tas kecil dijual Rp 100.000.
Salah satu perajin rajut, Apsah (51), menuturkan, awalnya dia ikut belajar tenun bersama dengan Suhanah. Namun, ia merasa kurang telaten untuk menjadi perajin tenun yang biasanya dalam satu minggu hanya bisa menghasilkan selembar kain.
Perajin rajut di Ngenang ada belasan orang. Mereka memasarkan karya dengan memajang di kios-kios sepanjang jalan yang dilalui wisatawan. Setiap kali ada rombongan wisatawan datang, mereka bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 500.000.
”Ngenang ini, kan, lokasinya di Batam yang dekat dengan Singapura dan Malaysia, jadi paling tidak setiap dua minggu sekali ada rombongan wisatawan yang singgah ke sini,” ucapnya.
Sadar wisata
Arus wisatawan ke Ngenang menumbuhkan kesadaran warga untuk bersama-sama membangun wisata kampung. Suami Apsah, Abdul Gani (63), bahkan rela menghibahkan tanahnya untuk dijadikan tempat khusus bagi perajin untuk membuat tenun.
”Saya berikan tanah itu demi kemajuan kampung. Harapannya, kalau wisata di kampung semakin ramai, ekonomi warga juga akan semakin terangkat,” kata Abdul.
Apsah menambahkan, warga di Ngenang juga selalu antusias mengikuti segala macam pelatihan terkait wisata yang diselenggarakan pemerintah dan swasta. Dengan begitu, mereka berharap pengelolaan wisata di kampung dapat terus ditingkatkan menjadi lebih baik.
”Kemarin kami juga minta diajari bahasa Inggris sama mahasiswa yang lagi KKN (kuliah kerja nyata) di sini. Biar nanti kami bisa bercakap sama turis-turis yang datang,” ujar Apsah.
Baca juga: Kreativitas Batam yang Menetas dari Cangkang Siput
Pada 2021, Dinas Pariwisata Kota Batam berencana membuat program wisata homestay di Ngenang. Lewat program itu, wisatawan bisa tinggal bersama warga untuk merasakan kehidupan warga Melayu pesisir di pulau kecil.
Menurut Suhana, warga di Ngenang amat menantikan kelanjutan rencana program homestay tersebut. Mereka antusias menyambut orang-orang yang ingin mengenal budaya kampung secara lebih dekat.
Nama Ngenang konon berasal dari kata terkenang. Dulu Suhana tak mengerti mengapa kampung mereka dinamai begitu. Namun, sekarang nama tersebut dirasa cocok untuk menyebut pulau kecil itu.
”Kata orang, nama adalah doa. Kami berharap wisatawan yang pernah datang ke Ngenang akan terkenang terus suatu saat terdorong datang lagi ke sini,” ucapnya.