Kiat Nyaman Naik Bus Saat Libur Natal dan Tahun Baru
Libur akhir tahun makin dekat. Bus jadi salah satu moda pilihan. Agar aman dan nyaman, beberapa hal perlu diperhatikan.
Siang itu, Sabtu (16/12/2023), Terminal Pulo Gebang di Jakarta masih tampak lengang. Belum ada lonjakan penumpang sembilan hari menjelang Natal. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan beberapa orang untuk mudik lebih awal.
Elizabeth Felicia (22), misalnya, memilih mudik lebih dulu menggunakan bus dari Jakarta ke Jambi. Alasannya sederhana, harga tiket masih murah. Sabtu lalu, ia membeli tiket seharga Rp 430.000. Tahun lalu, ketika dekat Natal, ia harus membayar sekitar Rp 500.000.
Baca juga: Terminal Pulo Gebang Antisipasi Lonjakan Penumpang Saat Libur Natal-Tahun Baru
”Pengalaman tahun lalu, saya pulang 24 Desember (tahun 2022). Kondisi terminal dan jalan lebih padat, harga tiket lebih mahal,” kata Feli, sapaannya. Pulang lebih awal juga dapat mengobati rasa rindunya terhadap keluarga.
Perjalanan dari Jakarta ke kampung Feli di Jambi memakan waktu sekitar 24 jam. Meskipun seharian, ia tetap memilih bus karena terminal tujuannya dekat dengan rumah. Untuk menikmati perjalanan, Feli punya cara.
Pertama, ia harus memastikan perusahaan otobus yang jelas rekam jejaknya. Untuk memeriksa rekam jejak, calon penumpang bisa menemukan berbagai referensi di situs resmi otobus ataupun memeriksanya di media sosial.
”Pilih bus yang bersih dan tidak lama menunggu. Kalau busnya ngaret (terlambat) dari jadwal, biasanya suka rusak dan kurang bersih,” kata Feli yang jadi pelanggan mudik memakai bus selama empat tahun terakhir.
Selain itu, Feli selalu berupaya tidak repot dengan barang bawaan. Ia membawa barang seadanya, sesuai kebutuhan. Ia, misalnya, hanya membawa satu ransel berkapasitas 30 liter yang berisi laptop, pakaian, dan perlengkapan lainnya.
Karyawan perusahaan swasta di Jakarta ini juga membawa penyanitasi tangan, tisu basah, dan tisu kering. Tak lupa pula ia membawa jaket dan kaus kaki supaya tidak kedinginan di perjalanan. Siang itu, ia mengenakan pakaian kasual berupa kaus dan celana jins agar lebih ringkas dan nyaman.
Hal lain yang tak boleh luput bagi Feli adalah membawa uang tunai. Tidak semua tempat yang disinggahi bisa melayani transaksi nontunai. Begitu pula dengan pengisi daya gawai. ”Headset jangan lupa buat dengar musik biar tidak bosan,” ujar Feli.
Agus Dwi Hariyanto (21), pemudik tujuan Sragen, Jawa Tengah, menerapkan hal serupa. Teknisi instalasi listrik pada proyek-proyek pembangunan gedung di Jakarta ini hanya membawa barang secukupnya, seperti pakaian kasual dan perlengkapan lainnya.
Supaya lebih aman dan nyaman, Agus membawa tas pinggang (waist bag). Gunanya sebagai tempat barang-barang kecil dan penting, seperti ponsel, pengisi daya, headset, dompet, dan sejenisnya. Ranselnya ditaruh di bagasi bus supaya tempat duduknya tidak sempit.
Siasat lain dari Agus adalah membeli tiket bus dengan fasilitas lebih. Setiap pulang, ia mengupayakan membeli tiket minimal eksekutif plus dengan harga Rp 300.000. Harga tiket ini lebih mahal daripada tiket eksekutif Rp 220.000.
Meskipun harganya lebih mahal, kata Agus, fasilitas eksekutif plus lebih baik. Selain punya penyejuk ruangan, bus itu juga menyediakan sandaran kaki sehingga penumpang bisa selonjoran. ”Perjalanan sekitar sepuluh jam terasa lebih nyaman, tidak bikin pegal-pegal,” ujarnya.
Salah satu perusahaan otobus (PO) yang menyediakan bus eksekutif plus adalah PO Haryanto. Bus dengan rute Jakarta ke Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk Madura, ini menyiapkan fasilitas sandaran kaki (leg rest), selimut, bantal, toilet, camilan, dan satu kali jatah makan.
Hati-hati dengan aplikasi bodong, jangan tergiur harga promo.
Petugas PO Haryanto di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Hosilah (30), mengingatkan penumpang agar membeli tiket di tempat atau aplikasi resmi. Selain di loket dan aplikasi PO Haryanto, calon penumpang dapat memesannya melalui Traveloka dan redBus.
Menurut dia, beberapa penumpang pernah tertipu oleh aplikasi palsu. ”Hati-hati dengan aplikasi bodong, jangan tergiur harga promo,” ucapnya.
Hosilah juga meminta penumpang untuk selalu menjaga barang bawaannya supaya tidak hilang. Penumpang disarankan datang paling lambat 30 menit sebelum keberangkatan agar tidak buru-buru dan ketinggalan bus.
Pihaknya juga berupaya menyiapkan kondisi bus dan sopir serta krunya laik jalan. Hal itu menjadi kewajiban baik pada hari biasa maupun pada momen libur Natal dan Tahun Baru.
Jika rela mengeluarkan anggaran lebih, calon pemudik bisa pula merasakan sensasi mudik menggunakan sleeper bus (bus tidur). Bus dengan fasilitas ini menawarkan tempat paling nyaman karena penumpang bisa tiduran, lengkap dengan bantal dan selimut.
Ada juga televisi, dan tentunya lebih bersifat privasi. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung jaraknya.
”Fasilitas sleeper bus membuat perjalanan lebih rileks dan privat, terutama bagi perempuan. Setiap tempat ada sekatnya. Kalau eksekutif, kan, berdua. Kadang kita tidak tahu siapa yang duduk di sebelah,” kata Hadi Santoso (41), pengurus PO Pandawa 87, yang menyediakan fasilitas itu.
PO yang melayani rute Jakarta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur ini menyiapkan bus tidur sejak pertengahan tahun 2021. Pandawa 87 termasuk yang merintis fasilitas ”mewah” inidi Terminal Terpadu Pulo Gebang.
Menurut Hadi, bus tidur kini semakin diminati. Pertama kali buka, Pandawa 87 cuma memiliki dua bus tidur dan satu bus eksekutif. Sekarang, PO ini punya empat bus tidur dan empat eksekutif serta satu bus double decker (bus tingkat) dengan layanan campuran.
”Minat terhadap sleeperbus sangat besar. (Tiket) selalu habis duluan setiap hari dibandingkan eksekutif, apalagi saat libur Lebaran serta Natal dan Tahun Baru,” ujarnya.
Berbagai siasat dari penumpang hingga operator bus perlu diperhatikan karena bus masih menjadi salah satu moda transportasi andalan warga. Terlebih lagi saat arus mudik Lebaran atau Natal dan Tahun Baru.
Hasil Survei Online Pergerakan Masyarakat pada Masa Nataru oleh Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan memprediksi, potensi pergerakan masyarakat Indonesia mencapai 107,63 juta orang. Jumlah ini sekitar 39,83 persen dari jumlah penduduk.
Dari total itu, jumlah pelaku perjalanan dengan bus relatif banyak, yakni di posisi kelima dengan 12,29 juta orang (11,42 persen). Posisi pertama hingga keempat adalah mobil pribadi 26,03 juta orang (24,19 persen), sepeda motor 20,14 juta (18,71 persen), kereta api antarkota 13,39 juta (12,63 persen), dan pesawat 13,38 juta (12,43 persen).
Adapun puncak arus mudik untuk bus diperkirakan berlangsung pada Jumat (22/12/2023) dengan jumlah 1,11 juta orang dan Sabtu (23/12/2023) dengan 1,51 juta orang. Puncak mudik gelombang kedua menjelang Tahun Baru diprediksi terjadi pada Sabtu (30/12/2023).
Sebaliknya, arus balik untuk bus bakal berlangsung pada Selasa (2/1/2024) dengan jumlah 2,19 juta orang. Arus balik selanjutnya diperkirakan terjadi pada Minggu (7/1/2024).
Pengamat transportasi publik dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno mengingatkan, operator bus dan penumpang agar selalu memperhatikan keselamatan. Jumat (15/12/2023), misalnya, sebanyak 12 orang meninggal setelah bus yang mereka tumpangi terbalik di simpang susun Jalan Tol Cikampek dan Tol Cikopo-Palimanan.
Kecelakaan bermula saat bus PO Handoyo bernomor polisi AA 7626 OA melintas dari Cirebon ke Jakarta. Namun, ketika memasuki jalur tikungan menuju penghubung Tol Cikampek, bus oleng dan terbalik ke arah kiri. Djoko menduga banyaknya korban tewas disebabkan penggunaan sabuk pengaman tidak optimal.
Selain memastikan sarana keselamatan berfungsi, Djoko juga mengingatkan masyarakat mengecek Sistem Perizinan Online Angkutan Darat dan Multimoda (Spionam) milik Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub. Pengusaha bus juga perlu menunjukkan surat kir kendaraan, kartu pengawas, serta surat izin bus pariwisata yang masih berlaku.
Terkait bus wisata yang marak saat libur Natal dan Tahun Baru, Djoko meminta PO bus memastikan kondisi sopir prima. ”Pengemudi juga harus benar-benar memahami kondisi jalur yang akan ditempuh dan punya pengemudi pengganti. Jangan tergiur tawaran tarif sewa bus yang murah, tapi keselamatan tidak terjamin,” ujarnya.
Ditjen Hubdar Kemenhub pun harus me-ramp check atau menginspeksi keselamatan pada bus pariwisata. Jika ditemukan salah satu dari seluruh elemen tidak dipenuhi, lebih baik bus pariwisata tersebut tidak dijalankan.
Pasal 90 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur agar waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor paling lama 8 jam sehari. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudi kendaraan selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam.
”Jika pengemudi mengalami kelelahan, sebaiknya segera beristirahat di rest area (jika di jalan tol) atau mencari tempat yang nyaman beristirahat (di luar jalan tol),” ucapnya.
Baca juga: Bus Terbalik di Interchange Tol Cikampek-Cipali, 12 Tewas