Tim penyemangat atau ”cheering” bakal turut meramaikan gelaran Semarang 10K. Selain menyemangati pelari, kehadiran mereka di pinggir lintasan juga diharapkan membuat mereka kian dikenal.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO, KRISTI DWI UTAMI
·6 menit baca
Ribuan pelari Semarang 10K Powered by Isoplus pada Minggu (17/12/2023) bakal disambut oleh sejumlah orang yang tergabung dalam barisan tim sorak atau cheering. Dari pinggir lintasan, mereka bakal menampilkan berbagai atraksi kesenian, mulai dari seni tradisi hingga seni modern. Latihan pun digelar dari jauh-jauh hari supaya penampilan mereka maksimal.
Tabuhan gamelan memecah keheningan malam di Balai Kelurahan Karanganyar Gunung, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/12/2023) malam. Sekitar 20 orang, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, tampak asyik berlatih mempersiapkan pertunjukan kuda lumping alias jathilan guna memeriahkan gelaran Semarang 10K pada Minggu (17/12/2023).
Eko Setiono (49), salah satu penari senior di Paguyubuan Seni Barong Watu Lumbung, berdiri di barisan depan. Tangannya menggenggam ke depan seolah memegang kuda lumping, kemudian kaki dan badannya bergoyang ritmis mengikuti suara gendhing.
Di belakangnya, sejumlah anak dan remaja menyaksikan serta mengikuti gerakan tari jaranan yang diperagakan Eko. Selain memberi contoh terkait gerakan, Eko juga turut memandu alur pergerakan penari di panggung.
Di hadapan para penari, duduk bersila sejumlah orang dewasa yang menabuh seperangkat gamelan seperti gong, kendang, kenong, saron, dan lain sebagainya. Tabuhannya kian menggelegar karena dilengkapi drum serta simbal.
Kendati latihan baru dimulai pukul 21.30 WIB, para penari dan penabuh tetap tampak bersemangat. ”Rencana latihan jam 20.00, tapi balai ini dipakai untuk rapat persiapan pemilu,” tutur Ketua Paguyuban Seni Barong Watu Lumbung Hadi Sugiarto, Jumat malam.
Menurut Hadi, paguyuban yang dipimpinnya akan menampilkan kesenian jaranan, ganongan, warokan, dan limbukan. Khusus untuk acara memeriahkan Semarang 10K, kelompok ini sudah latihan sepekan terakhir. ”Alhamdulillah kami diberi kesempatan pemerintah bisa tampil untuk menghibur,” kata Hadi.
Eko menambahkan, anggota paguyuban ini biasa berlatih pada malam hari karena kesibukan masing-masing anggota, baik yang masih bersekolah maupun sudah bekerja. ”Senang sekali bisa mewakili Kelurahan Karanganyar Gunung dan kecamatan untuk tampil di kota. Ini untuk hiburan sekaligus untuk melestarikan budaya,” tutur Eko.
Selain grup kesenian ini, ada pula Kelompok Musik Angklung Eling Deling dari Wonolopo, Kecamatan Mijen, Semarang, yang akan memeriahkan lomba lari Semarang 10K. Para pemain musik juga telah berlatih secara rutin dan akan membawakan sedikitnya sepuluh lagu, yakni ”Prau Layar”, ”Kisinan 1”, ”Kisinan 2”, ”Taman Curug”, ”Grajagan Mbayuwangi”, ”Mawar Merah”, ”Nemu”, ”Cundamani”, ”Gambang Semarangan”, dan ”Anoman Obong”.
”Total personel ada sepuluh orang. Persiapannya sudah dari seminggu yang lalu,” kata Koordinator Kelompok Musik Eling Deling Suwignya Adi Susila.
Persiapan untuk tampil dari pinggir lintasan juga dilakukan oleh Kelompok Barongsai Nacha Dharma Semarang. Kelompok itu menjalani latihan sebanyak tiga kali dalam sepekan, yakni Senin, Rabu, dan Jumat. Dalam latihan tersebut, mereka memainkan alat musik tamborin, kenong, dan simbal. Selain itu, mereka juga melatih gerakan tarian singa atau lion dance.
”Ini adalah tahun kedua kami mengikuti cheering Semarang 10K. Kami berharap, dengan adanya pertunjukan yang kami tampilkan, acaranya bisa semakin meriah dan pelarinya semakin semangat,” ujar Budi Tribowo (40), Pemimpin Kelompok Barongsai Nacha Dharma.
Pada Minggu pagi, akan ada 15 orang anggota Kelompok Barongsai Nacha Dharma yang terlibat cheering. Semuanya merupakan pemuda berumur 11- 25 tahun.
Kelompok Barongsai Nacha Dharma Semarang, Kelompok Musik Angklung Eling Deling, dan Paguyubuan Seni Barong Watu Lumbung merupakan binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Selain tiga kelompok tersebut, akan ada tiga kelompok lain yang juga akan mengikuti cheering, yaitu Semarang Night Carnival, band ambyaran, dan band modern.
Subkoordinator Potensi Seni, Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Sasa Indonesia, mengatakan, tia-tiap kelompok akan tersebar dari titik start sampai finis. Di Lawang Sewu, akan ada kelompok angklung. Kemudian di Simpang Lima ada pertunjukan barongsai.
Di Museum Kota Lama akan ada band modern; di Galeri Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Kota Lama ada jathilan; dan di Titik Nol Kilometer Kota Semarang ada Semarang Night Carnival. Sebelum finis, tepatnya di sekitar Pertamina, ada band ambyaran.
”Kami berharap seniman dan musisi dari Kota Semarang semakin dikenal, terutama Semarang Night Carnival. Semarang Night Carnival itu sebuah pementasan kostum dengan tema dan riasan wajah. Temanya itu yang berkaitan atau khas Kota Semarang. Selain itu, kami juga ingin menonjolkan seni yang lain, seperti barongsai yang merupakan simbol akulturasi budaya,” tutur Sasa.
Sesama pelari
Tak hanya datang dari para seniman dan musisi, sorak-sorai penyemangat juga akan dilakukan oleh para pelari yang tidak bisa ikut Semarang 10K karena tidak mendapatkan undian. Dengan ikut memberikan semangat, mereka berharap teman-teman mereka sesama pelari bisa menampilkan yang terbaik.
”Rencana untuk cheering sudah disusun sejak lama, tapi baru kemarin kami membuka pendaftaran, totalnya ada 50 orang yang nanti ikut cheering. Hal seperti ini sudah jadi semacam tradisi, kalau ada teman yang ikut race, pasti anggota yang tidak lari ikut cheering,” kata Person In Charge CheeringSemarang Runners, Chandra Arief (28).
Menurut Chandra, diberi semangat saat sedang berlari rasanya seperti diberi suntikan energi tambahan. Apalagi jika yang memberikan semangat adalah orang yang dikenal. Rasa lelah dan capai perlahan berkurang dan langkah menuju finis terasa lebih ringan. Atas pertimbangan itu, sejumlah komunitas rutin melakukan cheering.
Cheering kepada sesama pelari juga bakal dilakukan oleh komunitas lari lain, salah satunya Freeletics Semarang. Pendiri sekaligus pelatih di Freeletics Semarang, Aby Abror, mengatakan, komunitasnya bakal melakukan cheering pada 150 meter menjelang finis.
”Jumlah yang cheering ada sekitar 20 orang. Konsepnya pakai balon tepuk dan tulisan penyemangat. Kami juga akan membawa sound untuk mini zumba. Pelari yang sudah finis bisa gabung cheering atau ikut zumba bersama kami,” ujar Aby.
Manajer Event Harian Kompas Sri Aswito Zainul mengatakan, akan ada 15 titik cheering pada Semarang 10K mendatang. Angka itu meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 5 titik.
”Tim cheering itu kombinasi, mulai dari sponsor, yakni Isoplus di lima titik, kemudian pemerintah kota ada di enam titik, dan dari kecamatan yang dilewati pelari ada empat titik. Itu masih akan bertambah dengan kelompok cheering dari komunitas lari,” ujar Aswito.
Aswito menambahkan, level atmosfer perlombaan Semarang 10K tahun ini meningkat dari berbagai sisi. Dalam lomba yang terselenggara berkat kerja sama Pemerintah Kota Semarang, Isoplus, dan harian Kompas tersebut, kategori overall atau umum untuk pelari dalam dan luar negeri kembali dibuka sejak status pandemi Covid-19 dicabut.
Jumlah peserta juga disebut Aswito meningkat. Jika sebelumnya ada 2.000 pelari, tahun ini ada 2.100 pelari yang ikut serta. Sejumlah atlet nasional juga diperkirakan bakal turun, antara lain Rikki Simbolon, Robby Sianturi, Irmansyah, Pandu Sukarya, Rahmad Setia Budi, Odekta Elvina Naibaho, dan Pretty Sihite.