Rindu yang Direnggut Maut di Kilometer 72 Tol Cipali
Bus hilang kendali dan menghantam pembatas jalan hingga terguling ke kanan. Dua belas penumpang bus tewas di tempat, sembilan luka-luka.
Oleh sebuah rasa sakit yang mahahebat pada kakinya, Rahma (16) mendadak tersadar dari tidurnya. Sekonyong-konyong bus yang ia tumpangi sudah ambruk dan ringsek. Kaca-kaca jendela bus pecah, sementara barang-barang para penumpang terhambur keluar, begitu pula para pemiliknya.
Rahma tak ingat apa-apa setelah sekelebat tragedi yang terjadi pada bus bernomor polisi AA 7626 OA itu, Jumat (15/12/2023). Ia baru tersadar lagi oleh nyaring sirene ambulans yang tengah melaju kencang menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD) Radjak Hospital Purwakarta, Jawa Barat.
Remaja perempuan itu tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Pagi harinya, ia menumpang bus PO Handoyo relasi Yogyakarta-Bogor untuk menemui bundanya, Yanti, di Bekasi, Jawa Barat. Perjalanan mulus dan lancar hingga kecelakaan terjadi sekitar pukul 15.40 di belokan simpang susun (interchange) Jalan Tol Cikopo-Palimanan, di sekitar Kilometer 72.
Bus hilang kendali dan menghantam pembatas jalan hingga terguling ke kanan. Dua belas penumpang bus tewas di tempat, sementara sembilan lainnya luka-luka, termasuk tiga sopir dan kru.
Evakuasi para korban cenderung cepat, sementara butuh empat jam untuk mengembalikan bus berdiri di atas empat rodanya. Mesin masih berfungsi sehingga bus bisa dijalankan menuju Gerbang Tol Cikopo untuk diparkir.
Ketika ditemui di salah satu bilik IGD, sekitar pukul 22.00, Rahma sudah sadar dan bisa berkomunikasi meski masih tampak linglung. ”Ini di mana, sih?” ia bertanya kepada Yanti, bundanya, yang telah mendampingi di sisinya.
”Sakit semua badan saya. Kaki patah yang kanan, yang kiri hancur. Terus leher juga sakit,” kata Rahma ketika ditemui di salah satu bilik IGD Radjak Hospital dengan perban di kaki kiri, gips di kaki kanan, serta luka-luka goresan dan memar di sisi kiri wajahnya.
Di rumah sakit yang sama, tepatnya di samping ruang jenazah, Amin Fakhrudin (38) tengah kebingungan dalam dukanya. Biaya untuk memulangkan jenazah ibunya, Cholimah (65), ke Temanggung cukup besar, sekitar Rp 8,4 juta. Asuransi bisa diklaim, tetapi ia harus menunggu sampai pagi hari.
Almarhumah Cholimah sesungguhnya hanya terpaut belasan kilometer lagi dari Karawang, Jawa Barat, untuk membayar lunas rasa rindu kepada cucunya mengingat keluarga Amin dan adiknya telah menetap di kota industri tersebut. Namun, maut lebih dulu menjemput.
Amin yakin, tragedi ini tak semestinya terjadi jika bukan karena kelalaian sopir. ”Saya dapat info dari agen, itu katanya sopir baru. Menurut saya, sopir ugal-ugalan, melihat dari posisi busnya sampai seperti itu. Kalau umpama ada kelalaian juga, saya mau menuntut sopir itu dihukum seberat-beratnya,” ujar Amin.
Baca juga: Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan di Tol Cikampek-Cipali
Sopir bus yang sedang bertugas justru menjadi satu-satunya orang yang hanya luka ringan. Ia langsung dibawa ke markas Polres Purwakarta untuk diperiksa.
Kecelakaan ini terjadi lebih kurang tiga hari sebelum masa angkutan libur Natal dan Tahun Baru berlangsung. Diperkirakan 107,6 juta warga akan bergerak mudik ataupun berwisata, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.
Dalam konferensi pers daring, Jumat (15/12/2023), Kepala Bagian Operasi Korps Lalu Lintas Polri Komisaris Besar Eddy Junaidi mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk melakukan cek kelaikan secara acak terhadap bus-bus di terminal. ”Mudah-mudahan semua laik jalan dalam rangka mobilitas masyarakat,” katanya.
Akan tetapi, dalam hitungan jam setelah konferensi pers daring tersebut, bus PO Handoyo yang membawa Rahma dan almarhumah Cholimah celaka. Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Barat Ajun Komisaris Besar Edwin Affandi menyatakan belum dapat memastikan penyebab kecelakaan sampai olah tempat kejadian perkara (TKP) dilaksanakan.
Dari situ akan diketahui kecepatan pengemudi ketika melintasi tikungan di interchange tol tersebut, tak jauh dari Gerbang Tol Cikampek Utama. ”Sementara, kami mendapatkan data bahwa sopir sudah memiliki SIM B2 Umum. Informasi dari penumpang, pada saat sebelum memasuki tikungan, kecepatan bus masih tinggi,” kata Edwin.
Dugaan ini dibuktikan sementara oleh temuan jejak rem di lokasi tragedi. Kedua sopir yang bergantian mengemudikan bus pun akan diperiksa untuk menentukan apakah mereka berpotensi menjadi tersangka.
Agak kencang bawa kendaraannya. Kemudian, tikungan tajam, akhirnya bus berguling ke sebelah kanan.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Purwakarta Ajun Komisaris Dadang Supriadi mengatakan, menurut informasi awal, bus sedang melaju dari Cikampek menuju poldi Cikopo untuk mengangkut penumpang. ”Agak kencang bawa kendaraannya. Kemudian, tikungan tajam, akhirnya bus berguling ke sebelah kanan,” ujarnya.
Hingga Jumat malam, tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) kepolisian dan rumah sakit masih berusaha mengidentifikasi enam korban meninggal. Edwin mengatakan, enam lainnya telah teridentifikasi, termasuk seorang anak berusia 7 tahun.
”Masih ada dua yang tidak kami temukan kartu tanda pengenalnya. Kami akan menggunakan alat khusus untuk mendeteksi atau melihat dari sidik jari sehingga bisa dipastikan siapa nama korban,” katanya.
Hingga Jumat sekitar pukul 21.00, barang-barang pribadi para korban masih tercecer di tepi-tepi tikungan, seperti boneka dan tas-tas keresek berisi perbekalan perjalanan. Bumper truk, lengkap dengan pelat nomor polisinya, serta kaca belakang bus dengan stiker ”Yukikato” juga teronggok di tepi jalan. Ada pula beberapa pasang alas kaki milik korban.
Sambil menunggu olah TKP selesai, arus kendaraan dari arah Cikampek yang melewati interchange diarahkan langsung ke arah timur menuju Gerbang Tol Cikampek Utama. Tragedi ini pun diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan perusahaan angkutan umum tentang keselamatan penumpang, termasuk soal sabuk pengaman.
Hal ini dikatakan ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno. ”Kecelakaan memang sangat berpotensi menimbulkan korban jiwa jika sabuk pengaman tak dipakai,” katanya.
Di samping itu, para penumpang bisa ”menuntut” haknya akan keselamatan dengan meminta perusahaan bus menunjukkan surat hasil uji kir, kartu pengawas, serta surat izin yang masih berlaku. ”Pastikan pengemudi benar-benar memahami kondisi jalur yang akan ditempuh, dan mintalah agar ada dua pengemudi,” kata Djoko.
Kini, dua korban luka berat, termasuk Rahma, dirawat di Radjak Hospital Purwakarta, sementara enam korban luka ringan di Rumah Sakit Siloam Purwakarta. PT Jasa Raharja telah menyatakan akan memberikan santunan maksimal Rp 50 juta bagi ahli waris korban yang meninggal serta Rp 20 juta kepada yang luka-luka.
Namun, masa depan kini belum jelas bagi Rahma. Ia tak tahu, apakah kakinya akan pulih setelah kecelakaan itu, dan bagaimana caranya. ”Badan sakit semua. Napas juga sesak,” katanya.
Baca juga: Waspadai Kecelakaan Saat Libur Natal dan Tahun Baru