Menhub: Konektivitas Maritim Perkuat Jalur Rempah di Timur Indonesia
Jalur rempah di timur Indonesia kini dilewati rute pelayaran. Pelayanan di jalur itu akan terus ditingkatkan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Keterhubungan antarpulau tak hanya mempercepat arus mobilisasi penumpang dan barang. Kementerian Perhubungan mendorong agar jalur maritim menjadi jembatan untuk memperkuat sektor pariwisata termasuk destinasi sejarah jalur rempah di sisi timur Indonesia.
Penguatan konektivitas untuk mendukung sektor pariwisata di jalur rempah itu disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada Kompas pada Kamis (14/12/2023) pagi.
Jalur rempah yang dimaksud Budi Karya dimulai dari Kepulauan Maluku yang sering dijuluki ”Kepulauan Rempah”. Di wilayah yang berdiri banyak gunung api itu tumbuh subur dua komoditas rempah yang menjadi unggulan, yakni pala dan cengkeh.
Cengkeh yang legendaris di Maluku Utara. Ada pohon cengkeh berusia ratusan tahun yang disebut Cengkeh Afo di Pulau Ternate. Cengkeh Afo diklaim sebagai yang tertua di daerah itu bahkan di dunia. Cengkeh Afo menjadi salah satu destinasi pariwisata.
Di Kepulauan Banda, Maluku, dikenal dengan tanaman pala. Di sana banyak kebun pala yang dikelola secara profesional dari zaman kolonial hingga saat ini. Kualitas pala Banda diklaim sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Di Kepulauan Banda, ada Pulau Run yang dalam sejarah pernah ditukar dengan Pulau Manhattan di New York, Amerika Serikat. Pertukaran itu dilakukan oleh Belanda dan Inggris lebih dari 3,5 abad silam. Banda juga menjadi salah satu destinasi pariwisata.
Di Nusa Tenggara Timur, ada komoditas cendana yang pernah diburu di pasar dunia sekitar abad ke-15. Tanaman cendana endemik di NTT. Cendana terkenal karena aroma minyaknya. Di pasaran saat ini, harganya mencapai Rp 30.000 per mililiter.
Setelah mengalami penurunan populasi selama beberapa dekade akibat eksploitasi berlebihan ketika masa Orde Baru, cendana kini mulai ramai dibudidayakan. Banyak wisatawan dari luar tertarik ke NTT karena ingin melihat cendana.
Kita ingin sektor maritim mendukung kemajuan pariwisata di sana.
Budi Karya mengatakan, jalur rempah di kawasan timur Indonesia itu kini sudah terkoneksi dengan jalur pelayaran baik menggunakan kapal Pelni maupun kapal perintis. ”Kita ingin sektor maritim mendukung kemajuan pariwisata di sana,” ujarnya.
Sehari sebelumnya, Rabu (13/12/2023), Budi Karya menghadiri puncak perayaan Hari Nusantara di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Acara itu bertema ”Merajut Konektivitas Nusantara dan Ekonomi Maritim dari Titik Nol Jalur Rempah”. Tidore yang berada di seberang Pulau Ternate itu merupakan salah satu penghasil rempah.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan, pemerintah terus berupaya meningkatkan konektivitas antarpulau. ”Ini menjadi suatu keharusan untuk meningkatkan dan membangun sektor perekonomian bangsa. Ini pun harus diingat dan kita maknai bersama dan bahwa rempah-rempah Tidore menjadi salah satu pusat kegiatan yang penting di Indonesia,” ujarnya.
Sebagaimana siaran pers Kementerian Perhubungan yang diterima Kompas, acara itu juga hadiri Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Muhammad Ali. Ada pula Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba dan Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim.
Kasuba menyampaikan terima kasih atas perhatian pemerintah pusat lewat program pembangunan di kawasan timur Indonesia. Secara khusus, ia meminta agar rencana pembangunan Bandar Udara Loleo secepatnya dieksekusi. Lokasi calon bandara baru itu terletak di Desa Aketobololo, sekitar 23 kilometer dari Kota Sofifi, ibu kota Provinsi Maluku Utara.
Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim menambahkan, momentum itu diharapkan menjadi pijakan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di Tidore. ”Infrastruktur dimaksud mulai dari darat, laut, dan udara,” ujar Ali yang berlatar belakang pelaut itu.