Operasi SAR Korban Erupsi Marapi Selesai, Posko Pengaduan Tetap Dibuka
Posko pengaduan korban hilang dalam erupsi Gunung Marapi tetap dibuka meskipun semua korban yang dilaporkan hilang sudah ditemukan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Operasi pencarian dan penyelamatan atau SAR korban erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat selesai usai korban terakhir ditemukan. Namun, posko pengaduan terhadap kemungkinan adanya korban tidak tercatat dan belum ditemukan tetap dibuka.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Kelas A Padang Hendri, Kamis (7/12/2023), mengatakan, operasi SAR terhadap 75 pendaki terjebak erupsi Gunung Marapi sudah dihentikan pada Rabu (6/12/2023) malam. Semua korban sudah ditemukan sesuai jumlah yang dilaporkan.
Meskipun operasi SAR selesai, posko pengaduan tetap dibuka di kantor Wali Nagari Batupalano, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam. Warga yang merasa anggota keluarganya hilang ketika berkegiatan saat erupsi Marapi diharapkan melapor. ”Meskipun operasi SAR sudah ditutup, pencarian bisa dilakukan kembali,” kata Hendri.
Korban terakhir dari erupsi Gunung Marapi berhasil dievakuasi dalam keadaan meninggal pada Rabu malam. Total korban meninggal dalam peristiwa ini sebanyak 23 orang. Sementara itu, 52 pendaki lainnya selamat meskipun sebagian mengalami luka ringan hingga berat.
Di RSUD dr Achmad Mochtar, Bukittinggi, misalnya, Rabu, masih ada tiga korban luka berat dirawat. Dua korban di antaranya mesti menjalani tindakan bedah karena mengalami patah tulang.
Gunung Marapi di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar tiba-tiba meletus pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat tinggi kolom abu teramati sekitar 3.000 meter di atas puncak dan 5.891 meter di atas permukaan laut.
Saat kejadian, 75 orang sedang mendaki sejak Sabtu (2/12/2023). Jumlah itu adalah yang tercatat di sistem pendaftaran daring Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar sebagai pengelola Taman Wisata Alam Gunung Marapi. Sebagian besar pendaki adalah mahasiswa, baik dari Sumbar maupun provinsi tetangga.
Hingga Kamis pagi, Gunung Marapi yang berstatus Level II atau Waspada sejak 3 Agustus 2011 masih erupsi. Dari pukul 00.00-06.00, Marapi mengalami 1 letusan dan 9 embusan.
”Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi pada radius 3 kilometer dari kawah/puncak,” kata Ahmad Rifandi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Marapi, Kamis pagi.
IDI Wilayah Sumbar akan berkoordinasi dan menggandeng sejumlah perhimpunan profesi di bawah naungan IDI untuk melakukan screening dampak pascaerupsi di sekitar wilayah Gunung Marapi. (Moh Adib Khumaidi)
Siagakan dokter
Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyiagakan tenaga kesehatan dokter untuk penanganan korban bencana erupsi Gunung Marapi. IDI bersama lembaga terkait telah melakukan operasional puskesmas 24 jam di wilayah terdampak dengan memberdayakan tenaga kesehatan setempat dibantu tim sukarelawan dan dokter kepolisian.
Adapun untuk penanganan lebih lanjut, para korban yang dievakuasi dirujuk ke fasilitas kesehatan di Padang Panjang dan Bukittinggi.
”IDI Wilayah Sumbar akan berkoordinasi dan menggandeng sejumlah perhimpunan profesi di bawah naungan IDI untuk melakukan screening dampak pascaerupsi di sekitar wilayah Gunung Marapi,” kata Moh Adib Khumaidi, Ketua Umum PB IDI, dalam siaran pers, Kamis.
PB IDI menjelaskan, 23 korban meninggal sudah ditemukan. Korban meninggal umumnya mengalami luka fraktur di bagian kepala dan tubuh akibat tertimpa batu-batu besar dari erupsi, serta karena semburan panas secara langsung karena posisi para pendaki tersebut kebanyakan berada di puncak gunung.