Sebanyak 139 Pengungsi Rohingya Mendarat di Sabang
Saat ini lebih dari 1.300 pengungsi Rohingya berada di Aceh. Namun, gelombang pengungsi belum akan berakhir.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SABANG, KOMPAS - Sebanyak 139 pengungsi etnis Rohingya, Myanmar, pada Sabtu (2/12/2023) mendarat di pantai Desa Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Aceh. Kedatangan mereka menambah daftar panjang gelombang pengungsi yang mendarat di Aceh.
Di Sabang, Selasa (21/11/2023), kapal kayu berisi 219 pengungsi mendarat di Pantai Ujong Kareung. Mereka kini telah direlokasi ke tempat penampungan di Kota Lhokseumawe.
Kepala Desa Ie Meulee Dofa Fadhli menuturkan, warga mengetahui kehadiran pengungsi beberapa jam setelah mereka mendarat. Para pengungsi berkumpul di pantai. Sebagian dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Dofa mengatakan, sebagai wujud rasa kemanusiaan warga telah membantu makanan dan minuman. Namun, Dofa meminta kepada para pihak yang bertugas mengurus pengungsi agar memindahkan pengungsi Rohingya itu ke luar Sabang.
”Kami tegas menolak pengungsi Rohingya,” kata Dofa.
Ini bukan pertama kali warga Sabang menolak pengungsi Rohingya. Pada kedatangan pertengahan November lalu, warga juga menolak.
Bahkan, warga memberikan ultimatum kepada Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) agar segera mengeluarkan pengungsi dari Sabang. Pada sore hari, pengungsi tersebut diangkut ke Lhokseumawe.
Salah seorang pengungsi Rohingya yang baru mendarat di Sabang bernama Dilawar Shah, berusia 19 tahun. Dengan bahasa Inggris terbata-bata, Dilawar mengatakan berlayar dari Bangladesh menuju Indonesia.
Dia bersyukur karena telah mendarat di tanah Indonesia. Dilawar berharap Indonesia memberikan bantuan dalam bentuk apa pun.
”Sebenarnya saya sangat senang datang ke sini. Saya menghargai mereka yang membantu orang-orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan tidak memiliki hak istimewa,” ucapnya.
Dilawar menyebutkan, jika Pemerintah RI memberikan kesempatan untuk tinggal di Indonesia, mereka sangat bahagia. Sebab, selama tinggal di pengungsian di Bangladesh, kesempatan untuk belajar sangat kecil.
“Insya Allah, semoga hidup kami menjadi lebih baik,” ujar Dilawar.
Dihubungi terpisah Staf UNHCR Indonesia Faisal Rahman menuturkan, hingga sore Sabtu, pengungsi masih berada di pantai Sabang. Pihaknya kesulitan menemukan tempat untuk merelokasi pengungsi.
”Kami belum tahu (relokasi), tetapi warga mendesak agar segera dipindahkan,” kata Faisal.
Dalam wawancara dengan Kompas pada 23 November 2023, Faisal mengatakan, Indonesia bukan satu-satunya negara tujuan pengungsi Rohingya. Namun, sebagai negara di kawasan Asia Tenggara, sangat mungkin Indonesia menjadi pilihan atau lokasi terdamparnya perahu pengungsi.
Dalam tiga bulan terakhir, lebih dari seribu pengungsi Rohingya mendarat di Aceh. Mereka berlayar dari pusat pengungsian di Cox’s Bazar, Bangladesh, menggunakan perahu kayu mengarungi Laut Andaman hingga Selat Malaka. Sebagian perahu memilih jalur Samudra Hindia dan mendarat di pantai Aceh bagian barat.
Faisal mengatakan, bukan hanya Indonesia yang menanggung kehadiran pengungsi Rohingya. ”Saat ini di Malaysia dan Thailand terdapat ribuan pengungsi Rohingya,” ujarnya.
Kini, lebih kurang 1.300 pengungsi Rohingya berada di Aceh. Mereka menempati posko penampungan sementara di Kabupaten Pidie dan Lhokseumawe. UNHCR belum bisa memastikan sampai kapan pengungsi itu berada di Aceh.
”Dulu, tahun 2015 ada kuota khusus dari Amerika Serikat menerima mereka untuk dipindahkan ke sana. Namun, untuk saat ini belum ada indikasi negara yang siap menampung mereka,” ucap Faisal.
Sebelumnya, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) Aceh Azharul Husna mengatakan, hak hidup merupakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, pengungsi Rohingya berhak untuk mempertahankan hidupnya.
”Bicara pengungsi Rohingya merupakan upaya untuk menyelamatkan nyawa manusia,” ujar Azharul.