Komunitas Dilibatkan dalam Mitigasi Bencana Banjir di Kalsel
Komunitas masyarakat peduli sungai juga dilibatkan dalam mitigasi bencana banjir di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Berbagai pemangku kepentingan di Kalimantan Selatan mulai bersiap siaga menghadapi musim hujan guna mengantisipasi bencana banjir dan juga tanah longsor. Di samping memastikan kesiapan personel dan peralatan, komunitas masyarakat peduli sungai juga dilibatkan dalam mitigasi bencana.
Apel kesiapsiagaan bencana dalam menghadapi musim hujan dan bencana banjir di Kalimantan Selatan tahun 2023/2024 dilaksanakan di pool alat berat Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, Banjarmasin, Jumat (24/11/2023). Apel diikuti jajaran BWS Kalimantan III, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Komunitas Masyarakat Peduli Sungai (Melingai).
Ketua Komunitas Melingai Mohammad Ary mengatakan, peran komunitas masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan dan penanganan bencana. Terlebih di akhir tahun ini, semua pemangku kepentingan di Kalsel harus bersiap menghadapi bencana banjir karena sudah memasuki musim hujan.
”Pengalaman banjir besar di Januari 2021 memberi peringatan kepada kita semua bahwa hal yang sama atau kejadian serupa mungkin saja terulang lagi. Kesiapsiagaan dari kita semua akan sangat membantu jika terjadi bencana sebagaimana pernah kita alami beberapa tahun lalu,” katanya.
Banjir di Kalsel pada 2021 merendam 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, dengan ketinggian hingga lebih dari 1 meter. Hanya Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Banjir kala itu disebut-sebut merupakan bencana besar di Kalsel yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun.
Posko Tanggap Darurat Banjir Kalsel pada waktu itu mencatat 712.129 jiwa terdampak banjir, 113.420 di antaranya mengungsi. Sebanyak 24 orang tewas dan 3 orang hilang. Banjir merendam 122.166 rumah, 609 tempat ibadah, dan 628 sekolah. Beberapa infrastruktur jalan dan jembatan juga rusak. Kerugian material akibat banjir diperkirakan ratusan miliar hingga triliunan rupiah.
Menurut Ary, komunitas bisa berperan dalam mitigasi bencana banjir dan menjadi bagian dari sistem peringatan dini. Dengan anggota yang tersebar di berbagai kabupaten/kota, komunitas masyarakat bisa terus berkoordinasi melalui grup komunikasi Whatsapp.
”Jika terjadi hujan lebat dan kenaikan air sungai di daerah pegunungan, anggota komunitas segera memberi peringatan kepada warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai,” katanya.
Di samping itu, ujar Ary, komunitas juga menggagas aksi dan gerakan untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Di Banjarmasin misalnya, Komunitas Melingai melakukan gerakan Banjarmasin Peduli Sungai dengan aksi bersih-bersih sungai dan mendorong pemerintah kota juga melakukannya dalam upaya normalisasi sungai-sungai kecil di perkotaan.
”Dengan aksi itu, kami berharap komunitas dan pemerintah memiliki kesamaan persepsi. Jika air datang, silakan datang dengan cepat, tetapi juga harus pulang dengan cepat,” katanya.
Pengalaman banjir besar di Januari 2021 memberi peringatan kepada kita semua bahwa hal yang sama atau kejadian serupa mungkin saja terulang lagi.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Kesiapsiagaan Bencana BWS Kalimantan III Heri Yuli Utomo mengatakan, satgas dibentuk untuk mengantisipasi terjadinya bencana di Kalsel akibat cuaca ekstrem. ”Anggota satgas berjumlah 69 orang dan dibagi menjadi tiga wilayah dengan satu koordinator per wilayah,” ujarnya.
Heri menyebutkan, di Kalsel telah teridentifikasi kondisi sungai dan saluran yang perlu mendapat penanganan khusus, yaitu Sungai Tabalong dengan delapan titik rawan longsor, Daerah Irigasi Rawa (DIR) Handil Bhakti dengan 12 titik rawan longsor ataupun banjir dan DIR Jejangkit dengan satu titik rawan banjir.
Berdasarkan rekapitulasi kejadian banjir di Kalsel per 23 November 2023, hampir semua kabupaten/kota di Kalsel pernah mengalami banjir, setidaknya satu kali kejadian sepanjang tahun 2023. ”Hanya di Tanah Bumbu yang tidak ada kejadian banjir pada tahun ini,” katanya.
Lokasi rawan
Kepala BWS Kalimantan III I Putu Eddy Purna Wijaya mengatakan, pihaknya tak hanya memastikan kesiapan personel dan peralatan, tetapi juga sudah memetakan lokasi-lokasi yang berpotensi atau berisiko tinggi mengalami bencana banjir ataupun tanah longsor. Dari hasil pemetaan, lokasi rawan ada di Tabalong, Barito Kuala, dan juga Banjar.
”Kami siapkan langkah-langkah penanganan supaya nanti kalaupun terjadi banjir, bisa segera ditangani dengan cepat supaya kerugian material, terutama kerugian jiwa, bisa dihindari,” katanya.
Sebagai bentuk antisipasi, menurut Eddy, saat ini sudah dilakukan penanganan atau upaya fisik, seperti normalisasi sungai dan saluran. Tujuannya supaya kapasitas sungai itu kembali. Dengan kembalinya kapasitas sungai, aliran air bisa cepat mengalir ke sungai dan ke laut sehingga tidak menimbulkan genangan.
”Upaya fisik lain yang dilakukan, di antaranya, ialah membangun bendungan, embung, kolam retensi, dan kolam regulasi. Kami juga mengoperasikan pintu-pintu air sehingga kekeringan ataupun banjir bisa dikelola dengan baik,” ucapnya.
Selain upaya fisik, Eddy menyebutkan juga ada upaya nonfisik, seperti pendirian pos-pos pemantauan. BWS Kalimantan III saat ini telah memiliki 28 pos curah hujan, 31 pos duga air, dan 8 pos klimatologi yang tersebar di seluruh wilayah Kalsel.
Kami siapkan langkah-langkah penanganan supaya nanti kalaupun terjadi banjir, bisa segera ditangani dengan cepat supaya kerugian material, terutama kerugian jiwa, bisa dihindari.
”Pos-pos itu berfungsi sebagai mata dan telinga kita untuk memprediksi apakah nanti akan terjadi hujan yang menyebabkan banjir. Dengan punya peringatan dini seperti itu, kita bisa mempersiapkan diri jauh lebih baik sebelum terjadi bencana,” katanya.
Sebelumnya, Kepala BPBD Provinsi Kalsel Raden Suria Fadliansyah mengatakan, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor telah memberikan arahan terkini kepada BPBD untuk segera mengantisipasi bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor pada musim hujan. BPBD diminta menyiapkan segala perlengkapan untuk menanggulangi bencana, di antaranya perahu karet dan mobil dapur umum.
”Kami bersama BPBD kabupaten/kota sudah mulai bergerak dan memetakan daerah-daerah rawan banjir. Pada daerah rawan tersebut, kami minta kondisi sungainya selalu dipantau. Kondisi selokan juga harus diperhatikan dan segera dibersihkan agar tidak memicu genangan,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tabalong Jayosno mengatakan, daerah rawan banjir di Tabalong berada di sepanjang aliran Sungai Tabalong. Daerah di bantaran sungai tersebut berpotensi banjir kalau terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi.
”Dalam lima tahun terakhir, kami setidaknya tiga kali menetapkan status tanggap darurat karena kejadian banjir pada 2019, 2020, dan 2021. Untuk itu, kami sudah memastikan kesiapan personel dan peralatan untuk menghadapi bencana banjir tahun 2023/2024,” katanya.