Masalah defisit pangan mulai membayangi Nusa Tenggara Timur. Kondisi itu terjadi akibat kekeringan ekstrem sepanjang tahun 2023 yang menyebabkan musim tanam menjadi tidak menentu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kekeringan ekstrem sepanjang tahun 2023 menyebabkan musim tanam di Nusa Tenggara Timur menjadi tidak menentu. Kondisi itu membuat NTT dibayangi masalah defisit pangan. Meski begitu, sejumlah petani lahan kering tadah hujan di provinsi itu tetap menyiapkan lahan untuk ditanami.
Hingga Kamis (23/11/2023), petani di sejumlah wilayah NTT terus menyiapkan lahan tadah hujan untuk ditanami. Persiapan itu, antara lain, dilakukan dengan membersihkan lahan lama dan membuka lahan baru.
Di pedalaman Pulau Timor, seperti di Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan, sejumlah kebun di tepi jalan tampak sudah selesai disiapkan. ”Kalau hujan sudah turun setiap hari berturut-turut dalam satu minggu, kami sudah bisa tanam,” kata petani di Kecamatan Kolbano, Melky Boemau (50).
Luas lahan yang dimiliki Melky sekitar 0,5 hektar. Ia berencana menanam jagung, padi, ubi, labu, dan kacang. Lahan yang baru dibuka itu kaya akan humus tanah sehingga produktivitas tanaman diperkirakan akan maksimal. Namun, hal itu mesti didukung oleh hujan yang cukup.
Melky menuturkan, pada tahun lalu, ia mengalami gagal panen di kebun yang lama. Ketika itu, pada akhir November 2022, sempat terjadi hujan selama satu minggu. Para petani pun berpikir musim hujan sudah tiba sehingga mereka mulai menanam. Namun, dua minggu kemudian, hujan tak kunjung turun hingga akhir Desember sehingga hampir semua tanaman mati.
Gagal panen juga dirasakan petani di daerah lain di NTT. Markus Suban (45), petani di Pulau Lembata, menuturkan, musim hujan yang tidak menentu membuat petani kehilangan motivasi untuk berkebun. Banyak petani yang beralih jadi pekerja serabutan atau merantau menjadi pekerja migran ilegal di Malaysia.
”Kami khawatir, jangan sampai tahun depan ini tidak ada makanan karena sampai pertengahan November ini belum ada tanda-tanda hujan. Ini gejala tidak baik,” ucapnya.
Defisit pangan
Sebagai wilayah minim sumber air, sebagian besar lahan pertanian di NTT menggunakan sistem tadah hujan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022, luas lahan tadah hujan di NTT mencapai 3,6 juta hektar. Namun, ladang yang digarap hanya 355.971 hektar atau kurang dari 10 persen.
Hasil pertanian dari lahan tadah hujan di NTT bervariasi, didominasi padi dan jagung. Namun, produksinya terbatas untuk konsumsi keluarga petani. Itu pun tidak cukup satu tahun. Selebihnya, petani membeli beras atau jagung di pasar. Ketika beras langka, harga beras medium bisa menembus Rp 18.000 per kilogram.
Di tengah rendahnya produksi padi akibat kondisi iklim yang tidak menentu, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap beras malah semakin tinggi. Kondisi ini kian memperlebar defisit pangan di NTT yang dapat berakibat pada kekurangan makanan di masa mendatang.
Di banyak pasar tradisional di NTT, masyarakat menjual bahan pangan lain, seperti jagung dan umbi-umbian, untuk membeli beras. Ada juga yang menjual ternak, seperti ayam dan babi, untuk membeli beras.
Menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, konsumsi beras di daerah itu mencapai 117,189 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut berada di atas rata-rata nasional. Di sisi lain, produksi beras setempat pada tahun 2022 hanya 430.948,5 ton, jauh di bawah konsumsi yang mencapai 642.367,53 ton.
Kami khawatir, jangan sampai tahun depan ini tidak ada makanan karena sampai pertengahan November ini belum ada tanda-tanda hujan
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lecky F Koli mengatakan, NTT kekurangan beras, tetapi tidak kekurangan pangan. ”Banyak makanan di kebun seperti umbi dan pisang. Orang-orang di kampung tidak mungkin kelaparan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Lecky mendorong petani agar tetap mempertahankan sistem pertanian tumpang sari. Di setiap ladang, petani jangan hanya menanam padi atau jagung, tetapi juga diminta menanam umbi-umbian, pisang, sorgum, dan kacang-kacangan.