Evakuasi Pesawat Super Tucano Berlanjut meski Cuaca Kurang Bersahabat
Evakuasi pesawat Super Tucano dari lokasi kecelakaan di Pasuruan, tetap dilakukan meski ada kendala cuaca dan medan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Proses evakuasi dua badan pesawat Super Tucano dari lokasi kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur, tetap dilakukan meski cuaca kurang bersahabat. Pesawat dipotong-potong terlebih dulu agar mudah diangkut melalui perjalanan darat.
Dua pesawat Super Tucano mengalami kecelakaan di Pasuruan, Kamis pekan lalu. Saat itu keempatnya tengah menjalani latihan formasi. Mereka take off dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh pukul 10.50 WIB. Pada pukul 11.18, kedua pesawat hilang kontak, sementara dua pesawat lainnya kembali ke lanud.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma R Agung Sasongkojati, dalam rilis tertulis yang disampaikan melalui bagian Penerangan Lanud Abdulrachman Saleh, Minggu (19/11/2023) malam, menjelaskan, hingga saat ini TNI AU telah mengangkut beberapa bagian pesawat ke Lanud Abdulrachman Saleh.
”Untuk mengangkut keseluruhan belum dilakukan karena terkendala cuaca dan lokasi yang terjal dan berbukit-bukit. Kondisi itu sangat mengganggu proses evakuasi,” ujarnya. Menurut dia, proses pencarian dan pengumpulan barang-barang di lokasi jatuhnya pesawat akan terus dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca.
Untuk evakuasi, TNI AU memilih melalui jalan darat yang lebih memungkinkan untuk mengakses lokasi kecelakaan. Jalur udara menggunakan helikopter bukan pilihan lantaran faktor cuaca dan kondisi lokasi ekstrem. Proses evakuasi diharapkan sudah rampung dalam sepekan.
Agung juga memastikan bahwa video data recorder/network centric data cartridge (VDR/NCDC) dari Super Tucano TT 3111 dan TT 3103 yang mengalami kecelakaan sudah dipindahkan ke Lanud Abdulrachman Saleh.
Namun, meski NCDC bisa dibaca, khusus flight recorder juga harus dikirim terlebih dahulu ke luar negeri untuk dibaca. ”Untuk itu perlu waktu untuk menganalisis karena harus dikirim dulu,” katanya.
Sebelumnya, VDR dan NCDC menjadi salah satu bagian yang lebih dulu dipindahkan dari lokasi selain senapan kaliber besar yang ada di badan pesawat. VDR/NCDC di antaranya berisi gambar video penerbangan sampai saat terakhir, komunikasi pilot, performa pesawat, kecepatan, ketinggian, arah, dan data mesin.
Sementara itu, pada hari Minggu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo, bersama istri masing-masing, berkunjung ke rumah empat prajurit yang gugur dalam kecelakaan Super Tucano. Yudo menyampaikan belasungkawa mendalam dan penghargaan atas dharma bakti almarhum.
Keempat korban Super Tucano adalah Marsekal Pertama (Anumerta) Subhan yang menjabat sebagai Komandan Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama (Anumerta) Widiono Hadiwijaya selaku Kepala Dinas Personel Lanud Abdulrachman Saleh.
Selain itu, Kolonel Pnb (Anumerta) Sandhra Gunawan selaku Komandan Skuadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh. Ketiganya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Suropati, Malang. Sementara satu lainnya, Letnan Kolonel Pnb (Anumerta) Yudha Anggara Seta, dimakamkan di Madiun.
Sebelumnya, salah satu keluarga korban, Suprianto (46), mengatakan, pihak keluarga merasa sangat kehilangan. Kakak Suprianto, Subhan, merupakan sosok yang baik. Dia tegas tetapi halus, menggunakan pendekatan-pendekatan persuasif, baik terhadap keluarga maupun relasi.
Subhan juga penuh dedikasi, menjalankan tugas dengan serius dan profesional. ”Sama orangtua, mertua, dan juga sama rekan-rekan. Termasuk kesan stafnya, juga bilang kalau beliau orangnya tidak pernah marah,” ujar Suprianto.