Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota Meninggal Dunia di Jakarta
Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota Pr meninggal dunia. Umat Katolik merasa kehilangan sosok yang sederhana dan dekat dengan semua kalangan itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
ENDE, KOMPAS — Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota Pr dikabarkan meninggal dunia setelah menjalani perawatan sejak beberapa waktu lalu. Umat Katolik yang ditinggalkan merasa kehilangan sosok yang dianggap sederhana dan dekat dengan semua kalangan itu.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Ende Romo Daslan Yosef lewat sambungan telepon kepada Kompas mengatakan, Uskup Sensi meninggal dunia di Rumah Sakit Sint Carolus, Jakarta, pada Minggu (19/11/2023) malam. Uskup Sensi meninggal pada usia 72 tahun.
Romo Daslan belum memastikan kapan dan di mana jenazah Uskup Sensi akan dimakamkan. ”Kami masih bicarakan. Nanti akan kami infokan kepada umat,” katanya. Keuskupan Agung Ende berada di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Beberapa waktu lalu sempat beredar kabar bohong mengenai kematian Uskup Sensi. Kabar itu dibantah. Dalam pesan berantai, Romo Daslan menjelaskan mengenai kondisi Uskup Sensi yang kala itu semakin membaik.
Daslan mengatakan, Uskup Sensi sudah menjalani tindakan operasi bedah perut untuk mengetahui penyebab perutnya yang kembung dan selalu merasa sakit. Operasi berjalan dengan baik.
Mgr Vincentius Sensi Potokota Pr, yang sebelumnya sebagai Uskup Maumere, secara resmi diangkat menjadi Uskup Agung Ende pada Sabtu (14/4/2007). Ia menggantikan Uskup Abdon Longinus da Cunha Pr, yang meninggal tanggal 6 April 2006. Takhta Apostolik di Roma mengumumkan pengangkatan itu berdasarkan Keputusan Paus Benediktus XVI, pemimpin umat Katolik sedunia (Kompas 16/4/2007).
Sebelum menjabat Uskup Agung Ende, ia ditahbiskan menjadi Uskup Maumere pada 23 April 2006. Penahbisan yang dipimpin pemimpin Konferensi Wali Gereja Indonesia Julius Kardinal Darmaatmadja SJ itu berlangsung di Gelora Samador, Maumere, Kabupaten Sikka (Kompas 24/4/2006).
Kehilangan
Wilhelmus Mbudja (80), tokoh masyarakat di Ende, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, umat sangat kehilangan sosok Uskup Sensi. Ia menggambarkan Uskup Sensi sebagai pemimpin yang sederhana dan dekat dengan umat.
”Dia selalu hadir di tengah-tengah umat, menyapa kami dengan sapaan khas orang Ende. Dia tidak berjarak dengan kami,” kata Wilhelmus yang juga menjadi aktivis awam di gereja itu.