Menakar Resiliensi Ekonomi Jatim di Tengah Resesi Global dan Tahun Politik
Kinerja ekonomi Jawa Timur terdampak krisis global namun performa kinerjanya justru diprediksi meningkat.
Kinerja ekonomi Jawa Timur tahun ini termoderasi karena dampak krisis global. Namun, performa kinerjanya justru diprediksi meningkat pada tahun 2024. Padahal, krisis global masih mengancam ditambah adanya pesta demokrasi lima tahunan. ”Bumi Majapahit” ini memiliki resiliensi tinggi di sektor ekonomi.
Ekonomi Pulau Jawa triwulan III-2023 tumbuh 4,83 persen, lebih rendah dari triwulan II yang mencapai 5,18 persen. Pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah pula dari produk domestik bruto (PDB) nasional 4,94 persen. Sementara ekonomi Jawa Timur tumbuh 4,86 persen, lebih tinggi dari Jawa, meskipun juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,24 persen.
Jatim berkontribusi 25,56 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa dan 14 persen pertumbuhan nasional. Provinsi berjuluk ”Brangwetan” ini berada di urutan kedua setelah Provinsi DKI Jakarta yang berkontribusi 29 persen pada ekonomi Jawa. Adapun Jawa berkontribusi 57 persen terhadap ekonomi nasional.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Dody Zulverdi mengatakan, kinerja ekonomi di Bumi Majapahit sepanjang 2023 diperkirakan masih tetap tumbuh positif dan berada pada rentang 4,6 persen hingga 5,4 persen.
”Kinerja ini termoderasi dibandingkan tahun 2022, terutama akibat faktor global. Namun, pada tahun 2024, kinerja ekonomi Jatim diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, yakni berada pada rentang 4,9 persen hingga 5,7 persen,” ujar Dody dalam acara Capacity Building dan Bincang Bareng Media di Magelang, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2023).
Dody menambahkan, moderasi diperkirakan terjadi pada sisi permintaan, terutama ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah. Hal itu karena pengaruh geopolitik internasional dan perhelatan pesta demokrasi yang menyedot belanja pemerintah. Adapun dari sisi penawaran, moderasi diprediksi terjadi pada sektor perdagangan.
Kabar baiknya, perlambatan yang lebih dalam lagi berhasil ditahan oleh kinerja positif di sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. Selain itu, didorong pula oleh perbaikan kinerja industri pengolahan. Di Jatim, industri pengolahan mendominasi 30 persen produk domestik regional bruto (PDRB).
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak juga optimistis kinerja ekonomi di wilayahnya sampai akhir tahun ini tumbuh positif di atas 5 persen. Capaian itu akan mematahkan anggapan bahwa tahun ini tahun suram atau tahun kelabu. Bahkan, dia yakin pertumbuhan Jatim mampu melampaui provinsi lain.
”Apabila dilihat berdasarkan sebaran pertumbuhan, industri pengolahan tumbuh 4,07 persen, sedangkan perdagangan tumbuh 5,5 persen, serta akomodasi serta makanan minuman tumbuh 5,6 persen. Sektor akomodasi itu termasuk pariwisata,” ujar Emil pada acara di Surabaya, Senin (13/11/2023).
Dia menambahkan, pengembangan sektor pertanian saat ini terkendala keterbatasan lahan. Oleh karena itulah, sektor ini lebih diarahkan pada peningkatan produktivitas. Adapun terkait konsumsi pemerintah sulit diutak-atik karena nilainya kurang lebih sama dari tahun ke tahun. Alokasi belanjanya juga sudah diatur berdasarkan ketentuan perundangan.
Oleh karena itulah, strategi untuk meningkatkan daya tahan ekonomi Jatim adalah dengan meningkatkan konsumsi rumah tangga, menggenjot investasi, dan mendorong kinerja industri pengolahan. Jatim memiliki keunggulan di sektor industri pengolahan yang banyak tersebar di berbagai kawasan industri, seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.
Kawasan industri tersebut saat ini meluas di Nganjuk, Ngawi, dan Madiun. Jatim juga memiliki kawasan ekonomi khusus (KEK) yang hadir di Gresik dan Malang.
Jatim juga memiliki keunggulan di bidang industri maritim karena memiliki PT PAL. SE Vice President Transformation Management PT PAL Indonesia Satriyo Bintoro mengaku optimistis kinerjanya meningkat pada tahun 2024. Badan usaha milik negara yang bergerak di sektor maritim ini memproyeksikan pendapatan usahanya mampu mencapai Rp 4 triliun, meningkat dari target tahun ini Rp 3 triliun.
Satriyo optimistis kinerja perusahaan meningkat meskipun tahun depan merupakan tahun politik. Optimisme itu tidak lepas dari banyaknya pesanan kapal yang diterima dari luar negeri maupun dalam negeri.
Hingga saat ini total sudah ada enam pesanan kapal perang ataupun kapal nonperang yang akan dikerjakan PT PAL Indonesia. Dari enam kapal yang dipesan, dua unit merupakan kapal landing platform dock (LPD) dengan panjang 123 meter untuk angkatan laut Filipina.
Selain itu, juga satu unit kapal perang pesanan UAE Navy Platform. Sementara pesanan dari dalam negeri berupa dua unit Kapal Frigate Merah Putih dengan panjang masing-masing 143 meter, dan satu unit kapal listrik pesanan Indonesia Power.
Satriyo mengatakan, untuk memenuhi pesanan tersebut, strategi yang diterapkan adalah meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat. Perusahaan juga mengembangkan kapasitas produksinya di luar Surabaya untuk mendorong peningkatan kinerja.
Optimisme terhadap kinerja ekonomi Jatim juga disampaikan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jatim Muhammad Yasin. Menurut dia, laju ekonomi akan semakin terpacu dengan hadirnya proyek-proyek strategis nasional, seperti pembangunan kilang minyak di Tuban, bendungan-bendungan baru di sejumlah kabupaten, bandara baru, infrastruktur jalan, serta sistem transportasi massal terintegrasi menggunakan bus dan kereta api lokal.
Target tahun ini, antara lain, operasionalisasi Bandara Dhoho Kediri, penyelesaian pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi, dan jalan lintas selatan sepanjang 350 kilometer (km) dari total 680 km.
”Kalau bisa selesaikan jalan lintas selatan ini, masalah disparitas wilayah utara Jatim dengan wilayah selatan juga bisa diselesaikan,“ ujar Yasin pada acara Menjaga Ekonomi Jatim Tetap Stabil hingga 2024, Kamis (9/11/2023).
Dia menambahkan, proyek-proyek strategis nasional juga membuka lapangan pekerjaan. Kilang minyak Tuban, misalnya, mampu menyerap 5.000 tenaga kerja pada tahap konstruksi dan diprediksi menyerap 6.000 pekerja ketika telah beroperasi.
Menurut Yasin, kekuatan ekonomi provinsi dengan jumlah penduduk mencapai 40 juta jiwa ini juga ditopang oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kontribusi sektor ini tinggi dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan. Namun, masih diperlukan dorongan dari berbagai pihak agar terus tumbuh dan berkembang.
Kalau bisa selesaikan jalan lintas selatan ini, masalah disparitas wilayah utara Jatim dengan wilayah selatan juga bisa diselesaikan.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Jatim Adik Dwi Putranto mengingatkan, salah satu upaya memperkuat daya tahan ekonomi Jatim adalah menjaga inflasi. Dia mengapresiasi program pasar murah yang digelar Pemprov Jatim di berbagai daerah.
”Namun, program pasar murah itu masih perlu dilanjutkan dan ditingkatkan lagi agar dampaknya lebih signifikan,” ucap Adik.
Komitmen menjaga kinerja ekonomi di tahun politik juga disampaikan sejumlah kepala daerah, seperti Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Penjabat Wali Kota Batu Aries Agung Paewai. Eri berkomitmen mengembangkan sektor UMKM karena sektor ini memiliki resiliensi tinggi dalam menghadapi krisis ekonomi.
UMKM juga menyerap banyak tenaga kerja sehingga membantu pemerintah mengurangi ekonomi. Oleh karena itulah, Pemkot Surabaya terus berupaya mendampingi pelaku UMKM agar mereka eksis dan bertumbuh serta mampu naik kelas. Pemkot juga berkomitmen menyerap produk UMKM melalui alokasi belanja daerah.
Sementara itu, Aris Agung Paewai mengatakan, Kota Batu menjadi penopang utama industri pariwisata Jatim. Ada 8 juta wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu sampai Oktober 2023. Jumlah wisatawan itu terus meningkat dan ditargetkan menembus 10 juta orang sampai akhir tahun.
Aris optimistis kunjungan wisatawan di Kota Batu tak terpengaruh oleh situasi politik tahun 2024. Oleh karena itulah, dia menargetkan jumlah kunjungan wisatawan menembus angka 12 juta. Sebagai salah satu lokomotif industri pariwisata Jatim, Batu mencatatkan perputaran uang mencapai Rp 15 triliun, sebesar Rp 7 triliun di antaranya disumbang oleh sektor UMKM.
Harus diakui Jatim memang kaya sumber daya yang mampu menopang kinerja ekonomi di provinsi ”Brangwetan” ini. Namun, kontribusi dari berbagai lini usaha dan dukungan kebijakan yang memihak tetap diperlukan guna menjaga ekosistem ekonomi tetap kondusif dan berdaya tahan tinggi menghadapi ancaman dari dalam negeri ataupun luar negeri.