Faktor Cuaca Diduga Menjadi Penyebab Kecelakaan Pesawat Super Tucano di Pasuruan
Empat prajurit dari Skadron 21 Abdul Rachman Saleh, Malang, gugur dalam kecelakaan tersebut.
Oleh
DEFRI WERDIONO, DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS - Faktor Cuaca diduga menjadi penyebab kecelakaan pesawat TNI AU Super Tucano di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). Empat prajurit dari Skadron 21 Abdul Rachman Saleh, Malang, gugur dalam kecelakaan tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma R Agung Sasongkojati dalam konferensi pers di Gedung Cakrawala, Lapangan Udara (Lanud) Abdul Rachman Saleh, Malang, mengatakan penyebab kecelakaan masih diselidiki, namun diduga kecelakaan terjadi karena faktor cuaca.
"Ini murni cuaca buruk yang membuat pesawat tidak melihat, terbang terlalu dekat dengan lereng Gunung. Jadi ini pure cuaca buruk kelihatannya, namun saya belum bisa memastikan karena butuh penyelidikan lebih lanjut," katanya.
Cuaca buruk yang dimaksud adalah awan yang menyelimuti lereng di pegunungan Bromo. Agung pun memastikan sebelum terbang, kondisi pesawat dalam keadaan baik, begitu pula para pilot.
Pesawat Super Tucano buatan Brasil yang mengalami kecelakaan masih berumur sembilan tahun. Pesawat ini selalu rutin dirawat. Perawatannya pun tergolong mudah.
Dalam latihan profisiensi formasi itu, ada empat pesawat Super Tucano yang terbang. Dua pesawat kembali dengan selamat namun dua pesawat lainnya dengan nomor ekor TT 3111 dan TT 3103 mengalami kecelakaan.
Jadi ini pure cuaca buruk kelihatannya, namun saya belum bisa memastikan karena butuh penyelidikan lebih lanjut.
Kecelakaan itu membuat empat prajurit TNI AU gugur dalam tugas. Mereka adalah Kolonel Pnb Subhan (Komandan Wings), Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya (Kepala Dinas Personel Lanud Abdul Rachman Saleh), Letkol Pnb Sandhra Gunawan (Komandan Skadron 21) dan Mayor Pnb Yuda Anggara Seta (anggota).
Pesawat TT 3111 diisi oleh Sandhra dan Widiono di kursi depan dan belakang, adapun TT 3103 diisi oleh Yuda dan Subhan. Keempat jenazah prajurit itu kini disemayamkan di Hanggar Skadron 21, Malang.
Menurut Agung, penerbang AU biasa melakukan formasi. Rute pun sudah diatur melalui reling area Alfa, Bravo, Charlie, dan kembali lagi ke Lanud Abd Saleh.
Keempat pesawat mulai terbang pukul 10.51 WIB dan rencana akan terbang di ketinggian 8.000 kaki. Pesawat pun bergabung dalam formasi di udara. Sesaat kemudian keempatnya memasuki cuaca kurang baik. Pesawat sudah saling melepas diri.
Dua pesawat yg lain berusaha naik dan keluar dari awan dan mendarat dengan selamat di Lanud Abdul Rachman Saleh. Namun pesawat nomor 1 dan 3 yang merupakan panggilan dari TT 3111 dan TT 3103 hilang kontak pukul 11.18 WIB.
Petugas di darat berusaha menghubungi mereka kembali lewat radio namun tak bisa. Sampai akhirnya warga melaporkan ada pesawat terjatuh di area Watu Gedek, Desa Keduwungan, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Keduanya jatuh di sebelah utara daerah pegunungan Bromo dalam kondisi rusak total.
TNI AU pun mengerahkan semua alat utama sistem senjata dalam pencarian, baik berupa heli maupun sarana prasarana lain. Tim evakuasi dibagi menjadi dua, yakni evakuasi korban dan ceceran pesawat.
TNI AU, tambah Agung, mengucapkan terima kasih pada para pecinta alam dan warga yang sudah menginfokan keberadaan pesawat. TNI AU juga mengimbau agar tidak memindahkan, mengambil, atau menyimpan serpihan bangkai pesawat karena serpihan-serpihan itu bisa membantu penyelidikan.
"Mohon pada saat ini pesawat itu sedang kami tutup, tapi jangan diambil kalau menemukan sesuatu. Kalau mau membantu ya cukup difoto saja dan kasih kabar di mana menemukannya karena itu akan membantu merekonstruksi kejadian yang sesungguhnya," kata Agung.
TNI AU hingga kini masih mencari data recorder kedua pesawat. Data recorder pesawat penting karena menyimpan rekaman suara, gambar kamera, rekaman ketinggian, kecepatan, posisi, lokasi, dan semua yg dibutuhkan, seperti kondisi mesin pesawat.
Dari data recorder, tambah Agung, akan bisa dilihat ketinggian terbang kedua pesawat itu. "Begitu masuk awan mereka bikin manuver memisahkan diri. Nah itu sudah dilaksanakan. Soal ketinggian, yang dua pesawat (selamat) ditanya ketinggian normal, kalau dua lagi (yang kecelakaan) kita tidak tahu. Maka nanti dari data recorder akan bisa dijelaskan apa yg terjadi," kata Agung.
Pascakecelakaan tersebut, tak ada penerbangan pesawat di skadron 21. Seluruh pesawat pun akan diperiksa lagi. Menurut Agung, hal itu merupakan standar prosedur pascakecelakaan.
Edi Santoso Camat Puspo mengatakan Kamis siang, warga dikagetkan dengan suara benturan. Ternyata mereka menemukan ada dua bangkai pesawat salah satunya di lahan kentang.
Menurut Edi kondisi pesawat hancur, terdapat potongan-potongan. "Ada dua pesawat. Kejadian pukul 11.30-12.00. Saat peristiwa terjadi tidak ada orang di lahan itu," ujarnya.