Bendungan Temef di NTT Kurangi Potensi Banjir hingga Dukung Ketahanan Pangan
Bendungan Temef di perbatasan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara NTT bisa menekan ancaman bencana banjir di Kabupaten Malaka. Kapasitas bendungan itu 45,57 juta meter kubik.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur disebut bisa memberi manfaat ganda. Selain mengurangi ancaman bencana banjir Sungai Benanai di Kabupaten Malaka, keberadaannya juga berpotensi meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Mulai dibangun tahun 2018, Bendungan Temef ditargetkan rampung pada 2024. Dibuat dengan biaya Rp 2,7 triliun, daya tampung airnya diperkirakan 45,75 juta meter kubik. Bendungan ini berada di perbatasan Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU).
”Selain mengairi irigasi hingga 4.500 hektar di TTS dan TTU, keberadaannya juga bisa menampung air untuk meminimalkan banjir hingga Belu dan Malaka melalui Sungai Benanai,” kata Direktur Timor Membangun Nusantara, Martinus Duan, di Kupang, Kamis (16/11/2023).
Sungai Benanai pernah meluap menerjang jembatan, merendam pemukiman penduduk, lahan pertanian, dan kematian ratusan ternak di NTT tahun 2021. Kejadiannya terkait dengan Badai Seroja.
Martinus mengatakan, kehadiran Temef bersama empat bendungan lainnya diyakini menjadi solusi bagi keterbatasan air di NTT. Empat bendungan lainnya adalah Rotiklot, Raknamo, Manikin, dan Tilong.
Provinsi NTT memiliki iklim dengan curah hujan rata-rata 1.200 mm per tahun dengan kondisi wilayah cenderung kering. Sebagian besar dialami daratan Timor Barat, seperti TTU, TTS, Kabupaten Kupang, Belu, Malaka, dan Kota Kupang. Air dari emapt bendungan tersebut bisa meminimalkan dampak itu.
Selain mengairi irigasi hingga 4.500 hektar di TTS dan TTU, keberadaannya juga bisa menampung air untuk meminimalkan banjir hingga Belu dan Malaka melalui Sungai Benanai.
”Manfaat air dari Bendungan Temef di Malaka, misalnya, masyarakat berpotensi menanam jagung, kacang, dan umbi-umbian hingga tiga kali dalam setahun,” katanya.
Kepala Satuan Kerja Nonvertikal TertentuPembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Frengki Welkis mengatakan, selain irigasi dan mitigasi bencana, Temef juga difungsikan sebagai pembangkit listrik tenaga air. Potensinya 1 x 2 megawatt. ”Namun, pengembangannya harus melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” katanya.