Merayakan Panen Kopi Gayo lewat Atraksi Kopi hingga Pergelaran Jazz
Festival Panen Kopi Gayo menjadi momentum perayaan panen kopi dan menyatukan semangat para pihak untuk ketahanan pangan.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
TAKENGON, KOMPAS — Festival Panen Kopi Gayo tahun ini kembali digelar di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Melalui acara ini, warga merayakan panen kopi sekaligus menjadi sarana mengungkit pariwisata daerah.
Inisiator Festival Panen Kopi Gayo, Hardiansyah, Jumat (10/11/2023), mengatakan, pada tahun ini festival panen kopi digelar selama November 2023 di tiga desa. Ketiga desa itu adalah Kelitu pada 11-12 November, Bukit Sama 18-19 November, dan Paya Tumpi Baru 25-26 November.
”Festival ini untuk pemberdayaan masyarakat dan pemajuan kebudayaan. Festival ini rutin, sejak 2017,” kata Hardiansyah.
Hardiansyah menuturkan, festival panen kopi diisi dengan beragam kegiatan, di antaranya pertunjukan kesenian tradisional, ritual tradisi, atraksi kopi, workshop kebun dan kopi, pasar kopi dan kuliner, permainan tradisional, serta pergelaran Jazz Panen Kopi.
Festival menjadi momen perayaan panen kopi dan menyatukan semangat para pihak untuk ketahanan pangan. Pada kesempatan itu, para petani juga akan saling berbagi pengetahuan merawat kopi.
Di luar itu, festival panen kopi juga menjadi ajang promosi wisata di Aceh Tengah. Kopi Gayo telah lama menjadi magnet menarik wisatawan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Aceh Tengah Zulkarnain menyampaikan, dalam beberapa tahun terakhir sektor pariwisata di Aceh Tengah tumbuh pesat. Kini, dalam sehari Aceh Tengah dikunjungi sekitar 3.000 orang.
”Umumnya wisatawan lokal, tetapi ada juga dari luar Provinsi Aceh,” kata Zulkarnain.
Pada 2015, jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 35.000 orang. Setiap tahun kunjungan terus bertambah. Pada 2022, Aceh Tengah dikunjungi sebanyak 158.280 orang.
”Wisatawan mancanegara masih minim. Kami akan tingkatkan lagi promosinya,” kata Zulkarnain.
Zulkarnain menambahkan, saat ini Aceh Tengah memiliki 2.000 kamar penginapan, mulai dari hotel, wisma, hingga homestay (rumah singgah) milik warga. Pada musim libur seperti akhir tahun, kamar-kamar itu penuh, bahkan sebagian wisatawan harus tidur di kendaraan pribadi atau mendirikan tenda di tepi Danau Lut Tawar.
Menurut dia, Aceh Tengah punya banyak modal untuk menjadi daerah tujuan wisata. Misalnya Danau Lut Tawar menjadi salah satu destinasi yang selalu ramai dikunjungi. Kini di sekitar danau banyak tumbuh vila atau bungalo.
Sebagai daerah yang memiliki tanah subur, Aceh Tengah juga memiliki produk pertanian yang unggul seperti kopi, nanas, dan alpukat. Kekuatan budaya juga tidak bisa dianggap remeh. Gayo memiliki keunikan budaya seperti kesenian Didong, tari Guel, dan pacuan kuda tradisional.
”Kami juga punya 62 destinasi dan 48 cagar budaya. Kami akan memaksimalkan potensi ini untuk menarik minat wisatawan,” kata Zulkarnain.
Festival panen kopi juga menjadi ajang promosi wisata di Aceh Tengah. Kopi Gayo telah lama menjadi magnet menarik wisatawan.
Tahun depan, Aceh Tengah menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON). Dengan demikian, akan banyak tamu dari berbagai provinsi peserta PON. Pihaknya akan memanfaatkan momen tersebut untuk memikat peserta PON agar kembali ke daerah itu pada kemudian hari.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Aceh Tengah Andi Rahman mengatakan, Aceh Tengah telah menjadi pusat wisata baru di Aceh. Dulu bicara wisata Aceh selalu dikaitkan dengan Pulau Sabang, tetapi kini Aceh Tengah menjadi pilihan alternatif.
Setelah beroperasinya Bandar Udara Rembele di kabupaten tetangga, Bener Meriah, semakin banyak kegiatan skala nasional yang digelar di sana. Andi kini juga sering melayani rombongan wisata dari instansi atau perusahaan.
”Biasanya, kalau instansi, jumlah peserta 30 orang hingga 300 orang,” ujar Andi.
Meski demikian, menurut Andi, Aceh Tengah masih kekurangan pemandu wisata yang tersertifikasi. Dia mengajak para pihak untuk berkolaborasi melatih pemuda menjadi pemandu wisata yang andal.
”Ini peluang untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan pelayanan wisata di Aceh Tengah,” kata Andi.