Tanggung Jawab Jaga Kawasan Konservasi di Kalteng Semakin Besar
Banyak harapan untuk membuat Kalimantan Tengah kembali asri dengan hutannya demi masa depan yang lebih baik.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kawasan konservasi di Kalimantan Tengah bertambah setelah Taman Hutan Raya Isen Mulang Sebangau Berkah diresmikan pada Rabu (8/11/2023). Konsekuensinya, tanggung jawab semua pihak untuk menjaganya menjadi semakin besar.
Kalteng kini memiliki 1,62 juta hektar kawasan lindung dan konservasi. Sampai tahun 2020, Kalteng hanya memiliki satu taman hutan raya (tahura), yakni Lapak Jaru seluas 4.119 hektar di Kabupaten Gunung Mas. Dalam tiga tahun, pemerintah menetapkan tiga tahura baru.
Selain Lapak Jaru, ada Tahura Bukit Benyawang di Lamandau (2.362 ha), Tahura Hidayah di Kotawaringin Barat (5.000 ha), dan Tahura Isen Mulang Sebangau Berkah di Kota Palangkaraya (21.000 hektar).
Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo menjelaskan, Kalteng memiliki 1,62 juta ha kawasan konservasi dan 1,34 juta ha di antaranya telah memiliki atau sudah ditetapkan fungsi pokoknya.
Fungsi pokok tersebut berupa taman nasional, suaka margasatwa, cagar alam, taman hutan raya, dan taman wisata alam. ”Jadi, masih 286.000 ha kawasan konservasi itu yang belum ditetapkan fungsi pokok untuk dikelola efektif,” kata Edy, Kamis (9/11/2023).
Edy mengatakan, Kalteng merupakan provinsi terluas di Indonesia dan pernah didapuk menjadi ibu kota paru-paru dunia lima tahun lalu. Luas wilayah Kalteng mencapai 15,3 juta ha dengan 77,62 persen atau 11,9 juta ha wilayahnya ditunjuk sebagai kawasan hutan. Wilayah itu terdiri dari hutan produksi 8,95 juta ha, hutan lindung (1,35 juta ha), dan hutan konservasi (1,62 juta ha).
Wilayah yang ditunjuk sebagai kawasan hutan, lanjut Edy, berperan penting menyangga kehidupan dan pembangunan. Namun, lanjutnya, wilayah itu juga bisa menjadi sumber konflik.
”Oleh karena itu, perlu sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, terlebih untuk penataan batas wilayah konservasi,” kata Edy.
Direktur Save Our Borneo (SOB) Muhammad Habibi mengungkapkan, hutan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dari hutan, manusia bisa merasakan udara segar, air bersih, dan berbagai macam hal yang tidak ternilai.
Ia mengapresiasi bahwa wilayah konservasi bisa bertambah. Namun, Habibi mengingatkan, hutan tidak hanya dilihat sebagai obyek yang menghasilkan uang. Ia memberi contoh, hutan dibabat untuk pertambangan dan perkebunan monokultur.
”Hutan hanya dilihat sebagai obyek yang dinilai hanya dengan uang sehingga keberadaannya dieksploitasi. Dan itu luasnya lebih besar dibandingkan kawasan konservasi,” kata Habibi.