Lantik Penjabat Wali Kota Kediri, Khofifah Tekankan Pentingnya Bandara Dhoho
Zanariah dilantik sebagai Penjabat Wali Kota Kediri. Tugas penting menantinya, yakni mempersiapkan Bandara Dhoho yang segera beroperasi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Zanariah dilantik sebagai Penjabat Wali Kota Kediri. Sejumlah tugas telah menanti Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah IV Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri tersebut, terutama mempersiapkan Bandar Udara Dhoho yang dijadwalkan segera beroperasi untuk memperkuat konektivitas udara di Jawa Timur.
Pelantikan Zanariah dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (3/11/2023). Zanariah dilantik sebagai Penjabat Wali Kota Kediri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 31 Oktober 2023 nomor 100.2.1.3-4248 Tahun 2023.
Dalam proses pelantikan, dilakukan penandatanganan berita acara pengambilan sumpah jabatan dan pakta integritas oleh Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Pada saat bersamaan, dilakukan serah terima jabatan dari Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar kepada Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar dan Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibah dilantik sebagai kepala daerah pada 29 April 2019. Pasangan tersebut mengakhiri masa jabatannya pada 2024. Namun, sesuai ketentuan perundang-undangan, Abu Bakar dan Lilik memasuki masa purnatugas pada 31 Desember 2023.
Khofifah berpesan kepada Zanariah agar menjalankan tugasnya dengan baik mengingat Kota Kediri memiliki banyak peran signifikan bagi pembangunan regional maupun nasional sejak masa silam. Sejarah mencatat Kediri pernah menjadi episentrum atau pusat pemerintahan dari sejumlah kerajaan besar, seperti Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Dhoho.
Salah satu proyek strategis yang telah berlangsung di Kediri adalah persiapan pengoperasian Bandar Udara Dhoho yang akan segera diresmikan. Dukungan terhadap pengoperasian bandara ini sangat diperlukan, terutama pembangunan sarana atau infrastruktur yang menghubungkan sejumlah daerah di kawasan Kediri Raya, seperti Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Tulungagung, Blitar, dan Jombang.
”Kalau bandara ini sudah diresmikan operasionalnya, akan sangat banyak tamu dan investor juga masuk,” ujar Khofifah.
Seiring masuknya para investor dan tamu-tamu dari dalam negeri ataupun luar negeri, interaksi sosial berskala nasional dan internasional akan tumbuh dan berkembang dengan pesat di Kediri Raya. Oleh karena itulah, berbagai hal perlu disiapkan pemerintah daerah agar kedatangan para tamu dan investor bisa dikelola secara maksimal.
Menurut Khofifah, Kota Kediri memiliki modal yang memadai untuk meningkatkan pembangunan, terutama di sektor transportasi dan perhubungan. Alasannya, Kota Kediri termasuk salah satu daerah yang capaian kinerjanya sangat baik. Salah satu indikasinya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Kediri berada di angka 79,59, meningkat 0,99 persen dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya.
”IPM Kediri sudah sangat tinggi, tingkat penganggurannya rendah, kemiskinannya juga rendah. Jadi, memang penjabat wali kota masuk pada daerah di mana capaian pembangunannya sudah sangat bagus,” tutur Khofifah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, persentase tingkat kemiskinan di Kota Kediri turun 0,52 persen dari 7,75 persen pada 2021 menjadi 7,23 persen di tahun 2022. Adapun tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun menjadi 4,38 persen pada 2022 dari yang sebelumnya 6,37 persen pada 2021.
Khofifah meminta agar capaian kinerja yang sudah baik tersebut dipertahankan, bahkan bisa ditingkatkan. Adapun capaian kinerja yang belum optimal bisa digenjot dengan cara membangun kolaborasi atau sinergi lintas institusi.
Di Kediri banyak pesantren besar, termasuk Lirboyo yang usianya lebih dari 100 tahun. Ada juga kearifan lokal tradisional yang harus dijaga. Memahami kultur ini menjadi sangat penting supaya efektif seluruh proses pembangunan yang akan dilaksanakan.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut juga mengingatkan kepada Zanariah agar memahami isu kultural yang berkembang di Kota Kediri sebagai kunci vital pelaksanaan pembangunan daerah. Sebab, selain dikenal sebagai pusat kerajaan, Kediri juga dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak pondok pesantren berpengaruh.
”Di Kediri banyak pesantren besar, termasuk Lirboyo yang usianya lebih dari 100 tahun. Ada juga kearifan lokal tradisional yang harus dijaga. Memahami kultur ini menjadi sangat penting supaya efektif seluruh proses pembangunan yang akan dilaksanakan,” tutur Khofifah.
Zanariah berharap bisa diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat di Kota Kediri. Ia mengaku akan segera berdiskusi dengan para pemangku kepentingan, ulama, serta pihak-pihak terkait pada awal menjabat.
”Yang pasti, apa yang dicanangkan oleh wali kota terdahulu akan dilanjutkan. Yang kurang akan ditingkatkan, yang baik akan kita pertahankan,” kata Zanariah.
Menurut Zanariah, Kota Kediri memiliki capaian kinerja yang sangat baik dalam berbagai sektor. Meski demikian, pihaknya akan tetap fokus pada pengendalian inflasi, penurunan tengkes atau stunting, dan kemiskinan ekstrem berdasarkan target pembangunan nasional.