Aparat Menjemput Korban Kapal Tenggelam di Malaysia, Ternyata Perompak
KJRI di Johor Bahru dan Basarnas memulangkan lima orang yang mengaku nelayan korban kapal tenggelam yang hanyut ke Malaysia. Mereka ternyata merupakan komplotan perompak dari Karimun, Kepulauan Riau.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pada 30 Oktober 2023, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) menjemput lima warga negara Indonesia (WNI) yang kabarnya merupakan korban kapal tenggelam dan hanyut ke Malaysia. Belakangan terungkap WNI yang mengaku sebagai nelayan itu ternyata komplotan perompak.
Perwira Staf Intelijen Pangkalan Angkatan Laut Tanjung Balai Karimun Kapten Laut (P) Amir Mahmud mengatakan, penyamaran lima orang itu terbongkar setelah tim intelijen TNI AL menyelidiki latar belakangnya. Mereka diketahui merupakan komplotan perompak kawakan yang selama ini selalu berpindah dari pulau ke pulau untuk bersembunyi.
”Tiga orang ditangkap usai pesta sabu di Desa Pongmar, Pulau Karimun Besar, pada 31 Oktober. Dua orang yang lain kabur ke Batam,” kata Amir saat dihubungi, Kamis (2/11/2023).
Tiga orang yang telah diringkus adalah Febi (21), Warnata (40), dan Mardian (44). Adapun dua orang yang masih buron adalah Arfiliandi (34) dan Jimmi (33). Para perompak itu berasal dari tiga provinsi berbeda, yakni Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.
Kelompok perompak itu dipimpin oleh Mardian dan Arfiliandi. Saat diperiksa, Mardian mengaku telah beraksi sejak tahun 2000 dan dalam satu tahun ini telah merompak sepuluh kapal. Incaran mereka kapal-kapal kargo yang melintas di Selat Phillips perbatasan Indonesia dan Singapura.
”Terkait dua orang yang kabur ke Batam, kami sudah berkoordinasi dengan tim intelijen di Pangkalan Utama TNI AL IV dan Komando Armada I,” ujar Amir.
Sebelumnya, lima perompak itu hanyut ke Johor, Malaysia, setelah perahu mereka pecah dihantam ombak pada 7 Oktober 2023. Mereka mengaku sebagai nelayan tradisional kepada penjaga pantai Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM).
APMM lalu menyerahkan lima orang itu kepada Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Johor Bahru. Selama tiga minggu mereka tinggal di tempat singgah sementara KJRI. Selanjutnya APMM dan KJRI meminta Basarnas untuk menjemput orang-orang tersebut.
Kepala Kantor SAR Tanjung Pinang Slamet Riyadi mengatakan, penjemputan dilakukan dengan transfer penumpang pada 30 Oktober 2023. Basarnas mengerahkan Kapal Negara (KN) Purworejo 101 untuk mengangkut lima orang itu dari kapal APMM.
Koordinator Fungsi Konsuler KJRI di Johor Bahru Jati Heri Winarto menyatakan, berdasarkan tugas dan fungsinya, KJRI harus mengedepankan unsur perlindungan dan pelayanan kepada WNI yang mengalami kesulitan. Aspek perlindungan dan pelayanan harus menjadi prioritas untuk dilaksanakan lebih dulu dalam rangka menjamin keselamatan WNI.
”KJRI di Johor Bahru tidak pernah menaruh prasangka buruk kepada WNI, apalagi jika mereka merupakan korban kecelakaan atau pelanggaran hukum. Kami sama sekali tidak mengetahui bahwa lima WNI itu merupakan komplotan perompak yang sering beroperasi di Selat Malaka,” ujar Jati.
Laporan Regional Cooperation Agreement Combating Piracy and Armed Robbery Againts Ships in Asia (ReCAAP) Information Sharing Centre (ISC) menunjukkan, sepanjang 2023 terjadi 60 perompakan di perairan Kepri yang berbatasan dengan Singapura. Sebanyak 52 peristiwa terjadi di perairan antara Karimun dan Batam, tepatnya di sekitar Pulau Cula.
KJRI di Johor Bahru tidak pernah menaruh prasangka buruk kepada WNI, apalagi jika mereka merupakan korban kecelakaan atau pelanggaran hukum.
Perompakan terparah terjadi pada 27 Oktober 2023. Saat itu, tanker Merchia berbendera Kepulauan Marshall dirompak oleh lima orang saat melintas di perairan utara Karimun. Kapten tanker Merchia terluka akibat ditusuk salah satu perompak.
Terkait hal itu, Amir menyatakan, Karimun yang terdiri dari 245 pulau kerap dimanfaatkan sebagai persembunyian para perompak. Kompolotan Mardian dan Arfiliandi juga diketahui saling kenal dengan kelompok yang merompak tanker Merchia.
”Para perompak berasal dari sejumlah daerah dan selalu gonta-ganti anggota untuk mengelabui aparat. Mereka juga merekrut warga lokal Karimun untuk mencari lokasi persembunyian,” kata Amir.