Perbankan Diminta Optimalkan KUR hingga ke Pedagang Ikan Keliling
Kredit usaha rakyat diharapkan menjangkau sektor perikanan hingga pedagang ikan keliling agar ikan bisa masuk ke pelosok.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan meminta perbankan mengoptimalkan penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR, terutama untuk sektor pertanian dan perikanan. Bahkan, jika memungkinkan, KUR sektor perikanan bisa menjangkau hingga pedagang ikan keliling.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dirilis Jumat (27/10/2023), penyaluran KUR per sektor usaha sampai September 2023 mencapai Rp 10,08 triliun. Jumlah ini tumbuh negatif sebesar -20,7 persen.
”Dari jumlah ini, pertanian, perburuan, dan kehutanan masih menjadi sektor usaha terbesar penyaluran KUR, yakni Rp 4,17 triliun. Jumlah ini diikuti sektor usaha perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 3,7 triliun. Perikanan menjadi sektor urutan kelima dengan realisasi penyaluran Rp 418,50 miliar,” kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Sulsel/Kepala Kanwil DJPb Sulsel Supendi.
Ini berbeda dengan penyaluran pembiayaan usaha mikro (UMi) yang sampai September 2023 mencapai Rp 205,57 miliar atau mengalami pertumbuhan 41,8 persen. Perdagangan besar dan eceran menjadi sektor usaha terbesar dalam realisasi penyaluran UMi, yakni Rp 202,98 miliar. Selanjutnya sektor usaha pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp 1,57 miliar.
Berdasarkan data ini, Bank BRI menjadi lembaga perbankan yang penyaluran KUR-nya paling tinggi, yakni mencapai Rp 8,16 triliun. Adapun Bank Mandiri sekitar Rp 1,05 triliun, diikuti Bank BNI Rp 359 miliar.
”Kalau penyalurannya dibilang kurang atau terlambat, sebenarnya tidak juga. Kami masih sesuai dan on the track. Sampai September, kami sudah menyalurkan KUR hingga Rp 8,16 triliun dengan lebih dari 178.000 nasabah. Penyaluran ini didominasi KUR mikro, yakni Rp 7,2 triliun,” kata Regional CEO BRI Regional Office Makassar Hendra Winata, Rabu (1/11/2023).
Terkait masih rendahnya KUR sektor pertanian, Hendra mengatakan, kemarau panjang tahun ini membuat banyak petani belum mengajukan kredit.
”Ada banyak daerah yang belum memulai tanam karena belum hujan. Biasanya pada bulan Oktober-November mulai hujan, tetapi sampai sekarang belum. Jadi, banyak yang belum ambil,” katanya.
Sebelumnya saat bertemu pihak perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin meminta agar penyaluran KUR bisa lebih optimal. Dia juga meminta agar penyaluran di sektor perikanan lebih maksimal.
”Total KUR di Sulsel ada Rp 17 triliun. Jumlah itu cukup besar. Sementara APBD Sulsel yang bisa digunakan masyarakat langsung, kecil jumlahnya. Nah, kredit usaha rakyat itu sampai bulan ini masih tersisa Rp 8 triliun. Saya mau minta tambahan KUR untuk 2024, tetapi yang tahun ini saja belum habis,” katanya.
Stunting bisa diatasi dengan banyak protein, salah satunya ikan. Nah, kalau banyak ikan yang bisa sampai di gunung-gunung atau pelosok, ya stunting bisa terselesaikan.
Bahtiar mengatakan, KUR mestinya bisa dimaksimalkan dan menjangkau usaha terkecil untuk mengerakkan ekonomi masyarakat. Dia mencontohkan pedagang ikan keliling yang jumlahnya ribuan, tetapi belum tersentuh kebijakan KUR.
”Kemarin juga ada yang supermikro. Ini benar-benar untuk masyarakat kecil. Ini bisa dimanfaatkan, misalnya, untuk pagandeng bale (penjual ikan keliling). Saya sudah diskusi dengan OJK dan himpunan nelayan. Alhamdulillah, KUR yang tersedia itu juga bisa diakses saudara kita yang pagandeng baledengan bunga hanya 3 persen per tahun. Berarti hanya 0,25 persen per bulan. Itu bisa dibelikan cold storage. Selama ini cold storage-nya tidak sampai 24 jam,” katanya.
Dengan bantuan KUR yang bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan, Bahtiar berharap pedagang ikan keliling bisa menjangkau daerah yang jauh. ”Stunting bisa diatasi dengan banyak protein, salah satunya ikan. Nah, kalau banyak ikan yang bisa sampai di gunung-gunung atau pelosok, ya stunting bisa terselesaikan,” tambah Bahtiar.
Terkait penyaluran KUR untuk sektor perikanan, termasuk pedagang ikan keliling, Hendra mengatakan hal itu dimungkinkan. Hanya saja perlu dibentuk kluster ekonomi di sektor ini agar pembinaan dan pengawasannya lebih mudah.
”Misalnya, mereka bentuk komunitas, kelompok arisan, dan semacamnya. Dengan begitu, lebih mudah kami masuk dan melakukan pembinaan. Nantinya kami tak hanya bisa memberikan modal kerja, tetapi mungkin kami bisa membantu dengan peralatan, dengan aplikasi teknologi sederhana. Misalnya untuk ikan, bagaimana agar wadah yang digunakan tidak hanya membuat ikan lebih lebih tahan, tetapi juga efisien dan efektif,” kata Hendra.