PLTSa Surakarta, Solusi Jangka Panjang Pengelolaan Sampah
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Surakarta mulai dioperasikan secara penuh di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023). Kehadiran teknologi itu menjadi solusi jangka panjang pengelolaan sampah bagi wilayah itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Surakarta mulai dioperasikan secara penuh di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023). Kehadiran teknologi itu menjadi solusi jangka panjang pengelolaan sampah bagi wilayah tersebut dan beberapa kabupaten tetangga. Kerja sama pengelolaan sampah dengan daerah sekitar akan dijajaki selanjutnya mengingat jumlah sampah yang dibutuhkan cukup besar.
Pembangunan teknologi pembangkit listrik tersebut dimulai sejak 2016. Adapun pengoperasiannya melalui skema kerja sama antara PT Solo Citra Metro Plasma dan PT Pembangunan dan Perumahan (PP). Sampah yang dijadikan sumber energi listrik berasal dari gunungan sampah yang terdapat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
”Yang jelas, ini solusi (pengelolaan sampah) bukan hanya untuk Kota Surakarta. Tetapi, untuk bersama-sama kabupaten di sekitarnya. Bahkan, Yogyakarta juga bisa ikut kami tampung sampahnya,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka seusai peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023).
Untuk itu, Gibran juga sekaligus membangun komitmen bersama dengan pemerintah daerah dari wilayah eks Karesidenan Surakarta, seperti Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, dan Sragen. Perwakilan dari pemerintah daerah juga menandatangani nota kesepahaman mengenai kerja sama di masa mendatang untuk pengelolaan sampah tersebut.
Pasalnya, Gibran menginginkan agar PLTSa Surakarta memberikan manfaat lebih bagi daerah-daerah sekitarnya, khususnya ihwal pengelolaan sampah yang selama ini selalu menjadi persoalan di tengah masyarakat. Dengan adanya PLTSa Surakarta, praktis tumpukan sampah di daerah sekitar Surakarta bisa ikut berkurang karena disetorkan dan diolah lewat instalasi pembangkit listrik tersebut.
Yang jelas, ini solusi bukan hanya untuk Kota Surakarta. Tetapi, untuk bersama-sama kabupaten di sekitarnya.
”Dari wilayah sekitar (eks Karesidenan Surakarta) akan berkomitmen untuk mengirim sampahnya ke kkami. Ini kita habiskan ”gunung” (sampah) kita sendiri dulu. Baru nanti setelahnya menerima sampah dari luar kota,” kata Gibran.
Dalam sehari, PLTSa Surakarta membutuhkan sedikitnya 545 ton sampah untuk diolah menjadi listrik. Dari jumlah tersebut, total energi listrik yang dihasilkan mencapai 8 megawatt. Sebanyak 3 megawatt dialokasikan untuk operasionalisasi PLTSA, sedangkan 5 megawatt lainnya dijual ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk selanjutnya dialirkan langsung ke masyarakat.
Direktur Utama PT Solo Citra Metro Plasma Tower Elan Suherlan mengatakan, instalasi pembangkit listrik itu bukan sekadar menjadi solusi bagi pengelolaan sampah. Namun, ia menjamin proses produksi listrik yang dilakukan berlangsung secara ramah lingkungan. Sedikitnya terdapat 29 sertifikat yang mesti diperoleh pengelola guna memastikan aspek ramah lingkungan dari industri tersebut.
Lebih lanjut, Elan menjelaskan, sisi ramah lingkungan ditunjukkan melalui metode gasifikasi yang digunakan untuk mengubah sampah menjadi Syngas. Selanjutnya, Syngas diolah dalam reaktor gasifier bersuhu tinggi untuk dikonversi menjadi listrik. Oleh karena itu, dipastikan tidak ada asap ataupun debu yang beterbangan, limbah cair, dan penggunaan bahan kimia.
”Harapan kami, tempat ini juga bisa menjadi suatu fasilitas yang dapat digunakan bersama sebagai sarana pembelajaran, berbagi pengetahuan, pengalaman, riset dan pengembangan, pelatihan, serta dukungan untuk pengolahan sampah menjadi energi baru yang bersih dan ramah lingkungan,” kata Elan.
Gunungan sampah di TPA Putri Cempo diperkirakan bakal habis dalam waktu 5-7 tahun mendatang untuk kebutuhan PLTSa Surakarta. Oleh karena itu, jelas Elan, diinisiasi pula program ”Gemah Lurah” yang tujuannya untuk mendatangkan sampah dari luar daerah. Lalu, dibuat pula sistem informasi kebutuhan sampah bernama ”Sibusari”, yang pengawasannya bisa dilakukan secara daring.
”Ini semoga bisa mewujudkan optimalisasi pengelolaan sampah dari hulu hingga ke hilir. Baik di Surakarta maupun wilayah sekitarnya sehingga masalah sampah bisa diatasi lebih baik dan terencana,” kata Elan.